09. 🔞

1K 67 2
                                    

"Kenapa harus ada kata pembaharuan sedangkan Tuhan kita satu?"


***








"Cantik itu relatif sayang. Menurut kamu dia cantik atau engga?" Tanyaku.

"Kok malah balik nanya?"

"Ya penasaran aja dia dimata cewek kaya gimana, soalnya menurutku biasa aja. Standar cantik aku itu minimal Jisoo Blackpink lah, nah kalo kamu itu di atas Jisoo. Jadi ngertilah ya seleraku gimana."

Semoga penjelasan panjang x lebar ini tidak merusak mood Chika berantakan.

Kulirik dia tersenyum malu. Seiring dengan pintu lift yang terbuka, kugenggam tangan kanannya dan mengajaknya masuk menuju unitnya.

Chika tidak memberikan lagi komentarnya. Aku sedikit lega.

"Kamu mau bersih-bersih disini yang?" Tanya Chika.

"Kalo sama kamu aku mau. Boleh gak?" Aku menaik turunkan alisku. Sedikit menggoda.

"Ya boleh aja sih tapi…"

"Aku nikahin kamu tahun depan gimana? Tahun ini aku nabung dulu." Kutarik Chika untuk duduk dipangkuanku.

"Tau aja aku mau ngomong apa."

"Tau sayang, bahkan aku tau ukuran sepatumu, ukuran bajumu dan ukuran…" Sengaja kugantung kalimatku.

"Ukuran apa?"

Kudekatkan bibirku menuju telinganya, kubisikan pelan dengan sedikit memberikan nafas, "Aku tau ukuran bramu."

Tanganku sudah menuntun rahang Chika untuk menautkan bibir kami. Suara decapan yang timbul sedikit nyaring di dalam unitnya malam ini terdengar lebih menggebu.

Satu tanganku sudah menyusup dibalik blouse maroon yang tidak terlalu ketat.

Kuabsen satu persatu deretan gigi putih yang selalu jelas dengan gummy smilenya. Menggigit-gigit bibir bawah yang menjadi favoritku.

"Aahhhh.."

Satu desahan yang kurindukan lolos setelah kuremas dada kirinya. Kunamai ia Samantha sedangkan yang kanan bernama Rachel.

"38 B." Ucapku setelah ciuman kami terlepas.

Sebelah tanganku mencari kaitan bra dipunggungnya. Setelah terlepas semakin gencarlah tangan kananku memilin puting Samantha.

"Ahhh yanghh.."

Kureguk kembali bibir manis Chika. Kali ini posisi Chika sudah berganti. Dia menjadi duduk dipangkuanku dengan posisi kami berhadapan. Kedua lengannya sudah melingkar dileherku, satu tangannya meremas rambutku dan menekan tengkuk ini agar tidak berpaling.

Tidak tahan, kedua dada Chika sudah menegang begitupun juniorku yang didudukinya.

Ciumanku turun menuju leher jenjangnya.

"Kamu yang paling cantik dimataku." Ucapku parau.

Kutelusuri leher hingga menyingkap baju Chika ke atas. Chika membantu dengan meloloskan blousenya sendiri. Semakin mudah kukecup tulang selangka menuju dadanya.

"Mmmmhhh.."

Kedua tanganku menangkup Samantha & Rachel, kuremas perlahan keduanya. Bibir kami kembali bertautan.

Kecupanku semakin turun menuju dadanya tanpa melepas bra yang baru dibuka pengaitnya.

"Ahhh… Sayhanghh.."

Aku meraih putingnya dengan mulutku, kuhisap perlahan yang satu masih kupilin dengan sebelah tanganku.

"Hhmmmh.."

Peri CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang