Terima jasa tandai typo.
Selamat membaca.
********
Kelas Pak Johnny beneran kosong. Meski gitu, grub rombel ramai karena masih tidak percaya jika senin berasa minggu. Bisa bangun siang dan melupakan hal melelahkan sejenak sebelum berkutat lagi dengan tugas yang harus dicicil. Mana ini minggu terakhir sebelum hari tenang.
"Dari tadi fokus banget ke hp," sindir Pak Johnny yang baru keluar dari kamar.
Gue sedang di meja makan. Gue mengabaikan makanan dan lebih memilih fokus ke gawai karena teman-teman kelas gue kaya orang linglung semua gara-gara Pak Johnny absen kelas.
"Enggak, Mas. Ini loh, anak-anak pada nggak percaya kelas kamu kosong."
"Giliran saya kosongin, kangen. Pas saya masuk terus pada bosen. Gimana sih? Emm." Dia mencium kepala gue.
"Aneh aja gitu loh, Mas. Seorang Pak Johnny bisa mengosongkan kelas," jelas gue mewakili curhatan hati teman-teman.
"Ada-ada aja."
Tubuh Pak Johnny sudah wangi dan rapih. Sudah siap banget buat berangkat ke kampus. Namun, ada yang kurang di dia. "Tasnya mana?" tanya gue.
Dia cengengesan dan menggaruk tengkuknya. Mencurigakan. "Kenapa?" Gue menyeringai membaca sesuatu yang ganjak.
"Boleh enggak minta jatah dulu sebelum berangkat?"
Alis gue bertaut. "Nanti mas kesiangan."
"Main cepet," jawabnya.
"Enggak percaya. Mana pernah main cepet."
"Please! Masih ada waktu lima belas menit lagi. Lagian, kelas kamu juga saya kosongin."
"Oh, jadi ini alesan kamu ngosongin kelas?"
"Sayang, ayo. Nanti saya keburu telat." Pak Johnny menarik gue ke kamar.
Manusia ini kenapa sih, kok bisa kepingin mendadak gini. Mana kelihatannya kebelet banget lagi. Sebagai istri yang baik, gue enggak bisa menolak.
"Jadi alasan kelas kosong apa?"
Tubuh telanjang gue sudah tertutup selimut. Pak Johnny sudah merapihkan pakaiannya kembali sebelum ia terlambat.
"Saya ada seminar. Maaf enggak ngomong ke kamu. Karena menurut saya tidak penting."
"Iya. Tapi lain kali kalau Mas mau apa-apa ngomong."
Untung acara seminar. Kalau dia tiba-tiba ada kegiatan kampus yang harus nginep dan enggak pamit kan gue khawatir.
"Iya. Maaf ya, Sayang," ucapnya membungkuk menyamai gue yang bersandar di kepala ranjang.
"Ke kampus siang kan kamu?"
Gue mengangguk. "Iya, emangnya kenapa?"
"Pengin makan siang bareng."
"Oke, tapi saya kapok ke ruangan kamu terus. Sekretaris jurusan udah curiga semenjak kita pacaran."
"Padahal kangen makan siang di kantor," ucapnya mendesah penuh kekecewaan.
Pas pacaran, gue langganan masuk ruangan Pak Johnny untuk sekadar bertemu sebentar jika dia kangen karena dulu jarang ketemu di luar. Dengan alasan menumpuk tugas setiap kali masuk, lama-lama juga pada curiga, akhirnya kami ubah strategi. Ya, gue cuma mau ketemu di luar kampus saja. Cinta memang sekonyol itu, untung gue dulu cepat tanggap situasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Merriage
RomanceCERITA LENGKAP!!! Kisah picisan antara mahasiswi dan dosennya. Avinza yang harus beradaptasi dengan kondisi barunya yang menyandang sebagai istri muda dari dosennya sendiri. Belum lagi menghadapi masa mudanya yang dikerumungi dengan kesenangan belak...