Samar-samar mereka mendengar ibu-ibu itu bergosip. "Ga nyangka banget sama Si Cio anak pak haji gondrong itu. Bisa-bisa nya selingkuh. Kurang apa Shani itu sampai di selingkuhin?"
"Lelaki kurang bersyukur itu buk."
"Sangat mengecewakan sih buk. Kasihan keluarganya di bikin malu sama Cio gitu."
Mereka berhanti mendengar percakapan ibu-ibu itu. "Seriusan Cio selingkuh?" Pikir Reven.
"Jangan-jangan bener kalau Cio itu selingkuh sama cewe yang kita lihat kemarin pas abis Sholat Isya," kata Rollan.
"Coba kita ke sana, tanya ibu-ibu," ajak Reven. Mereka menghampiri Ibu-ibu yang sedang berkumpul itu.
"Sore buk," sapa mereka serempak.
"Sore nak. Kalian habis dari mana? Kok basah kuyup seperti ini?"
"Main bu di sungai," jawab Soleh sopan.
"Hati-hati nak kalau main di sungai."
"Iya buk."
"Buk kita mau tanya. Kita ga sengaja denger tentang Cio. Emangnya bener dia selingkuh?" tanya Rollan dengan ekspresi julid.
"Benerr, tadi siang abis kepergok berduaan sama cewe kampung sebelah. Berduaanya di tempat sepi juga."
"Waduh, terus Pak Sobirin dan keluarga udah tau?" tanya Rollan lagi. Yang lain hanya diam mendengarkan, biarkan Rollan yang cosplay seperti mak-mak julid.
"Udah, tadi Pak Sobirin udah nyamperin langsung. Udah liat sendiri kelakuan Cio. Dan bener selingku."
"Terus perjodohan antara mereka gimana buk? Masih dilanjut atau putus?" Tanya Rollan semakin kepo.
"Belum tau kalau itu nak. Tadi Pak Sobirin ga sampe nyinggung hal itu. Cuma marah sama keliatan kecewa aja ke Cio."
"Gitu banget ya si Cio ihh~ udah di jodohin sama Shani yang idaman jadi kembang desa di sini malah selingkuh," julid Rollan.
"Iya ih, lelaki kurang bersyukur. Makanya kalian pada jangan kayak si Cio. Dosa besar nyakitin perempuan."
"Iya buk. Makasih atas infonya. Yaudah kalau gitu kita pamit ya buk, udah mulai kedinginan, ntar masuk angin," pamit Rollan.
"Iya nak, sana pulang."
Mereka akhirnya pulang dengan masih membahas perbincangan tentang Cio yang masih hangat-hangatnya ini. Sampai di persimpangan mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun, di jalan matanya menangkap Ibu Shani yang berjalan bersama Shani. Entah selesai dari mana, author juga gatau, jadi jangan nanya.
"Sore ibuk," sapa Zeedan ramah. Bagaimana pun sikap Pak Sobirin yang seperti tak suka kepadanya, dia harus tetap menghormati keluarga yang lain.
"Sore Zee, habis dari mana? Basah-basah gini."
"Main bu, di sungai heheh..."
"Kamu ini kayak anak kecil aja."
"Gapapa bu, sekali-kali."
"Ko bawa kelapa, dapet dari mana?" tanya Ibu Shani yang melihat Zeedan membawa kelapa.
"Oh ini, tadi emm itu, jatuh iya. Kelapa jatuh jadi saya ambil, mubazir kalau di biarin busuk kan," jawab Zeedan sedikit gugup. Tak mungkin dia mengatakan bahwa kelapa ini hasil dia ngambil tanpa izin.
"Oh seperti itu."
"Saya pamit ya buk, mau segera bersih-bersih rasanya udah ga nyaman ini," kata Zeedan. Dia rasanya tak kuat berlama-lamaan di dekat Shani.
"Oh iya, silahkan. Kita juga mau pulang."
"Heheh.. iya buk, hati-hati saya, permisi dulu. Assamuallaikum."
"Waalaikumsalam."
"Duluan Shan," ucap Zeedan.
Zeedan buru-buru pulang. Sebenarnya dalam benak hati dia ingin menanyakan soal perselingkuhan itu, tapi dia rasa dia tak patut ikut campur. Namun, dari raut wajah mereka terlihat tenang, tak mungkin belum tau berita ini kan? Tapi agak suram dikit sih. Mungkin mereka adalah orang yang pandai menyembunyikan kesedihan. Dia hanya berharap bahwa perjodohan mereka batal, dan dia bisa berjuang mendapatkan Shani kembali. Eh, langkah awal meluluhkan Pak Sobirin dulu, baru Shani.
"Assalamuallaikum~"
Zeedan dengan kaki berjinjit berjalan menuju dapur. Nenek Zeedan yang melihat cucu nya pulang dengan keadaan basah kuyup pun terkejut. "Ya Allah, Zeedan, kenapa kamu bisa basah kuyup begitu? Kamu dari mana?"
Zeedan hanya menyengir lucu. "Ke sungai nek. Nih ikan, tadi Zeedan mancing." Zeedan memberikan keresek hitam yang berisi ikan.
"Terus itu kelapa sama rambutan?"
"Nemu di jalan nek."
"Astaga Zeedan Zeedan. Ada aja kelakuan kamu," heran Nenek Zeedan.
"Zeedan mau mandi nek."
"Antri, kakek belum selesai mandi," jelas Nenek.
Zeedan membuka kaos oblongnya sampai terlihat perutnya yang kotak-kotak aduhai menggoda iman.
"Nanti bajunya di jemur dulu ya, biar ga jamuran kalau langsung di satuin ke tumpukan baju kotor," perintah Nenek.
"Iya Nek."
"Kamu, nginep di sini kan?" Tanya Nenek sambil menuangkan isi plastik hitam ke dalam baskom.
"Iya nek, Zeedan, nginep. Pulang mungkin besok sore, tapi gatau juga sih," jawab Zeedan.
"Kecil-kecil banget ikan nya." Nenek Zeedan mengomentari ikan yang berukuran kecil berjumlah lima ekor itu.
"Belum rezeki kalau kata Soleh Nek."
"Kakek, buruan. Zeedan udah kedinginan, kalau ntar masuk badai kan gaenak," kata Zeedan sedikit keras di depan pintu kamar mandi.
"Sebentar, pakek baju," sahut Kakek.
Ceklek~
"Masuk badai, sekalian masuk gledek," kata Kakek.
"Jadi geng halilintar dong nanti."
"Udah buru mandi."
"Loh mau kemana kamu?" tanya Kakek yang melihat cucunya tak langsung masuk kamar mandi malah ke depan. "Ambil handuk kek," jawab Zeedan.
"Ga dari tadi. Malah nyuruh kakek buru-buru."
Makanan sudah siap di meja. Sayur asem, ikan goreng dan juga sambel. Itulah makanan sore hari ini. Mereka sudah berkumpul di meja makan, Zeedan juga ikut, dia sudah selesai mandi.
"Eh, nek, itu soal berita perselingkuhan Cio itu gimana?" tanya Zeedan di sela makannya.
"Nenek denger tadi Pak Sobirin cuma marah-marah terus pulang."
"Lah kagak di aduin ke bapak nya Cio?"
"Mungkin Pak Sobirin mau nenangin diri dulu. Kalau udah tenang baru di bahas pakek kepala dingin dengan Pak Reby," pikir Kakek.
Pak Reby adalah bapak dari Cio. Pak Reby sering di panggil Pak Haji gondrong karena rambutnya yang panjang.
"Kalau perjodohan mereka batal, Zeedan boleh ga ya deketin Shani lagi?"
"Kalau dari kakek sama Nenek tetep dukung sama siapa aja kamu mau ngejalin hubungan. Kalau kamu mau sama Shani, ya harus deketin keluarganya dulu," ungkap Kakek.
"Zeedan paham. Zeedan coba pelan-pelan."
Mereka lanjut makan dengan masih mengobrol hal-hal yang kurang penting sebenarnya. Tapi yasudahlah terserah merah.
Double up!
Udah ah. Smoga batal dah perjodohannya.
Maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari [END]
Teen Fiction"Kiw-kiw cewe, namanya siapa neng?" Tanya Zeedan pada anak Pak Sobirin dengan cengiran. "Astaghfirullah," ucap Gadis itu. "Astaghfirullah," ucap warga serempak mengikuti ucapan anak Pak Sobirin.