13. Eksperimen katanya

1.2K 55 1
                                    

🔞
Ada sedikit bahaya dipart ini. Mohon tarik napas sejenak.

__________________




Gue cuma bisa ketawa dan kagum mendengar bagaimana cara Pak Johnny nemuin gue di rooftop. Dari dia yang pertama celingukan cari gue dari rak ke rak. Bawa belanjaan dan mendadak beliin gue banyak makanan ringan kesukaan gue. Sampai dia harus meminta bantuan satpam Mall dan berakhir pada petugas kamera pengawas yang ada di Mall tersebut. Kalian harus tahu, tak mudah meminta melihat rekaman cctv selain dengan syarat-syarat tertentu. Ribet sekali kalau urusan kamera pengawas.

"Terus gimana bisa tembus?"

"Saya maksalah."

"Maksa gimana?"

"Ya ..." Sejenak ia berpikir dengan segala keraguannya.

"Gimana maksanya?" tanya gue lagi masih penasaran.

Posisi kami sekarang saling berhadapan dan kaki yang saling bersila. Gue dengan buku-buku tugas di atas tangan dan sisa buku yang berserak di sekitar kasur dan laptop.

"Saya bohong ke mereka, kalau istri saya mau bun ... nuh dir ..." Ia sangat ragu mengatakannya.

"Mereka percaya?"

Dia mengangguk. "Habisnya, saya cape muter-muter dari lantai paling atas sampai lantai dasar, terus bolak-balik."

Otak suami gue bisa kriminal juga.

"Bentar ya, tunggu sini." Gye memandangi punggung belakangnya sampai tak terlihat lagi.

Pintu kamar terbuka menandakan Pak Johnny kembali. Pintu kamar ia kunci karena sudah harusnya kami tidur. Walaupun, gue kadang doyan begadang untuk tugas dan Pak Johnny dengan pekerjaannya.

"Es krim vanila kesukaan kamu."

Gue sumringah. Mana sudah dibuka bungkusnya sama Pak Johnny. "Makasih, Mas," kataku.

"Tumben, enggak takut kotor kasurnya?"

Dia menggeleng cepat. "Enggak, khusus malam ini untuk merayakan perdamaian kita."

Ck! Kaya perang saja pakai perdamaian segala.

"Siap dengerin?"

Gue mengangguk tanpa melihat kearahnya. "Saya beresin buku-buku kamu ya."

Kasur sudah bersih dari buku. Gue masih enak menikmati es krim dari Pak Johnny. Saatnya mendengarkan cerita Pak Johnny tentang Garnis. Semoga dinginnya es krim bisa mendinginkan kuping gue kelak.

"Saya sama Garnis tidak ada hubungan apapun."

"Dulu, Mama pernah jodohin kami."

"Mas terima?" sela gue.

Dia cukup berpikir dan menatap gue. "Mau-mau saja kalau bikin Mama seneng."

"Oh." Gue acuh padahal agak panas dikit dalam hati.

"Jangan dipotong kalau saya ngomong," titahnya. "Saya enggak bermaksud apa-apa pada saat itu. Terus, Mama bilang sama keluarga Garnis ..." Pak Johnny diam sejenak. Gue masih memakan es krim pelan-pelan sambil mendengarkan penjelasan darinya.

Our MerriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang