Shani terdiam di dalam kamar mandi. Tatapannya terus tertuju pada test pack yang dia pegang di tangannya. Test peck itu menampilkan dua garis biru.
Shani merasa tanggal mensturasinya telat. Padahal biasanya dia selalu tepat jika saatnya. Maka dari itu muncul kecurigaan jika dia sedang hamil, di tambah akhri-akhir ini dia sering merasakan mual.
Jadi sepulang dari kuliah tadi Shani meminta Zeedan untuk pergi ke apotik dengan alasan ingin membelikan obat untuk bapak. Shani tidak memberitaukan tanda-tanda yang dia rasakan. Dia juga tidak menceritakan maksud ke apotik sebenarnya untuk membeli test pack.
Dia awalnya-kan memang ingin mencoba mengecek tanpa memberi tau kepada Zeedan. Takut-takut ternyata hasilnya negatif kan kasihan Zeedan, pasti akan merasa sedih. Maka dari itu dia diam-diam saja.
Sampai rumah setelah mandi ini baru dia menggunakan test pack yang dia beli tadi, untuk di coba. Ternyata benar dugaannya akhir-akhir ini jika dirinya sedang hamil. Dia positif. Tentunya dia merasa sangat senang. Shani berencana memberi taukan hasilnya pada Zeedan nanti.
"Sayang masih lama ga? Aku, udah gerah pengen mandi," kata Zeedan dari luar kamar mandi.
"Udah kok, udah selesai," jawab Shani. Dia buru-buru memasukkan test peck ke tempat semula. Serasa tak ada yang tertinggal Shani keluar dari kamar mandi sembari menyembunyikan test peck iti agar tidak diketaui oleh Zeedan.
"Hehehe...gih mandi. Aku, siapin baju buat kamu," kata Shani sambil membuka jalan untuk Zeedan agar bisa masuk ke dalam kamar mandi.
"Okey," jawab Zeedan sambil mengusap kepala Shani yang belum memakai jilbab.
Shani menyembunyikan test peck itu di bawah bantal kemudian segera mencari sepasang baju untuk di kenakan Zeedan.
"Zeedan, bajunya udah ada di atas kasur. Aku, keluar dulu ya bantu ibu."
"Iya," sahut Zeedan dari dalam kamar mandi.
Shani keluar dari kamar menuju dapur untuk membantu Ibunya yang sedang masak untuk makan sore ini.
"Zeedan mana Shan?" Tanya Ibu yang sedang menata makanan di meja makan.
"Masih mandi bu," jawab Shani.
"Ada yang bisa Shani bantu ga?" Tanya Shani menawarkan diri.
"Ga ada. Orang udah selesai. Telat kamu datengnya, kelamaan di kamar," jawab Ibu Shani.
"Hehehe...maaf bu."
"Gapapa. Tinggal nunggu bapak sama suami kamu, terus kita makan," jawab Ibu.
~~~
Acara makan sudah selesai, mereka langsung masuk ke dalam kamar masing-masing untuk istirahat.
Dia dalam kamar Shani sedang duduk di kursi meja belajar. Berkutat dengan tugas-tugas kuliah. Sedangkan Zeedan rebahan di atas kasur sambil memainkan ponselnya.
"Sayang, masih banyak tugas kamu? Udah mau larut malem loh," kata Zeedan karena sedari tadi istrinya itu belum juga selesai mengerjakan tugas. Padahal jam sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam.
"Sedikit lagi," jawab Shani.
Zeedan bangkit lalu menghampiri Shani. Berniat membantu mengerjakan tugas, jika dia paham. Kalau ga pahan ya bantu semangat aja.
"Coba liat," pinta Zeedan yang kini sudah duduk di sebelah Shani. Zeedan melihat soal-soal di buku Shani.
"Ah kalau ini mah aku, ga paham. Aku, bantu semangat aja ya," kata Zeedan.
"Ish, kamu ini," dengus Shani. Dia kira suaminya itu benar-benar akan membantunya.
"Aku, temenin di sini sampai kamu selesai," kata Zeedan. Dia meletakkan kepalanya di atas meja. Sebenarnya dia sudah merasa ngantuk, tapi tetap Zeedan akan menunggu Shani untuk tidur bersama.
"Kamu kalau udah ngantuk tidur duluan aja," kata Shani. Tangannya mengusap kepala Zeedan. Dia beristirahat sejenak karena jujur tangannya capek daritadi nulis terus.
"Nanti aja. Aku, belum ngantuk kok," bohong Zeedan.
"Hem, bentar lagi ya, udah mau selesai kok," kata Shani. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya agar cepet selesai.
Setelah bermenit-menit kemudian dia mengerjakan tugas akhirnya selesai juga. Dia membereskan buku-buku dan peralatan tulisnya lalu mengajak Zeedan untuk tidur.
"Ada yang aku, mau kasih tau buat kamu," kata Shani saat dia dan Zeedan sudah tiduran di atas kasur.
"Apa?" Tanya Zeedan.
"Raba bawah bantal kamu deh, liat sendiri."
Zeedan melakukan apa yang Shani minta. Tangannya merasakan seperti ada yang mengganjal di sana. Dia mengambil benda itu.
"Test peck?" Kata Zeedan. Dia melihat ke arah Shani, seakan bertanya.
"Buka aja."
Zeedan mengeluarkan test peck itu dari bungkusnya. Lalu melihat apa yang tertera di sana.
"Gapapa kok," kata Zeedan sambil memngusap kepala Zeedan.
Shani tentunya bingung dengan respon yang Zeedan berikan. "Maksudnya?" Tanya Shani.
"Gapapa, mungkin emang belum rezeki kita buat punya anak. Yang sabar aja ya, pasti nanti kalau udah saatnya pasti kejadian," kata Zeedan. Shani semakin bingung dibuatnya.
"Maksud kamu apa?"
"Ini test peck, negatif kan?" Kata Zeedan.
"Ishh! Kamu bisa baca hasil test peck ga sih? Itu positif Zeedan! Aku, hamil," jelas Shani sedikit kesal.
"Ha? Ka-kamu hamil?" Zeedan tak percaya mendengarnya.
"Iya!"
"Beneran?"
"Iya, Zeedan!"
Mulut Zeedan terbuka lebar sambil melihat ke arah test peck ditangannya. "YEEEEESHHHHH!" Sorak Zeedan senang.
Zeedan bergoyang-goyang senang dengan posisi duduk di atas kasur. "Shani hamil~ Shani hamil~" lantun Zeedan.
Shani malu sendiri melihat reaksi Zeedan. Walaupun di dalam kamar hanya ada mereka berdua.
"Kamu beneran hamil kan?" Tanya Zeedan lagi yang sekarang sudah kembali berbaring di sisi Shani.
"Iya aku, hamil. Tapi gatau usianya berapa. Besok kita cek ya di rumah sakit?"
"Siap! Besok kita cek. Aku temenin," jawab Zeedan.
"Seneng banget aku, tuh," kata Zeedan. Dia menarik tubuh Shani merengkuhnya dengan sayang. Sesekali dia mencium kening istrinya itu. Zeedan terlampau senang karena akhirnya dia akan mempunyai anak dan akan dipanggil ayah oleh seorang anak kecil nantinya.
Akhirnyaa...
Maap ya ges, baru bisa up. Gue abis bantu urusan perpisaha kakel akhri-akhir ini. Cape bngt sumpah, sekolah udah kayak rumah gue sendiri tiap hari ke sono, libur pun kadang kesono.
Cape bngt ni badan gue rasanya. Skarang mo istirahat, ngumpulin energi lagi biar kgk lemes.
Dah gitu aja, maap ya ges.
Maap buat typo, babay.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari [END]
Teen Fiction"Kiw-kiw cewe, namanya siapa neng?" Tanya Zeedan pada anak Pak Sobirin dengan cengiran. "Astaghfirullah," ucap Gadis itu. "Astaghfirullah," ucap warga serempak mengikuti ucapan anak Pak Sobirin.