Epilog

2.7K 209 22
                                    

Suara dentuman musik menggema memenuhi setiap sudut ruangan. Para manusia berbeda jenis melenggak-lenggokkan tubuhnya di bawah lampu warna-warni yang berputar, bisa saja membuat kepala pusing saat melihatnya. Bau-bau alhkohol menyeruak di indra penciuman.

Zeedan kembali memasuki tempat ini setelah sekian lamanya dia memilih untuk keluar dari dunia seperti ini. Bukan tanpa alasan dia pergi ke sini. Zeedan kembali menginjakkan kakinya di sini karna Aldo. Temannya itu mabuk berat tak mampu untuk kembali pulang ke rumah sendiri.

Dan pada akhirnya Aldo dengan keadaan setengah sadar menelpon Zeedan untuk meminta tolong mengantarkannya pulang dari club malam ini. Di pukul dua dini hari itu dengan terpaksa Zeedan meminta izin pada istrinya untuk pergi. Dan akhirnya Shani megizinkan. Yah jadi di sinilah dia sekarang.

"Ashel-Ashel. Gue, tuh cinta sama lo! Kenapa lo sakitin gue, anjeng! Kenapa lo tega ninggalin gue, milih buat nikah sama orang lain daripada gue?! Padahal gue, yang selama ini selalu ada buat lo Shel." Aldo sedaritadi melantur dengan kondisi yang sekarang sudah sangat mabuk. Zeedan masih setia duduk di sebelahnya menemani.

"Berarti Ashel bukan jodoh ku Do," sahut Zeedan.

"Masa? Gue, kurang ganteng apa coba Dan? Kenapa Ashel milih orang lain?"

"Namanya juga takdir. Mungkin Tuhan udah nyiapin jodoh yang lebih baik dari Ashel. Lo sabar aja."

"Ah! Gue ga terima! Badjingan!" Pekik Aldo.

"Heh! Mulut lo," tegur Zeedan.

Aldo kembali meneguk minuman alkohol yang masih tersisa sedikit di dalam botol, dengan sekali tegukan sisa air itu habis.

"Udah Do. Tambah teler lo nanti," kata Zeedan.

"Dan," panggil Aldo.

"Ha?" Saut Zeedan.

"Anak lo kurang kasih sayang dari gue, Dan," kata Aldo. Sepertinya ni anak mulai ngelantur lagi ngomongnya.

"Ya jarang ketemu, ya emang yang wajib mah gua, lo mah kagak wajib," sahut Zeedan.

"Lah iya."

"Lah iya."

"Makanya, ketumin gua, sama anak lo," lanjut Aldo.

"Ya tinggal main ke rumah kagak repot," balas Zeedan.

"Biar anak lo tau siapa bapaknya."

"Lah?" Heran Zeedan.

"Gue, kasih tau. Nih bapak kamu Zeedan."

"Ya udah tau anak gua."

"Kan emang lo bapaknya-kan?"

"Ya tapi dah tau. Tanpa lo omongin anak gue, udah tau kalau gue bapaknye."

"Lo tau, lo bapaknya dia?" Tanya Aldo.

"Gua?" Tanya Zeedan.

"Iya," jawab Aldo.

"Tau."

"Karna dia anak lo."

Zeedan terdiam lelah mendengar perkataan Aldo. Dia menghembuskan napas lelah.

"Umur berapa? Empat tahun? Anak lo bakal sasat kalau umur dia belum lima tahun."

"Sialan ni orang lama-lama. Ayo buru pulang dah pulang." Zeedan bangkit menarik tangan Aldo untuk bangkit dari tempat duduk. Jika tidak buru-buru di bawa pulang, bisa-bisa Zeedan ikut mabuk dan pusing karena mendengar perkataan Aldo yang ngelantur ini.

Aldo dimasukkan ke dalam mobil Zeedan untuk di bawa pulang. Sedangkan mobil Aldo dibiarkan di sana terlebuh dahulu. Biar besok saja di ambil oleh Aldo sendiri. Lagian itu mobil ga bakal ilang, karena tempat yang terjamin keamanannya.

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang