11. Tugas akhir dan jajarannya

1.2K 61 4
                                    

Sesi terkelam di semester ini berakhir—akan mulai. Dari tugas masuk akal maupun tugas tak wajar yang merenggut kebebasan di hari bebas—hari libur menjelang ujian.

Ada sebagian yang memberi tugas akhir dan tetap ada ujian tertulis, ada ujian tertulis saja atau tugas akhir saja. Kalian pasti tahu, tipe Pak Johnny yang mana. Dia maruk dan selalu menyiksa mahasiswanya.

1. Analisis novel 'Dawuk Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu' berdasarkan kajian stilistika.
2. Membuat essay dengan permasalahan hangat akhir-akhir ini.
3. Resum materi semester ini dengan bahasa kalian.

Padahal stilistika mata kuliah semester awal.

"Selamat siang dan minggu depan kelas kita kosongkan. Karena saya ada acara kampus. Saya tunggu tugas kalian sesuai jadwal ujian. Dan, untuk absen minggu depan saya anggap kalian masuk semua."

"Untuk komting," ucapnya terjeda. Pak Johnny sekilas menatap gue. "jangan lupa validasi."

"Iya, Pak," ucap gue.

Jadi, selama ada kelas Pak Johnny, baru pertama kali ada kelas libur. Itu pun, dengan tugas yang lumayan—jangan lupa tes tertulis juga masih berlaku.

********





Gue enggak tahu harus mulai dari mana. Laptop sudah gue siapkan di ruang tv, tetapi halaman microsof word masih bersih. Sambil menunggu Pak Johnny yang sedang bersih-bersih badan sehabis pulang dari kampus, gue mikir cara menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat.

Gue mau minta keringanan tugas pun percuma.

Selang beberapa menit, dia muncul dari tangga dalam keadaan segar bugar "Mau menyelesaikan tugas dari saya atau menyelesaikan masalah kita terlebih dahulu?"

"Mas bisa enggak sih, enggak ngeselin jadi manusia? Saya sudah dimarahin habis-habisan loh, malah nambah tugas seenaknya."

"Jangan teriak-teriak kaya gitu. Kita kupas masalah ini dengan pikiran terbuka." Dia menuntun gue ke sofa panjang yang biasanya buat kami bermanja.

Setelah kita perang dingin gara-gara pas gue mabuk, akibatnya fatal. Dia menjadi-jadi berbuat seenaknya sendiri. Mulai dendam berselimut tugas, marah enggak jelas sama sahabat-sahabat gue, dan hal yang bikin gue emosi sendiri.

Gue duduk di sofa paling ujung begitu juga dengan Pak Johnny. Gue cuma bisa tersenyum sinis ke arahnya. "Jadi mau Mas apa?"

"Mau saya, kamu tidak mengulangi hal yang sama lagi. Berbohong dan mabuk."

"Okey. Saya janji ini bakal jadi yang terakhir."

"Siapa yang bisa menjamin," celetuk dia lirih. Kedua tangan dia bertengger di depan dada ala-ala orang sewot di atas ubun-ubun.

"Mas, setiap orang punya kesempatan kedua. Masa mas susah banget maafin hal kaya gini!"

"Dengar ya, Avinza. Ini bukan soal mabuk saja." Jakun dia naik ke atas dan turun perlahan.

"Bagaimana jika malam itu kamu sama Jamal tidur satu ranjang berdua! Dan kalian dalam keadaan mabuk. Siapa yang bisa menjamin tak ada setan yang berbisik." Wajah Pak Johnny memerah. Gue tahu dia sangat emosi.

"Faktanya ada Melisa di sana dan saya sama Jamal tak seperti bayangan Mas."

Dia memijat pelipisnya dan mengusap wajahnya kasar. "Kamu tuh nggak pernah ngerti dibilangin!"

"Ngerti apa, Mas? Saya main belakang sama Jamal maksud, Mas?! Lalu apa bedanya Mas sama Garnis yang belum selesai masalalunya?"

Wajah dia menegang. Gue bilang apa, dipancing dikit tentang Garnis saja sudah begitu.

Our MerriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang