"Aku punya hadiah buat kamu."
"Apa sayang?" Tanyanya sedikit bangkit dan mengambil alih kapas serta botol pembersih. Chika kemudian melanjutkan menghapus riasan wajahnya sendiri.
"Aku ambil dulu ya. Tunggu!" Aku keluar dari kamar untuk membawa hadiah yang ku maksud.
"Coba tutup mata dulu yang," teriakku sebelum masuk ke kamar dan menggenggam hadiahnya dibalik punggung.
"Kok pake tutup mata?" Tanya masih bersandar pada headboard kasur.
"Udah tutup mata aja cepet sebentar kok," perintahku lagi.
Chika menutup mata dengan kedua tangannya. Bagaimana dia bisa tetap terlihat cantik meski sebagian wajahnya tertutup?
Ah, melihatnya membuatku menjadi memikirkan yang tidak-tidak.
"Aku itung yaa," ucapku saat sudah kembali duduk di tepian kasur. "Satu, dua..." sengaja hitunganku ku perlambat.
"Dua setengah."
"Iihhh mana ada begitu," ujar Chika.
"Haha, ti.. eh belum. Satu, dua tiga." Satu kresek jajanan mini market dengan es krim di tangan kananku.
"Iiiiii banyak banget, kamu ngerampok ya?"
"Lisan please!" Chika lebih dulu menerima es krim dan langsung membukanya. Sementara satu kresek jajanan ku simpan di samping kanannya.
"Hehe, maaci ayang. Luv yu, muahhhh." Hadiah satu kecupan di pipi kananku terdengar nyaring dan bersuara.
"Luv yu tu, utututu muahhhh." Ku balas satu kecupan tepat di bibirnya. Ralat, satu lumatan yang cukup memabukkan.
"Manis." Chika tersenyum, ada rona merah jambu di kedua pipinya.
"Enak?" Chika mengangguk saat satu suap penuh ia berikan untukku.
"Enak kan?" Tanyanya. Aku mengangguk setuju.
"Kamu kapan beli ini? Pas aku bobo?"
"Iya tadi sebelum masuk basement. Kamu kayak cape banget, terus kepikiran aja beliin es krim."
"Pengertian banget sih pacar Chika," ucapnya.
"Jadi masih pacar nih?" Aku tidak mengerti sebutan yang tepat untuk status kami saat ini apa. Tapi ku pikir ini lebih sekedar dari pacar.
"Apa dong?"
"Aaaa," Chika mencoba menyuapiku lagi. Dengan senang hati aku menerimanya.
"Calon suami Chika," gumamku pelan yang tentu masih bisa terdengar oleh Chika. Lalu setelah mengatakan itu aku segera berlari menuju kamar mandi.
"Hah?" Ku hiraukan teriakannya itu.
Setelah menyelesaikan ritual mandi dan hanya menggunakan handuk sepinggang. Chika menatapku dalam.
"Udah mandinya calon suami Chika?" Dia benar-benar mendengarnya ternyata. Aku mengangguk malu. Ku pikir dia terpesona melihat roti sobek di perutku.
Ah, mana bisa aku yang merayu dan aku yang salah tingkah sendiri.
"Bajunya udah aku siapin ya calon suami, sekalian sajadah dan pecinya."
"Aaa, stop yang. Malu." Buru-buru aku membawa baju yang Chika siapkan dan memakainya di kamar mandi.
"Haha. Apasi kok salting?" Ledeknya.
"Ayang mah."
"Iih apa? Udah cepet, aku juga mau mandi." Aku keluar dengan memakai baju koko serta sarung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peri Cintaku
FanfictionTuhan memang satu, kita yang tak sama. "Akan seperti apakah akhir dari kisah ini?" Monolog Chika. #1 - Aran (6May) #1 - bedaagama (30June)