37. Pergi meninggalkan

981 65 4
                                    

Terima kasih sudah vote dan baca.

__________


Avin'S POV

Tak perlu gelas baru untuk memperbaiki. Pecahan beling ternyata bisa bernilai kembali seperti Kinstugi yang dinilai indah karena pecahan seperti luka terlapisi oleh emas.

Kehidupan Garnis yang gue pikir selalu dinaungi hal indah. Ternyata ia memiliki sisi gelap.

Kehamilan yang tak diketahui oleh Pak Johnny akhirnya terungkap ketika mereka akan fitting baju terakhir untuk memastikan pernikahan mereka. Di perjalanan, sebuah cairan merah mengalir ke kaki. Gue bergidik membayangkan aliran darah yang keluar sampai membasahi kaki. Garnis keguguran ketika di perjalanan bersama Pak Johnny.

"Garnis keguguran," jelasnya lagi.

"Kenapa?"

"Harusnya bukan itu pertanyaan."

Gue terdiam. Gue sudah berjanji untuk membuka pikiran mendengarkan penjelasan yang mungkin saja bisa menyelamatkan kondisi rumah tangga kami. Apalagi sekarang gue ternyata hamil. Sial! Gue bahkan sampai lupa tentang hal ini. Malam itu Pak Johnny pernah meminta haknya dan tanpa pengaman.

"Siapa," ucapnya.

"Siapa yang menghamilinya," imbuhnya.

Awalnya, gue cukup marah ketika mendengar cerita kehamilan Garnis yang tak diketahui olehnya.

"Bukan kamu?"

Dia menggeleng meyakinkan. "Aku tidak akan merendahkan martabat seorang perempuan."

Gue percaya itu. Pak Johnny bukan tipe orang begitu meski dia mesum. Tapi kenapa ia baru speak up setelah kondisi rumah tangga kami di ujung tanduk.

"Terus?"

"Aku ingin memperbaiki hubungan ini setelah kamu tahu yang sebenarnya."

Kemudian, gue memijat kening pusing. Selang infus di lengan gue untuk kedua kalinya. Gue merasa menjadi orang terlemah sekarang. Setelah gue hamil dan ia bercerita seolah membuka mata gue bahwa gue adalah perempuan lebih baik ketimbang Garnis.

"Bodoh!" pekik gue kesal.

Dia menaikkan alis bingung. Tak sadarkah jika ia tak bisa lagi membohongi gue seperti ini.

"Aku bodoh, kalau percaya Garnis hamil bukan sama kamu." Setelah ia berbohong jika Garnis memilih pergi karena hal lain, sekarang dia bercerita dengan narasi yang hampir gue percaya.

"Garnis cerita semua kalau bukan aku yang menghamilinya. Lagian aku enggak pernah ngapa-ngapain dia."

"Siapa bilang. Bisa jadi kamu mabuk dan tak sadar," sanggah gue. Dengan hormon yang terkadang berlebihan mustahil jika Pak Johnny tak begitu. Gue tahu dia sangat menjaga perempuan, tetapi apa ada manusia yang sempurna.

Kehidupan baru adalah impian gue sekarang. Mungkin sekarang kami tak bisa berpisah gara-gara gue hamil. Namun, masih ada waktu untuk bisa bercerai dengannya.

Lelaki di depan gue diam seribu bahasa. Jadi apakah perkataan gue ada benarnya?

Niat gue untuk pindah dari rumah ini gagal karena gue juga harus menjaga calon anak gue. Gue enggak boleh egois karena sekarang dalam tubuh gue bukan hanya ada satu nyawa, ada anak gue di dalam yang harus gue jaga.

Our MerriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang