2. Mau ribut atau saya mandiin?

3.3K 98 0
                                    

Halo, selamat membaca ya.

________________


Gara-gara asyik ngobrol di kantin, gue jadi lupa kalau mau minta izin jalan sama Melisa ke Pak Johnny. Setiap langkah istri harus mendapat keridhoan suaminya.

Baru mau chat, Pak Johnny sudah duluan kirim pesan buat gue.

Bapack Seoh
Jangan main terus.

Setelah saya pulang, kita belajar bareng.

Reflek gue mendengus sampai Melisa dan Jamal melihat gue heran.

"Kenapa lo, kusut bener?" sidik Jamal.

"Kita jadi jalan, kan?"

"Gue sih jadi, enggak tahu kalau Lisa." Jamal dengan es batu di dalam mulutnya.

"Kalau Regal jadi bimbingan, gue ikut," balas Melisa.

"Huhu, enggak asyik lo, Mel. Pacaran mulu," protes Jamal.

Jamal jomblo dan gue punya suami tanpa ada yang tahu. Padahal, Jamal itu ganteng dan anak gym banget, tapi betah jomblo gara-gara mantannya rata-rata pada lihat dompetnya dan tak jarang tampang dan body-nya cuma jadi ajang pamer ke teman-temannya. Dan, kalau mau tanya berapa kekayaannya yang dimilikinya, manusia itu pelit info. Katanya, yang penting gue digratisin enggak perlu kepo. Yang pasti dia kaya raya.

Me
Enggak asyik.
Padahal saya tadi mau izin main bentar. Emot sedih.

Diam-diam gue membalas pesan dari Pak Johnny.

Sial! Pesan gue cuma dibaca doang. Kayanya sih pertanda buruk.

"Kalau Lisa enggak, gue juga enggak ikut jalan deh," putus gue daripada gue kenapa-napa nantinya gara-gara Pak Johnny.

"Lah gimana ceritanya, masa gue berduaan sama bayangan sendiri," protes Jamal.

"Kenapa deh, Vin?" tanya Melisa yang sekarang mengarah ke gue.

"Enggak seru, kalau sama Jamal doang." Itu alasan gue doang, padahal gue mau menghindari amukan Pak Johnny. Padahal juga jalan sama Jamal enak poool, segala tinggal tunjuk dan gratis.

"Ya udah, nanti gue bilang sama Regal buat ikut jalan sama kalian bentar."

Duh, enggak gitu maksud gue, Lis. Bingung deh gue menghindar dari mereka.

Dreet!

Ada pesan masuk dari Pak Johnny lagi.

Bapack Seoh
Boleh.

Gue mengernyitkan dahi. Membingungkan sekali bapak yang satu ini. Padahal biasanya izin main saja sulitnya minta ampun harus ada alasan yang kuat dan akurat, sampai minta dipeluk dan dimanjain dulu baru boleh out. Lah sekarang, dia kesambet apa.

"Gue jadi jalan deh."

"Apa sih, Vin. Lo aneh, chattan sama siapa lo, sampai plin-plan gini?" kata Melisa penuh selidik.

"Bubun gue, biasa emak-emak."

"Tinggal gue nih yang nunggu kepastian Regal."

Kelas sampai menjelang sore dan kami tak punya pilihan selain pergi ke mall untuk sekadar cuci mata dan main timezone. Jalan ke mall saja sudah senang. Bukan karena tempatnya, tapi karena bareng siapa gue ke sini, sama mereka sih seru-seru aja. Bahkan kami malah kaya double date gara-gara Regal ikut gabung.

Our Merriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang