14.

268 47 6
                                    

Sejak mengenal dia, aku bisa membedakan mana yang namanya sekedar cinta, cinta saja, dan sangat cinta.

Entah siapa saja selain takdir Tuhan yang harus kuhadiahi terima kasih karena telah mempertemukan aku dan Zhafran.

Dia laki-laki yang tidak kutemukan dalam versi seimanku.
Dia laki-laki yang kuinginkan dan baru kudapatkan separuhnya.

Separuhnya lagi?
Ada bersama batas-batas rumit yang belum bisa kupaksakan menjadi utuh.

Aku sedang memandangi pria setengah milikku itu yang sedang sibuk meratapi nasib barunya. Entah kata dia ini suatu anugerah atau musibah. Mendadak terkenal karena cuplikan live tiktok yang viral.

"Hpku panas yang, ini notifnya banyak banget gak berhenti udah mau 500 ribu followers masa." Ucapnya.

Aku membiarkan dia gila dengan ponselnya sendiri.

Padahal aku baru tidur sekitar 3 jam. Tapi gara-gara keinginan membuang air kecil sejak beberapa menit lalu aku tidak bisa tidur kembali. Karena bingung harus berbuat apa melihat Aran sangat pulas dalam tidurnya aku memilih membuka hp dan yang pertama aku kagetkan adalah notif tag, itu sangat banyak.

"Mending kamu sholat dulu yang, udah azan dari tadi loh."

Aku sedang membereskan tempat tidur, Aran setelah bangun tadi pindah duduk di sofa.

"Ok ok. Morning kiss dulu, mwahhhh." Dia memberiku kecupan manis disudut bibir.

Aku membiarkan ia berlalu menuju kamar mandi untuk bersiap-siap. Kusiapkan sajadah dan sarung untuknya.

Jika biasanya ia yang selalu membuatkan aku sarapan. Biar kali ini aku yang menyediakan sarapan untuknya.

Martabak dingin sisa semalam. Haha. Tidak, tidak. Aku hanya bercanda. Aku akan membuat nasi goreng.

Memikirkan nasi goreng jadi teringat perkataan Ibu Aran semalam.

"Baru juga pacaran, belum tentu nikah ini."

Kalimat yang dikatakannya mungkin pedas, tidak itu betul pedas. Sedikit menggores hati, dan memang itu kenyataannya.

Aku berhak untuk sakit hati tapi aku tidak berhak untuk mengubur fakta.

Aku belum tentu menikah dengan Aran. Aran belum tentu menjadi jodohku? Semua itu benar.

Beberapa kali aku bertemu dengan keluarga Aran, aku selalu mencoba mengubur rasa pedih yang Ibu Aran buat. Tidak ingin menciptakan masalah baru di atas masalah yang menurutku tidak akan ada ujungnya selain perpisahan atau perubahan.

Flashback on

"Video baptis lu viral Chik." Kata Eli.

"Iya gue tau. Padahal gue gak upload."

"Emang lu gapapa gitu itu viral di akun orang terus jadi ke gosip-gosip."

"Gapapalah, gue juga gak pake baju putih yang nerawang sampe keliatan daleman kek yang viral anjir."

"Iya juga ya, pinter lu pilih bajunya berarti."
"Tapi ini Aran gapapa lu baptis?" Lanjut Eli.

"Ya gapapa, emang Aran kenapa?"

"Ya secara kan doi muslim yang notabene pacar lu."

"Gatau sih, gue sama dia kalo urusan ibadah jarang nyinggung-nyinggung. Gatau belum terbuka gatau emang ga suka bahas urusan agama." Jawabku.

"Iya dah yang baru pacaran mah emang masih jaim-jaim begitu."
"Tapi nih ya, si Mas Gun kan emang agamanya juga rada kuat ya meskipun nakal-nakal tengil gajelas begitu dia keitungnya kalo urusan agama leket bet. Lu jalaninnya gimana sih? Ya kan pasti orang pacaran gak mau putus, pengen sampe nikah kalo bisa mah."

Peri CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang