18

2K 239 8
                                    







"Baik Pak, kehadiran kami di sini, ingin membicarakan soal perjodohan di antara anak kita," ungkap Pak sobirin. Keluarga Pak Sobirin kini berada di rumah Pak Haji gondrong, setelah maghrib. Tentu saja untuk membicarakan soal perjodohan ini.

"Setelah mengetahui kelakuan anak Pak Haji di belakang anak saya. Saya sebagai ayah dari Shani, dengan ini akan membatalkan perjodohan yang sudah terjalin di antara ke dua nya."

"Pak, tapi saya masih cinta dengan Shani," kata Cio.

"Kalau kamu, cinta ga mungkin kamu, selingkuh di belakang anak saya. Kurang apa anak saya buat kamu?" balas Pak Sobirin.

"Diam Cio!" Tekan Pak Reby, ayah Cio.

"Saya mewakili anak saya Cio, menerima keputusan Pak Sobirin. Perjodohan ini batal. Maaf kan kelakuan anak saya yang tidak bermoral ini. Saya jujur sebagai orang tuanya malu," kata Pak Reby.

"Abah, tapi-"

"Sudah lah nak," Ibu Baby menyela ucapan anaknya. Baby adalah ibu dari Cio.

"Maafkan anak saya. Setelah ini mungkin kami akan segera menikahkan Cio dengan wanita yang Cio sembunyikan. Agar tak lagi menjadi bahan pembicaraan warga. Semoga Shani mendapat kan lelaki yang lebih baik dari Cio. Lelaki yang dapat membahagiakan Shani dan menerima Shani apa adanya," ujar Ibu Baby.

"Aamiin. Terima kasih karena sudah menerima keputusan dari kami," jawab Pak Sobirin.

"Minta maaf lah Cio, jangan lagi permalukan Abah," bisik Pak Reby pada Cio.

"Bapak, Ibu, Shani, saya Cio meminta maaf atas apa yang sudah saya lakukan. Saya mengakui kesalahan saya, semua itu karna saya khilaf pak. Saya tidak bisa menjaga pandangan sehingga saya tidak sengaja menyukai perempuan lain dan menjalin hubungan," ungkap Cio.

"Semoga kamu tak mengulangi apa telah kamu lakukan, pada pasanganmu kelak Cio," nasihat Pak Sobirin.

"Baik hanya itu saja yang ingin kami sampaikan. Kami mohon pamit undur diri. Karena hari juga sudah semakin gelap. Tak enak bertamu sampai malam," kata Pak Sobirin sopan.

"Tidak apa Pak Sobirin. Kami senang jika keluarga masih mau bersilaturahmi seperti ini," jawab Pak Reby.

"Kami permisi ya Pak."

Keluarga Pak Sobirin bersalaman dan berpamitan sebelum akhirnya pulang ke rumah.

Keluarga Pak Sobirin bersalaman dan berpamitan sebelum akhirnya pulang ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Yang jadi Pak Reby. Pak Haji Gondrong)

Shani pov

Hari-hari telah berlalu. Setelah hari dimana Zeedan datang ke rumah, serta perbincangan yang telah terjadi di rumah bersama Bapak. Kini dirinya kembali tak terlihat. Entah kemana dia pergi. Sepertinya dia kembali ke kota.

Aku tak menyangka bapak merestui Zeedan untuk mendekati ku. Meski ada syarat di balik itu. Tapi tetap saja itu sungguh mengejutkan. Setelah apa yang bapak pikirkan tentang Zeedan, tapi akhirnya semua itu perlahan mulai berubah. Yang tadinya selalu negatif, kini beralih menjadi positif.

Tangan ku terus bergerak menggores di atas kertas kosong berwarna putih. Aku sangat suka menggambar, itu adalah salah satu hobi ku. Akhir-akhir ini objek yang selalu aku torehkan pada kertas adalah seorang lelaki berparas tampan, yang kata orang dia adalah seorang berandal. Tapi tidak bagi ku. Dia tetap lah lelaki yang menurut ku mempunyai perilaku beda dari yang lain, mempunyai karakter tersendiri. Dia memang bandel, tapi aku suka. Zeedan, ya dia orangnya.

Sering kali dia mengutarakan perasaan pada ku. Pada saat itu ingin sekali aku membalas "ya, aku juga mencintaimu." Tapi lidah ku kelu. Aku tak bisa mengatakan itu karena adanya ikatan perjodohan serta amanat dari Bapak untuk selalu menjaga hati, meski aku tak mencintai Cio sedikit pun. Aku, akui Cio adalah lelaki yang baik, tapi itu sebelum perbuatannya terkuak soal perselingkuhan. Aku benci perselingkuhan.

Entah aku harus bersyukur atau bagimana. Karena sebenarnya aku merasakan bahagia saat bapak mengatakan perjodohan ini batal. Ingin rasanya aku bersorak dan mengadakan pesta bersama teman perempuan ku. Doa ku terkabul dalam meminta jalan untuk permasalahan ini. Serta juga Zeedan, adalah nama yang selalu aku sebut di waktu sholat sepertiga malam, kini terjawab. Zeedan akan segera menjadi pasangan ku (mungkin?) Tapi jika dia berhasil memenuhi syarat yang bapak berikan untik berubah dalam satu bulan ini. Harapan ku adalah dia berhasil. Aku akan membantu doa untuk itu.

Zeedan tak ada kabar. Meski aku memiliki kontaknya di ponsel ku, tapi sekarang dia tak lagi menye-pam ratusan chat di nomor ku. Sekarang nampak sepi. Aku merasalan perubahan terhadap dirinya. Zeedan menjadi cuek tak lagi seceria dahulu saat bertemu dengan aku.

Apa aku telah mengecewakan dia?

Aku merasa bersalah jika jawabannya iya.

Ingin aku menghubunginya namun, gengsi ku lebih besar. Aku ingin kembali berbincang dengannya. Menyanyakan kabarnya setelah tiba-tiba menghilang. Bisa saja aku, bertanya pada nenek Zeedan, tapi aku terlalu malu untuk itu.

Bolehkah aku berharap, saat ini Zeedan agar menelponku? Aku rindu suaranya.

Gambaran wajah Zeedan yang aku buat, akan segera selesai. Namun, gerakan tangan ku terhenti saat getaran ponselku terdengar. Ada panggilan masuk. Aku menjadi gugup saat melihat nama yang tertera di layar ponselku.

Itu Zeedan!

Shani pov end































Ciaa ada yang rindu tuhhh.

Maap buat typo.

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang