Zeedan povTernyata nenek tidak bercanda untuk membuatkanku minum. Seperti waktu kemarin, nenek membuatkanku minuman susu coklat. Awalnya susu ini hangat tapi karena cuaca yang terlihat panas jadi aku masukkan es batu ke dalamnya. Aku menikmati di depan tv sambil bermain game online.
"Zeedan, nenek keluar dulu mau bayar arisan," kata nenek ku.
"Iya nek, hati-hati. Perlu Zeedan anter ga?" Tanyaku. Siapa tau dia malas berjalan, maka aku siap sedia untuk mengantarnya.
"Tidak, kamu jaga rumah saja." Tolaknya.
"Yaudah."
Kini aku sendiri di rumah. Kakek belum pulang sedari tadi aku datang ke sini. Ntah keman beliau ini. Aku menyesap rokok ku di sela-sela permainan game online ku. Sesekali juga meminum susu dingin.
"Bangsat!" Pekik ku tiba-tiba karena mendapat panggilan telepon di tengah-tengah permainan berlangsung seru.
"Ya Allah, sabar Zeedan sabar." Aku mengusap dadaku berusaha sabar.
REVEN! Nama yang tertera di ponselku. Dia lah pelaku penelponan ini. Aku mengangkat telpon itu.
"Apaan bangsat?!" Tanyaku kesal.
"Wei selow bro selow. Kalem, kenapa marah-marah."
"Lo nelpon pas gua lagi seru-seunya main game. Kesel gua," kataku dan dia hanya tertawa di ujung sana.
"Maap-maap. Gua mana tau."
"Iye. Kenape nelpon?"
"Gua sama temen-temen yang lain mau ngebolang. Lo ikut kagak?"
"Panas-panas gini mau nge-bolang?" Aku tak habis pikir dengan mereka.
"Lah kenape, pasti ntar juga ga krasa panasnya. Ayolah ikut. Bawa pancingan kakek lo, ntar kita jalan kaki. Gua sama temen-temen tunggu di rondan oke, kalau lu ikut."
Aku berpikir sejenak. Kapan lagi nge-bolang kan? Daripada aku gabutz di rumah sendirian gini, mending main sama temen. "Oke gue ikut. Gua siap-siap dulu."
"Nah gitu dong! Kita tunggu di rondann. Cepet!"
Tut!
Panggilan berakhir. Aku bergegas bersiap. Memasukkan motorku ke dalam rumah, berganti baju dengan kaos tanpa lengan dan celana selutut yang banyak sakunya. Aku menuliskan sesuatu di atas kertas sebelum meninggalkan rumah.
ZEEDAN PERGI MAIN SAMA TEMEN-TEMEN
Itulah yang aku tuliskan di atas kertas. Aku memasukkan rokok dan beberapa uang ke saku, mengambil pancingan milik kakek dan juga kresek hitam besar. Siapa tau nanti akan mendapat ikan lumayan bisa aku bawa pulang untuk di masak nenek. Aku meninggalkan tulisan tadi di atas meja ruang tamu. Setelah itu keluar rumah dan pergi ke rondang.
Di sana beberapa temanku sudah berkumpul. Reven,Rollan,Soleh kurang Luky yang belum ada.
"Hai gaes," sapaku. Mereka langsung menjabat tanganku. Sudah lama aku tak bertemu mereka.
"Wedeh, gimana kabar bro? Aman kan?" tanya Rollan.
"Aman, cuma nih dapet kenang-kenangan." Aku menunjukkan beberapa luka lebam ku yang masih ketara.
"Wkwkwk gapapa, bentar lagi juga ilang itu lebam," kata Reven.
"Ya Allah, Masyaallah A'a Zeedan, ganteng pisan euy. Lama ga ketemu A'" kata perempuan yang ku tau namanya Lala. Menurut desas desus yang aku dengar, dirinya menyimpan rasa pada ku tapi sayang aku tak ada rasa untuk nya. Padahal cantik. Tapi mau gimana lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari [END]
Teen Fiction"Kiw-kiw cewe, namanya siapa neng?" Tanya Zeedan pada anak Pak Sobirin dengan cengiran. "Astaghfirullah," ucap Gadis itu. "Astaghfirullah," ucap warga serempak mengikuti ucapan anak Pak Sobirin.