07.

371 51 20
                                    

"Kadang kala orang terdekat itu tidak selamanya dekat."











***





Sarapan bersama sebelum tidak bisa bertemu nanti sore ini kami menikmati susu coklat dan sandwich buatan Chika, tentu di unitnya.

Ini masih pukul 05.30 tapi kami sudah makan sepagi ini. Daripada hari senin telat mending sarapan lebih pagi bukan?

"Yang nanti kamu nebeng Eli pulangnya gapapa?" Tanyaku.

Chika masih sibuk mengunyah. Mulutnya penuh, sedangkan makananku sudah hampir habis.

"Gapapa, udah janjian juga. Sekalian mau nyalon boleh gak?"

"Boleh banget sayang. Nyalon dimana?"

"Gatau Eli ngajakin warnain rambut, tapi kayanya aku cuma mau rapihih ujung rambut aja deh. Boleh?"

"Boleh sayang, jangan kependekan tapi ya."

"Emang kalo pendek kenapa?"

"Nanti gabisa.. gajadi deh haha."

"Iiihhh apa?"

Aku hanya menggegeleng. Mulutku sengaja kupenuhi dengan suapan terakhir sandwich yang tersisa.

"Pasti mikirnya kemana-mana yakan? Ngaku gak?"

Aku hanya cengengesan dan meneguk susu coklatku.

"Ya namanya juga cowok yang."

"Astaghfirullah yang masih pagi, udah yuk berangkat. Kesiangan nanti."

"Hahah ayo ayo. Ini gelasnya direndem aja ya engga dicuci."

"Iya taro aja nanti aku cuci pulang ngantor."

Aku hanya mengangguk. Chika sudah menungguku di ambang pintu dengan sibuk membetulkan tasnya.

"Kunci mobil gak ketinggalan kan?" Tanyanya.

"Ini ada di saku. Kamu ada yang ketinggalan gak?"

Chika menggeleng. Kututup pintu unitnya dan kami turun menuju basement.











***









Pagi ini cuaca gerimis. Beruntungnya tidak terlalu macet. Sedikit lengang dan dingin.

"Nanti jemput ibu dimana?" Tanya Chika.

"Kata ibu sih gak usah, nanti ibu langsung ke apart."

"Loh katanya dijemput?"

"Gatau tuh. Gamau nunggu lama kali, acaranya selesai jam 4 aku pulang jam 5."

Chika menggangguk.

"Terus nanti nginepnya jadi?"

"Emmm engga nginep sih ibu bilang mampir aja. Mau ngasihin makanan."

"Kamu beliin sesuatu juga kalo gitu buat ibu, eh atau nanti siang deh aku kirim ke kantor ya."

"Apaan emang?" Tanyaku.

"Ibu tuh suka lapis Surabaya kan? Atau kamu mau beliin yang lain?"

"Oh iya itu juga gapapa sih yang. Eh kamu ambil dompet aku deh di tas!" Suruhku.

"Buat apa?"

"Itu ambil kartuku buat nanti ayang nyalon sama beliin lapis. Aku belum pegang cash."

"Gapapa kali dari aku, biasanya juga aku beliin buat ibu."

Peri CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang