17. Past and Future

944 57 5
                                    

Joki tugas. Selama gue sama Pak Johnny terikat sebuah hubungan-pacaran dan sampai nikah, Pak Johnny belum tahu tentang joki tugas. Enggak, gue enggak bakal berbuat kaya gitu kalau enggak ada yang menyerahkan diri ke gue—menawarkan.

Saking kritis dan pintarnya Mas Tyok, dia ini dari dulu suka banget nawarin diri jika gue ada banyak tugas. Sampai-sampai, dulu Heakal kesal karena gue selalu mengambil peruntungan itu. Haekal suka ngomel dan kadang marah ke gue. Mantan gue itu lucu, tapi akhh ya gitu deh sekarang.

"Aku takut kalau kamu ada masalah, Mas Tyok juga yang menyelesaikan masalah kamu. Aku ini pacar kamu Shita. Kamu bisa nanya ke aku, kalau bingung tugasnya. Kalau kamu bosan dengan tugas, aku bisa hibur kamu."-Haekal enggak pernah gagal menghibur gue, dulu. Kalau gue sudah dipanggil Shita, fiks dia sudah marah besar ke gue.

"Kenapa lo senyum-senyum gitu?" tegur Melisa dengan jus sirsak di tangannya.

"Lagi bayangin Jaehyun NCT nembak lo?" tebak Melisa yang membuat gue nyengir tak berdosa.


Mantan itu ya, mau dibenci tapi dia pernah buat kita senang, pura-pura baik malah dikira belum move-on. Serba salah memang menghadapi mantan.

"Suami lo enggak marah, kita nongkrong gini?" tanya Jamal di depan gue.

Hari terakhir kampus. Kami bertiga memutuskan nongrong sebelum pulang ke tempat masing-masing. Hari tenang kita jarang ketemu, ketemu sesekali kalau ada tugas yang kurang dimengerti.

Kafe yang menjadi saksi persahabatan kita bertiga. Dulu, gue enggak sengaja ketemu Jamal dan Melisa di sini. Di kafe ini, kita mendadak dekat karena kami selalu bertemu di sini dan berakhir menjalin hubungan persahabatan.

Jus sirsak langganan Melisa, es kopi amerikano kesukakaan Jamal, dan gue dengan menu tergantung mood gue. Sekarang, gue lagi suka red velvet. Gue lagi suka yang manis-manis.

"Gue tadi udah izin ke dia di kantornya langsung tanpa lewat WA," jelas gue bangga.

"Istri dosen mah bebas," celetuk Melisa.

Gue sama Jamal menertawakan celetukan Melisa.

"Ketemu sama bu Erika enggak?" tanya Jamal nyebelin. Bu Erika itu dosen muda yang sedang digandrungi mahasiswa jurusan. Sebelas dua belas sih kaya Garnis. Dan ia digosipkan sama Pak Johnny di area kampus, tetapi gue enggak pernah peduli karena gue sudah lama menjalin hubungan dengan Pak Johnny bahkan kami sempat pacaran terlebih dahulu.

"Habis gue labrak karena ganggu suami orang," canda gue.

Mereka yang satu frekuensi ikut ketawa.

Obrolan kami selalu mengalir begitu saja. Kadang juga ada sesi curhat colongan juga.

"Lo udah denger ada konser Tulus belum?" Pisang goreng krispi pesanan kami mulai kami makan.

"Udah tahu lah. Cuma gue bingung mau nonton atau enggak. Suami enggak suka kaya gitu. Mentok-mentoknya, gue diajak nontom teater, kalau enggak bioskop."

Sumpah gue keceplosan tentang kesengsaraan gue menikah dengan Pak Johnny.

"Masih mendinglah Vin, ketimbang lo disuruh baca buku terus," timpal Melisa disusul suara tawa Jamal yang menggelegar.

Our MerriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang