32. Aku dan Garnis

816 65 1
                                    

Yeorobun udah follow belum? ;D

_______________



Satu hari sebelum kami semua melingkar di tempat makan, ada pesan masuk. Nomor itu mengatas namakan Garnis. Ia meminta bertemu dengan gue tanpa sepengetahuan Pak Johnny.

Awalnya gue acuh, tetapi melihat niatnya yang kekeh, gue menurut.

"Terima kasih, udah mau nemuin aku."

"Iya, Kak."

Pak Johnny masih sibuk di kampus. Gue curi waktu disela-sela menggarap skripsi. Bertemu sepuluh menit sesuai perjanjian. Pertemuan ini juga pertemuan rahasia.

"Kamu mau pesan apa?"

"Minum aja, gue buru-buru."

"Oke."

Seorang pelayan datang mencatat pesanan minum kami. Gue enggak mau basa-basi karena bakal menyita waktu gue. Skripsi harus tertarget meskipun gue harus revisi seratus kali pun. Gue ingin cepat-cepat lulus dan ... "Langsung ke poinnya, Kak," pinta gue.

"Ini soal Mama Mas Jo."

Belum puas manusia-manusia ini membuat gue pusing dengan masalah-masalahnya. Gue sudah berusaha bodoamat, tetapi Garnis malah ingin membahas hal yang sedang berkecamuk di batin gue. Garnis layaknya cenayang.

"Memangnya kenapa?" tanya gue seolah-olah gue enggak tahu apapun.

Persoalan mereka tak menyukai gue, enggak mungkin sampai tercium sampai ke luar kan?

Bibir tipisnya tersungging. Dia kali ini membuat gue terhanyut.

"Mama memang susah ditaklukan. Tepatnya, lebih susah menaklukan Mama ketimbang Mas Jo."

"Soal itu, enggak ada urusannya sama gue. Gue dan mama fine-fne saja, enggak pernah ada masalah."

Kaki jenjangnya ia angkat dan ditumpukan di salah satu kakinya. Garnis itu selalu menarik dalam segala hal. Rupa, tubuh, dan kharismanya tak pernah luntur.

"Avin. Aku tahu Mama, aku juga tahu sepupu-sepupu Mas Jo."

"Oke Kak. Gue mau, lo to the point. Mau lo apa ngajak gue ke sini?"

Kebetulan sekali, Mama mertua dan gue sama-sama tak menyukai basa-basi. Dan situasi memuakkan ini harusnya tak pernah tercatat dalam skenario ini.

Milky strowberry minuman dari daftar yang gue coret, datang. Sama halnya dengan minuman di depan gue, gue juga tak menyukai Garnis.

Ia meminum pesanannya dan gue mengabaikan minuman itu.

"Oke, kalau kamu mau ke poinnya langsung."

Gue tersenyum.

"Avin, kamu tahukan, kalau keluarga Pak Johnny sangat mengutamakan pendidikan?"

Tak salah soal ini. Mbak Mega dengan gelar dokternya, Mbak Lira dengan S2-nya, dan Garnis kemarin baru menyelesaikan tesis-nya. Gue? Skripsi saja masih revisi dibabak awal. Keluarga Pak Johnny lebih mementingkan pendidikan, jadi kalau mereka belum menikah sampai sekarang tak salah karena pendidikan itu nomor satu. Tenang, Mbak Mega sudah bertunangan semua. Dan tunangannya juga sama persis dengan latar belakang yang baik.

"Aku akan menikah dengan cowok lain."

Dengan siapapun dia menikah nantinya, gue enggak akan peduli.

"Dan, yang bikin aku galau setengah mati. Mama masih mengharap kalau aku yang jadi menantunya. Jadi gimana dong, apa aku harus menikah dengan cowok lain, atau mengabulkan keinginan Mama?"

Our MerriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang