Gue pikir, kita bakal nongkrong biasa saja sampai pemilik kafe negur kami karena kafe bakal tutup. Ternyata zonk besar.
Mereka membawa gue ke bar langganan Jamal. Katanya, ada party kecil-kecilan darinya karena dapat transfer-an dari orangtuanya. Ini alaibi ter-bulshiit yang pernah gue dengar dari Jamal.
"Gue enggak mau mabok. Pesen soda aja, titik," tolak gue setelah mendapat bisikan dari kedua sahabat gue.
"Avin, besok libur. Lo juga bisa nginep di tempat gue. Atau Jamal bisa antar lo pulang ke kost kok." Melisa tak tahu jika Avinza sudah tak lagu tunggal di kost yang sering dia kunjungi dulu.
"Lo takut sama tante lo pas pulang? Lo bisa nginep di apart gue," kata Jamal percaya diri. "Melisa juga ikut nginep."
Sulit sekali untuk berbohong ke mereka. Sekeras apapun gue mencari cara sampai berbelit-belit menolak minum, mereka tetap ahlinya menggoda iman.
"Bentar lagi kita ujian, semester depan juga kita skripsi, pasti bakal kurang hiburan. So, have fun buat malam ini."
Belum sempat gue bereaksi, Jamal sudah menyeret gue ke kursi depan bartender. Jamal memesan minuman berakohol—dari tingkat rendah sampai tinggi. Toleransi alkohol Jamal lumayan tinggi, sedangkan gue dan Melisa cukup setengahnya saja.
"Untuk persahabatan kita," ucap Jamal saat gelas kecil kita menyatu.
"Best friend forever," timpal Melisa ceria.
Gue kayanya mulai kobam dan kebiasan mabuk gue adalah ngoceh kaya burung. Bahkan, gue bisa random bercerita tentang apapun. Apapun itu! Tuhan! gue minta mabuk kali ini tak ada ocehan tentang Pak Johnny.
***
Tubuh gue menggeliat dan merasakan pusing hebat di kepala. Sekarang mau main tebak-tebakan, di mana gue sekarang?
Belum sempat gue berpikir, perut gue mual dan. Aww! Ini bukan kamar gue, tapi kamar Jamal. Sialnya, kamar Jamal tak divasilitasi kamar mandi dalam.
Gue mencari pintu dan kamar mandi cuma ada di samping kamar Jamal. Buru-buru gue masuk dan mengeluarkan sesuatu yang mengganjal di perut.
"Sialan! Gue mabuk berat," dumel gue.
Wajah gue sangat kacau di depan kaca kamar mandi. Mulut gue masih bau alkohol dan akhh! Bego, kenapa keblabasan gini sih.
Setelah lumayan baik, gue berniat keluar dari kamar mandi dan mencari kedua teman laknat gue. Sebelum gue keluar, pikiran gue melalang buana, jangan-jangan gue cuma berduaan doang sama Jamal di sini? Gila, gimana kalau hal gila terjadi di sini. Jamal kan kadang kelebihan hormon.
"Anjrit! Kok baju gue!" pekik gue terkaget-kaget pasalnya baju yang gue pake semalam dengan sekarang berbeda.
"Duh, Melisa pasti lihat aset gue," kata gue lemas. Meskipun, sama-sama perempuan gue malu juga kalau aset gue dilihat. Namun, masih aman bra gue masih sama kaya semalam. Semoga benar kalau yang gantiin pakaian gue adalah Melisa.
Ketukan pintu menyadarkan gue. "Vin, lo ngapain?"
"Bentar, Mel," sahut gue setengah pusing. Untung masih ada Melisa di gedung ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Merriage
Любовные романыCERITA LENGKAP!!! Kisah picisan antara mahasiswi dan dosennya. Avinza yang harus beradaptasi dengan kondisi barunya yang menyandang sebagai istri muda dari dosennya sendiri. Belum lagi menghadapi masa mudanya yang dikerumungi dengan kesenangan belak...