35

2.6K 247 12
                                    

Di koridor kampus Zeedan berlari dengan gelisah. Dia bahkan sesekali tak sengaja menyenggol tubuh orang lain. Zeedan masuk ke dalam ruang kesehatan dimana tempat mahasiswa yang sakit di istirahatkan.

Zeedan bisa melihat di sana Shani sedang terbaring di atas brankar di temani oleh Feni di sisinya. Zeedan mendekati Feni yang terduduk di kursi sebelah kasur.

"Fen. Istri gue, dari tadi masih pingsan?" Tanya Zeedan. Penyebab Zeedan berlari-larian tadi ternyata adalah mendapat kabar jika sang istri tiba-tiba pingsan setelah dari kamar mandi. Dengan bantuan Feni dan beberapa mahasiswi lainnya Shani di bawa ke ruang kesehatan yang untung jaraknya cukup dekat.

"Tadi udah bangun, tapi tidur lagi katanya kepalanya pusing," jawab Feni.

"Dia kenapa bisa pingsan? Tadi di rumah sehat-sehat aja loh."

"Jadi gini..."

Flashback on

"Pelajaran kali ini saya, tutup, jangan lupa tugas di kumpulkan minggu depan. Kalian bisa istirahat sekarang." Dosen matkul keluar dari ruangan di susul beberapa anak yang juga ikut keluar.

"Lo gapapa Shan? Daritadi gue, perhatiin kayak lemes banget," kata Feni.

"Kepala aku, pusing Fen. Perut aku, juga rasanya sakit," keluh Shani.

"Loh, lo abis ngapaian? Abis makan apa? Lo bisa sakit perut gitu," tanya Feni ikut khawatir, bagaimanapun dia kan sahabatnya. Senang sakit ikut merasakan.

"Ga makan apa-apa kok. Mau dateng bulan kali ya? Jadi kayak gini," Pikir Shani.

"Maybe?" Sahut Feni.

"Anterin aku, ke kamar mandi yuk," pinta Shani.

"Ayuk, sekalian nanti ke kantin. Lo juga butuh makan, siapa tau pusing sama sakit perut lo berkurang rasa sakitnya."

Tanpa babibubebo Shani dan Feni pergi ke toliet wanita. Yang masuk hanya Shani sedangkan Feni menunggu di luar, karena dia lagi tak ingin apa-apa.

"Udah Shan?" Kata Feni saat Shani sudah keluar daei toilet.

Shani mengangguk. "Kepala aku, pusing banget Fen," keluh Shani.

"Ha? Ke ruang kesehatan aja ayo, biar kamu bisa istirahat."

Shani tak menjawab, dia hanya memegangi kepalanya dan pundak Feni. Kemudian tubuh Shani mau ambruk, tapi segera di tahan oleh Feni.

"Weey, cewe-cewe tolong, bantu bawa temen gue, ke ruang kesehatan," pinta Feni pada mahasiswi random, dia pun tak kenal siapa saja yang membantunya.

Kenapa tidak meminta tolong lelaki? Karena Feni tau bagaimana Shani, dia sangat menjaga diri agar tidak bersentuhan dengan sembarang lelaki. Lagipula statusnya sekarang dia sudah menikah dan mempunyai suami. Makanya Feni meminta tolong kepada cewe, walaupun meski borongan begitu gendongnya biar sampai di ruang kesehatan.

Flashback end.

"...jadi gitu Dan ceritanya," jelas Feni.

"Shani abis lo apain?" Cerca Feni.

"Ha? Gua, apain? Ya pastinya gue, sayang-sayanglah. Yakali gue, jahatin."

"Awas aja lo," peringat Feni sambil menunjuk wajah Zeedan. Zeedan sampai meringis melihat kuku jari Feni yang cukup panjang.

"Enguhh~" terdengar lenguhan dari arah Shani yang sepertinya dia sudah terbangun.

"Hei sayang," Zeedan buru-buru mendekat ke arah Shani.

"Kamu di sini?" Tanya Shani.

"Iya, tadi di kabarin Feni, makanya aku, buru-buru ke sini. Kamu kenapa?" Tanya Zeedan khawatir.

"Kepala aku, pusing."

"Pulang aja yuk. Istirahat di rumah," ajak Zeedan

"Tapi masih ada kelas habis ini," jawab shani.

"Udah Shan nanti gue, izinin ke dosen kalau lo pulang karena sakit. Ga bakal di marahin, lagian Pak Darmo kan baik." Pak Darmo adalah salah satu dosen yang terkenal sangat baik dalam mengajar di metkul mereka.

"Tuh, udah mau di izinin Feni. Kita pulang aja ya?" Akhirnya Shani mengangguk setuju.

"Bentar aku, telpon Aldo dulu pinjem mobil. Aku, gamau naik motor nanti buat kamu tambah sakit karena kena angin di jalan."

Zeedan keluar dari ruangan sebentar untuk menelpon Aldo. Jika dia tau, mending tadi pagi Zeedan naik mobil saja, jangan naik motor.

"Halo Dan?" Suara dari Aldo.

"Halo Do. Lo dimana?"

"Di kelas, kenapa?"

"Gue, pinjem mobil lo dong. Shani sakit, mau gue, ajak pulang ke rumah aja. Gue ga tega liat dia naik motor, ntar, yang ada tambah sakit nanti. Gue, gamau. Pinjemin mobil ye, nanti lo pakek motor gue. Tapi tolong anterin juga ke rumah, hehehe... lo taukan jalannya?"

"Ye ilah ni anak. Udah minjem, pakek segala suruh nganterin motor ke rumah coba."

"Ya udah sih. Jadi boleh ga? Kasihan ni Istri gue, mau buru-buru gue, baw pulang, biar bisa istirahat."

"Yaudah iya. Lo dimana sekarang?"

"Di ruang kesehatan."

"Oke, gue, ke sana sekarang."

"Oke, makasih Do."

Tut!

Panggilan berakhir. Zeedan kembali masuk ke dalam ruangan sambil menunggu Aldo yang akan datang ke sana.

Tak lama Aldo pun datang, memberikan kunci mobil miliknya dan Zeedan memberikan kunci motor miliknya. Kemudian mereka ke parkiran mengantar Shani dan juga Zeedan.

"Maaf ya Do jadi ngerepotin kamu," kata Shani tak enak.

"Gapapa Shan. Santai aja," jawab Aldo.

"Gue, pinjem dulu ye," kata Zeedan.

"Yoi, dah sono balik."

Zeedan juga Shani masuk ke dalam mobil. Kemudian mobil yang di naiki Zeedan dengan segara pergi dari parkarian untuk pulang ke rumah.













Shani sakit, kasihan bangett.

Dah gitu aja maap buat typo.

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang