1. Teman Bangcat bikin loncat

3.9K 117 2
                                    

Kelas pagi bak rumah hantu. Seram, hening, dan untuk bernapas saja susahnya minta ampun. Enggak jelas banget, pagi-pagi ada kuis dadakan dimata kuliah pak Johnny. Belum lagi ini hari senin. Double kill enggak tuh! Penginnya ngelempar granat ke arahnya, tapi apa daya masa depan gue sudah diambil alih olehnya.

"Selesai!" titahnya. Lima menit bukan waktu yang efektif untuk membaca ulang materi minggu lalu, cuma lima menit untuk mengingat materi yang bahkan buku gue hampir bersih karena malas mencatat ulang apa yang diucapkan Pak Johnny.

"Saya sudah beri kesempatan kalian membaca ulang. Sekarang, masukan seluruh yang ada di atas meja, kecuali pulpen kalian."

Mau enggak mau, semuanya harus nurut. Ini demi nilai dan harga diri gue sebagai mahasiswa sekaligus istrinya.

"Sudah siap?" tanyanya.

Gue tahu, dia menanyakan itu untuk gue, tapi mana bisa dia ngomong gitu ke gue secara langsung. Kami backsecret.

Komedi banget pas Pak Johnny tiba-tiba ngelamar gue. Gue pikir, dia bercanda karena pas itu gue lagi numpuk tugas di mejanya dan dengan beraninya gue tantang dia buat ngajuin proposal lamaran ke orangtua gue.

Damm! Masa libur kuliah, dia datang membawa kedua orangtuanya. Gue enggak bisa nolak karena satu, orangtua gue melihat Pak Johnny sudah matang dalam segala hal. Dua, dia bawa orangtua jauh-jauh dari Jakarta ke Semarang. Tiga, gue melihat keseriusan dia. Empat, dia manusia yang hampir tidak bisa ditolak dengan segala aspeknya. Dan, terakhir karena gue sama dia sudah menjalin masa pacaran selama satu semester. Gue nggak menyangka saja dia seserius itu menjalin hubungan yang awalnya gue pikir napsu semata, pikir saja mana ada dosen dan mahasiswi pacaran.

Kedekatan kami terjalin dari semester awal. Dia memilih gue tanpa alasan sebagai komting­ ̶̶̶ penanggungjawab di setiap ada jadwal kelasnya. Dari situ, gue sering dipanggil ke ruangannya dengan berbagai alasan. Akhirnya, kami dekat dan bisa jalan bareng di luar kampus, meskipun gue awal-awal pacaran takut karena Pak Johnny galak pakai banget kalau di kampus. Akhirnya, karena kedekatan kami, gue baru sadar jika Pak Johnny punya sisi manja.

Tatapannya yang tajam, bikin gue menggeram kesal. Semalam, dia enggak bahas apapun tentang kuis ini selain gue disuruh tidur lebih awal karena dia enggak minta jatahnya.

Otak pas-pasan gue harus bekerja ekstra. Lihat saja kalau nilai gue jeblok pasti bakal disindir terus.

Soal pertama. Aman, gue bisa jawab karena masih definisi dan contohnya. Soal dua kampret. Soal tiga terlalu kampret. Soal keempat, gue pengin lempar rudal ke Pak Johnny. Sumpah, kalau gye ancam enggak dapat jatah malam jumat dia sudah otomatis lemah.

Hampir satu SKS digunakan untuk kuis dadakan. Gue pasrah banget soal nilainya, apalagi koreksinya langsung dengan metode acak dikoreksi teman satu kelas dan nilainya disebut untuk dimasukkan ke dalam catatan akademis Pak Johnny.

Hasil tes, enggak bisa dibilang jeblok, otak gue pas-pasan jadi pas KKM saja sudah bersyukur. Duh, kok bisa Pak Johnny pilih manusia kaya gue jadi istrinya. Mana dulu pihak keluarga Pak Johnny nuduh gue hamil duluan gara-gara nikah dadakan.

Kejutan kelas selanjutnya. "Seperti biasa ada tugas makalah individu untuk materi minggu depan, tidak perlu presentasi di depan. Saya harap tidak ada yang mengumpulkan terlambat, takutnya makalah kalian terselip dengan rombel lain."

"Sekian, selamat pagi menjelang siang."

"Siang," jawab anak kelas serentak termasuk gue.

"Bagi yang mau keluar silahkan keluar. Saya mau pakai wifi sini sebentar."

Kami bisa bernapas lega dan kantin menjadi tempat pelampiasan kelak. Berhubung gue masih mau di kelas sekalian validasi absen anak kelas, kedua sahabat gue Jamalludin dan Melisa ikut menunggu.

"Nyawa gue mendadak balik, habis denger kuis dadakan," keluh Melisa ke gue setelah kelas bubar dan menyisakan segelintir orang di dalam kelas.

"Apa kabar otak gue yang enggak bisa diajak kerja sama." Gue akui, Melisa lebih pintar ketimbang gue.

"Kantin sabilah, sambil nunggu jamnya Bu Reta." Jamal nimbrung.

"Ada yang habis dapat transfer nih," sindir gue ke Jamal. Dia anak tajir yang menyamar jadi gembel, kalau gue enggak dekat sama dia gue juga enggak bakal tahu kalau dia anak sultan.

"Duit lo lebih banyak. Sugar daddy lo kan loyal."

"Bangcat," umpat gue kesal. Takut aja kalau ada yang dengar dan menganggap ini serius. Bisa digoreng jablay sini gue.

Jamal kalau ngomong enggak bisa difilter sampai gue terpancing buat mengumpat.

"Ekhhmm."

Suara dehaman itu membuat kami melirik ke depan kelas. Ternyata Pak Johnny masih ada di dalam kelas ini. Sialan emang si Jamal, gue sampai lupa keberadaan Pak Johnny.

"Sorry, Pak." Melisa masih berani menghadapi Pak Johnny. Gue ketar-ketir sendiri.

_____________

Cerita dosen sama mahasiswa memang picisan banget. Tapi, aku mau menghibur kalian lewat cerita ringan ini. Semoga ada hal positif yang bisa diambil.

Tekan bintang☆.
Annyoeng, bye-bye.

Salam dari Mas Johnny yang ngeselin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Salam dari Mas Johnny yang ngeselin.

Our Merriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang