Selepas sarapan, gue harus berhadapan dengan tugas menumpuk dari Pak Johnny. Bunda sampai geleng-geleng kepala lihat gue yang sudah berkutat dengan tugas di pagi hari.
"Mau bunda kupasin buah?" tawarnya.
"Enggak usah, kan Avin habis makan tadi."
Perut gue masih kenyang.
"Tugas dari siapa sih, Vin?" tanya Ayah.
"Biasa, bentar lagi kan ujian akhir. Jadi banyak tugas." Tugas dari menantu bunda tuh yang enggak ngotak.
"Johnny suka bantu kamu nugas gitu enggak, Vin?" tanya bunda.
Gue mau ketawa kenceng tapi ya gimana, nanti Pak Johnny terdengar sadis di depan Ayah dan Bunda—padahak memanh sadis.
"Mana bisa, kan itu sudah tugasnya Avin. Namanya curang kalau Johnny bantuin dia." Ayah langsung menimpali bunda. Kayanya, ayah satu frekuensi sama Pak Johnny deh.
"Si ayah, kan barangkali. Avin kan istrinya."
"Udah-udah. Avin mau nugas dulu, bunda sama ayah terserah mau ngapain di sini, yang penting jangan ganggu dulu."
Pindah lapak buat mengerjakan tugas. Masalahnya ini tugasnya banyaknya minta ampun. Apalah itu essay yang ketentuannya tak masuk akal. Mana ada dua essay dan harus bekerja keras.
Semangat Avin!
Begitulah kira-kira penyemangat untuk diri gue sendiri. Hari ini, kayanya gue butuh tukang pijat, mana semalam habis dipalak jatah.
"Ngantuk juga, Pak Johnny sialan!" umpat gue.
Godaan menugas itu banyak sekali. Mata ngantuk, mood berantakan, malas jadi godaan terbesar. Kalau gue mengikuti itu semua, bisa-bisa gue mengulang mata kuliah Pak Johnny. Amit-amit.
Di tengah terpaan godaan, gue tetap fokus menugas.
Waktu berjalan, rasanya badan benar-benar remuk. Duduk berjam-jam dengan otak yang terkuras hebat. Satu tugas menghabiskan waktu berjam-jam. Gue analisis novel saja baru bab pendahuluan. Mana refrensinya harus pakai buku dan jurnal terpercaya lagi. Pak Johnny ini ribet sekali soal ketentuan daftar pustaka, dia anti wikipedia dan blog-blog yang ada di internet.
Bunyi gawai sedikit membuyarkan fokus. Ada panggilan dari Mas Tyok, semoga berita baik.
"Iya Mas."
"Mau dikumpulin kapan tugasnya?"
"Masih lama sih, Mas."
Gue hampir lupa kalau ada Mas Tyok yang menjadi jasa joki tugas gue.
"Ya sudah, kamu ngerjain bagian kamu kan? Sudah sampai mana?" Gue jujur bisa diketawain kalau belum ada separuh tugas yang gue kerjain. Tugas essay gue serahkan ke Mas Tyok yang jago dalam hal itu.
"Masih banyak ya? Mana biar saya yang kerjain."
"Mas, ini analisis loh, lama dan butuh waktu banyak. Mas kan juga harus skripsian, nongkrong sama temen, sibuk juga." Lama-lama kalau ngerepotin juga enggak enak.
"Iya juga sih. Tapi nanti kalau kamu butuh bantuan ngomong ke aku ya, Avin."
"Iya-iya. Santai, Mas."
"Mas, ini beneran gratis?"
Dia lumayan lama berpikir. "Kalau upahnya nanti kamu datang ke sidang skripsi aku gimana?"
"Mas sudah selesai skripsinya? Wah, pasti lelahnya terbayar nanti." Gue yang mendengar berita bagus langsung semangat.
"Belum, maksud aku, nanti kalau aku sidang kamu datang ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Merriage
RomanceCERITA LENGKAP!!! Kisah picisan antara mahasiswi dan dosennya. Avinza yang harus beradaptasi dengan kondisi barunya yang menyandang sebagai istri muda dari dosennya sendiri. Belum lagi menghadapi masa mudanya yang dikerumungi dengan kesenangan belak...