33

2.8K 272 10
                                    

Tok tok tok~

Ketukan pintu membangunkan salah satu sepasang suami istri yang lagi terlelap dengan keadaan naked hanya tertutupi selimut tebal.

"Shani bangun nak, Sholat Subuh. Bangunin Zeedan sekalian." Ternyata pelakuanya adalah Ibu Shani.

"Iya bu," sahut Shani dengan suara khas bangun tidur nya.

"Jangan lupa mandi besar ya."

Mata Shani terbelalak mendengarnya. "Ibu tau kah?" Gumam Shani.

Shani ingin bangun terlebih dahulu, tapi ternyata dia merasakan sakit di area bawahnya. "Sakit banget," ringis Shani.

"Zee, Zeedan." Shani menggoyang-goyangkan tubuh Zeedan, berharap suaminya itu cepat bangun.

Tak lama terdengar lenguhan dari Zeedan dia menggeliat dan menatap sekeliling dengan matanga yang masih riyip-riyip.

"Zeedan," panggil Shani.

Zeedan menoleh ke sumber suara. Dia terkejut melihat sosok wanita yang tidur bersamanya. Zeedan bergeser panik sampai jatuh dari atas ranjang.

Gubrak!

"Hadohh!" Pekik Zeedan.

"Siapa lo?!" Tanya Zeedan dengan setengah sadar dengan muka khas bangun tidur dan rambut yang berantakan.

"Ishh," dengus Shani. Dia mengambil bantal dan melemparkan dengan kasar ke arah tepat pada wajah Zeedan. Zeedan sampai terjungkal karena kena lemparan bantal itu.

Zeedan kemudian bangun dia mengerjab-ngerjakan mata. Sepertinya dia sudah sadar. "Eh, Shani," ucap Zeedan sambil cengengesan.

"Apa? Udah sadar?" Kesal Shani.

"Udah-udah hehehe... maapin ya."

"Ibu tadi bangunin, suruh kita siap-siap sholat subuh," ungkap Shani.

"Yaudah ayo kita siap-siap."

"Itu aku sakit," ungkap Shani.

"Ha? Itu apa?" Bingung Zeedan.

"Itu aku, loh. Bagian bawah aku."

"Oalah itu," jawab Zeedan yang sudah mengerti apa yang di maksud Shani.

Zeedan bangkit hendak menggendong Shani agar bisa ke kamar mandi. "Ish, pakek baju kamu! Minimal celana, itu kamu kayak mau jatoh!" Kata Shani.

Zeedan melihat ke bawah, melihat miliknya yang sekarang bergelantunt bebas. "Alah aman kok. Orang mau mandi juga sekalian, buat apa makek baju. Kamu pun udah liat semalen kan," jawab Zeedan santai.

Zeedan dengan sigap menggendong tubuh Shani yang masih terbalut dengan selimut itu. Di bawanya Shani ke kamar mandi.

"Udah sana keluar. Aku, mau mandi," kata Shani.

"Gamau. Kita mandi bareng aja, biar hemat waktu," jawab Zeedan.

Akhirnya mereka pun mandi bersama. Hanya mandi biasa tidak ada adegan lain. Karena Shani pun masih mengeluh miliknya sakit. Zeedan tak tega ingin kembali menggempur istrinya itu.

Setelah mandi Shani mengganti seprai miliknya yang terkena noda merah di sana. Kalian tau kan apaan itu. Dengan bantuan Zeedan mereka mengganti seprai. Setelah selesai mereka keluar kamar hendak melakukan sholat berjamaah di rumah.

Di pagi hari Shani sedang membantu ibunya menyiapkan sarapan di dapur. Sedangkan Zeedan sedang bersama pak Sobirin mengurus burung perkutut peliharaan Pak Sobirin.

"Pak, itu burungnya ga di kasih sabun? Cuma di semprotin air aja?" Tanya Zeedan yang melihat pak Sobirin memandikan burung peliharaan.

"Kamu kira apaan? Pakek segala pakai sabun. Yang ada mati nanti burung saya."

"Emangnya bisa mati kalau di kasih sabun?"

"Ya gatau juga sih. Belom nyoba, tapi saya juga gamau ambil resiko."

"Tolong ambilin pisang di kulkas. Satu aja ya," pinta Pak Sobirin.

"Iya pak." Zeedan berdiri dan beranjak masuk ke dalam rumah.

Dia melihat keberadaan istrinya yang sedang memotong-motong beberapa bakso, sedangkan Ibu Shani ntah kemana. "Ibu, dimana Shan?" Tanya Zeedan.

"Di kamar mandi. Kamu mau apa?" Tanya Shani balik.

"Ambil pisang di suruh bapak." Zeedan membuka kulkas, mencari pisang yang di maksud Pak Sobirin.

"Nyari apa Dan?" Tanya Ibu Shani yang kini datang.

"Nyari pisang bu, di suruh bapak," jawab Zeedan.

"Oh, pasti buat kasih makan burung ya?"

"Iya kayaknya bu." Akhirnya Zeedan mendapatkan pisang berwarna kuning di kulkas.

Zeedan tak langsung keluar, tapi menghampiri Shani yang masih memotong beberapa pentol itu.

"Mau masak apa?" Tanya Zeedan.

"Sayur sop. Kamu suka ga?" Tanya Shani.

"Suka kok. Apalagi kalau kamu yang masak."

"Aku ke depan dulu ya. Semangat masaknya."

Cuph~

Zeedan meninggalkan satu kecupan di pipi Shani. "Cium aku, juga dong," pinta Zeedan menyodorkan pipi kirinya ke arah Shani.

Shani terkekeh dan menuruti permintaan Zeedan. Dia mencium pipi Zeedan singkat. "Makasih sayang," ucap Zeedan.

Untung saja Ibu Shani tidak melihat apa yang mereka berdua lakukan. Ibu Shani masih sibuk dengan masakannya, di depan kompor yang jarak meja tempat Shani dan kompor cukup jauh.

"Bu, Zeedan ke depan dulu ya."

"Iya Dan, sana," balas Ibu Shani, tapi ia tetap sibuk dengan masakannya di depan kompor. Zeedan kemudian keluar rumah untuk memberikan pisang kepada Pak Sobirin.

Untuk barang-barang persiapan pernikahan sudah sebagian di bersihkan tadi malam sekalian di angkut. Pagi ini hanya tersisa seperti meja-meja, kursi dan sampah yang berserakan. Zeedan sudah menelpon orang pembersih untuk membersihkan ini semua. Jadi Shani dan kelurga bisa tenang, tidak terlalu kepikiran untuk membersihkan halaman.


























Tipis tipis. Gua memasuki masa-masa UKK ges, pusing aing mah teh. Hari hari liburku ga bisa tenang.

Sabar sabar aja klean buat nunggu up cerita yg laen. Sabar ya kecebong aing.

Dah gitu aja maap buat typo yak.

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang