34

2.4K 256 11
                                    


Sudah hampir satu bulan usia pernikahan Zeedan dan Shani. Berarti sudah satu bulan juga lama Zeedan serumah dengan Shani dan keluarga.

Cuaca hari ini sangatlah puanas. Zeedan sampai tidak memakai atasan. Dia hanya memakai celana kolornya dan sekarang sedang duduk di depan rumah mencari angin katanya.

Tak sadar saja banyak ibu-ibu dan wanita muda yang setiap lewat depan rumah melihat ke arahnta, lebih tepatnya ke arah perutnya yang terdapat roti sobek berjumlah delapan itu. Sungguh uwawwww...

Keadaan rumah sedang sepi. Pak Sobirin sedang ada urusan di balai desa. Ibu Shani tadi sedang keluar tak tau kemana dengan sepeda jengki. Jadi kini Zeedan hanya berdua bersama Shani.

Kebul asap keluar dari mulut Zeedan. Memang sampai saat ini dia masih merokok, tapi sudah tak sesering itu. Udah di jatah oleh istrinya. Ya Zeedan cuma berani nurut, ga berani nolak dia.

"Permisi Mas." Seorang wanita yang kira-kira seumuran dengannya datang membawa sekantung kresek berwarna hijau.

"Eh iya mbak." Zeedan berdiri tentunya langsung terlihat perutnya yang kotak-kotak itu.

"Anu, ini di kasih jajan ibuk," kata wanita itu, tapi matanya menatap ke arah perut Zeedan.

"Jajan apa mbak?"

"Roti sobek mas," spontan perempuan itu.

"Ha? Roti sobek?"

"Eh, nggak itu, jajan mas. Ya pokoknya jajan, dari Ibu Warsih, acara syukuran biasa," jawab wanita itu dengan benar.

"Ada apa Des?" Shani keluar sambil membawakan segelas es, yang sepertinya itu untuk Zeedan.

"Eh, Shan. Ini di kasih jajan syukuran dari ibuk," jawab Wanita itu yang ternyata bernama Desi.

Shani melirik kresek yang sudah di terima oleh Zeedan. "Makasih ya Des, repot-repot nih."

"Sama-sama Shan, ga repot kok. Aku, pulang dulu ya Shan kalau gitu, masih ada yang harus aku, anterin lagi," pamit Desi.

"Iya-iya Des. Makasih banyak ya sekali lagi," kata Shani.

"Mari Shan, Mas," pamit Desi sebelum benar-benar pergi.

Shani dan Zeedan menatap kepergian motor Desi dari pekarangan rumah. Raut wajah Shani tiba-tiba berubah, dia melirik Zeedan dengan tajam setajam silet. Pokoknya cocok jika di kasih sound bombastic side eye.

Tangan Shani dengan kesal mencubit perut Zeedan tanpa rasa bersalah setelahnya. "Aduh!" Pekik Zeedan karena merasa kesakitan.

"Kenapa sih?" Tanya Zeedan sambil mengusap-usap perutnya yang di cubit Shani.

"Kenapa kamu ga pakai baju? Gapunya baju kah?" Tanya Shani dengan kesal.

"Gerah sayang jadi aku, lepas cari angin," jawab Zeedan.

"Aurora Zeedan, ga baik kayak gini ih, diliat orang. Apalagi itu tadi Desi liatin perut kamu terus loh," kata Shani tak terima.

"Kan dia punya mata."

"Yaudah gausah pakek baju terus sana. Keluar sana kamu, copot celana sekalian sana lari-lari pamer keliling desa," kesal Shani. Dia sudah melengos dengan mata yang berkaca-kaca.

"Masa aku, copot celana sih?" Zeedan menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal.

"Iya sana! Aku, bakar sekalian baju-baju kamu biar gausah pakek baju."

Zeedan melirik istrinya itu yang memunggungi dirinya. "Ngambek apa ya?" Pikir Zeedan.

Takut nanti ada tetangga yang melihat mereka seperti sedang bertengkar, lebih baik Zeedan membawa istrinya ini masuk ke dalam rumah.

"Masuk aja yuk, udah ga kegerahan aku, kok. Ayok-ayok."

"Gausah pegang-pegang! Kamu bau!" Elak Shani.

"Nanti aku, mandi parfum."

Zeedan merangkul Shani membawanya masuk ke dalam rumah. Dia juga tak lupa mengambil gelas yang berisi es dan bungkus rokok beserta korek yang terletak di atas meja.

~~~

Bukan Zeedan namanya jika tak berhasil membujuk sang istri yang sedang ngambek seperti anak kecil. Terbukti sekarang Shani sudah luluh, dia duduk si sela-sela kaki Zeedan yang di silangkan. Shani bersandar di dada Zeedan yang masih belum memakai bajunya. Dengan santainya dia menikmati jajanan berjudul sukro sambil menonton tv.

Sedangkan Zeedan sesekali juga menerima suapan sukro dari Shani, dengan tangannya yang terus mengelus perut rata Shani. Entah kenapa akhir-akhir ini Shani sangat suka di perlakukan seperti itu. Lagi manjah nihhh.

Tangan Zeedan mengambil gelas berisi es dan meneguknya dengan segarnya. "Aku, mauu," pinta Shani.

Tangan Zeedan beralih memberikan minum pada Shani. Istrinya itu tak mau memegang gelas, alhasil Zeedan lah yang memegang gelas itu dan Shani tinggal minum. Behhh, manja kali lah Shani ini.

"Elus lagi, perut aku," pinta Shani.

"Iya sayang iya," jawab Zeedan dengan sabar. Dia juga menikmati masa-masa seperti ini, bisa sekalian mengelus hal lain. Ehe!

"Aku, ngantuk," adu Shani.

"Tidur sayang." Zeedan mengusap kepala istrinya yang tertutup kerudung dengan sayang.

"Hemm," dehem Shani dengan mata yang sudah terasa berar. Tak terasa dia pun tertidur dengan posisi yang sama.




























Uwu uwu tuh. Maklum pengantin baru wkwkwk.

Gue capek bngt abis dateng di spasar nganten sodara aku. Besok lanjut ujian lagi hadehh capek.

Dah maap buat typo.

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang