02.

640 70 2
                                    

"Wanita tidak pernah salah. Jika wanita salah kembali pada kalimat awal."

***



"Sayang biarin aku aja, kamu kan udah masakin aku. Biar aku yang cuci piringnya."

"Ok deh, aku bikinin buat potong aja ya." Chika mengangguk setuju.

Perkara cuci piring pun selalu jadi rebutan seperti ini. Memang ini kebiasan kami berdua.

Menonton serial netflix hingga tertidur pun salah satunya.

"Yang cepetan motongnya, ini kita sampe episode berapa kemaren?" Tanya Chika.

Malam ini rencana kami meskipun lelah yaitu melanjutkan serial drama korea yang sempat hits beberapa minggu lalu. Pasalnya kami tidak suka menonton serial on going. Kami sama-sama mudah penasaran.

"Sekarang episode 3 yang." Jawabku yang menghampirinya dengan semangkok buah potong berisi melon, strawberry, buah naga. Sebenarnya ini lebih mirip salad karena ada mayonaise dan keju parut. Haha.

"Harusnya ini appetizer gasih?"

Dia mengangguk.

"Tapi gpp, worth it soalnya buatnya pake cinta." Ucapnya mantap.

Aku tidak tahu bagaimana mulanya, Chika sering kali mencari gombalan-gombalan yang membuatku semakin mencintainya.

Selama dua jam menonton episode 3 dan 4 Business Proposal selama itu pula kami tertawa bersama.

"Yang yang, Young Seo sama Sekretaris Cha mirip kita gasih unit apartnya sebelahan."

"Iya, bedanya kita udah pacaran mereka belum."

"Setelah kesel sama Seol In Ah di Mr. Queen terbayar banget gasih di drama ini dia dapet peran barbar. Haha." Chika tertawa puas setiap melihat scene Jin Young Seo yang menunjukkan ekspresi tengilnya.

"Menurutmu cantikan siapa, Ha Ri atau Young Seo?" Tanya Chika.

"Cantikan kamu sayang."

"Dih, beneran juga nanya."

"Mmm.. siapa ya? Ha Ri. Lebih imut. Tapi Young Seo juga cantik."

"Padahal aku nanyanya cuma cantikan siapa. Kamu sampe ngebandingin gitu. Hmm.."

[Nahkan gue salah ngomong. Ini bisa gasih setiap ada pertanyaan begini gue ngilang aja gitu.] "Gak gitu maksudnya yang."

Kulihat dia hanya diam memainkan hpnya.

"Yang…" Colekku pada bahunya.

"Sayang.."

"Jan marah atuh, gak gitu aku maksudnya. Coba kamu ulangi pertanyaannya biar aku jawab yang bener."

Dia masih diam.

[Sungguh wanita itu maunya bagaimana. Dijawab cantikan kamu salah. Dijawab milih juga salah. Frustrasi banget ini aku ya tuhan.]

Jam menunjukkan pukul 9 lebih. Biasanya pukul 10 Chika baru akan beranjak menuju unitnya.

"Yang maafin, please…"

"Janji gak akan gitu lagi. Coba kamu tanya sekali lagi biar aku buktiin."

"Dahlah basi. Aku ngantuk mau tidur." Dia bangkit dan menuju pintu keluar.

Kusimpan mangkuk salad di meja dan kutarik Chika hingga jatuh menimpa badanku. Kupeluk dengan erat.

"Apaan iish, sakit." Dia berontak.

"Aaahhh maafin aku dulu, janji gak gitu lagi." Ucapku merengek.

"Udah ih lepasin, aku ngantuk mau tidur."

"Gamau sebelum aku maafin."

"Yaudah."

[Wanita jika sudah seperti ini berarti dia benar-benar lelah. Tapi aku tidak ingin menyerah.]

"Sayang, please please maafin aku ya…" Aku menggoyang-goyangkan badannya kekiri dan ke kanan.

"Iya cepet lepasin dulu aku gabisa nafas. Kamu mau bunuh aku?"

Aku langsung melepaskan pelukanku. Dia bangkit dan duduk sambil terbatuk-batuk. Kuberikan air yang tersedia diatas meja.

"Kamu sih." Setelah menyimpan gelasnya dia menoyor bahu kananku.

"Iya sayang aku yang salah. Aku minta maaf ya?"

"Iya." Jawabnya singkat.

Karena gemas, kuraih tengkuknya dan langsung kulumat bibirnya. Dia sempat menolak. Tapi tenagaku lebih kuat dari tenaganya.

Beberapa saat kemudian dia membalas lumatanku.

Masih nyaman dengan ciuman ini, tiba-tiba dia menggigit bibir bawaku dengan kencang.

"Aawwwhhh.."

"Iiih berdarah. Aaa sayang maafin, sakit ya?" Lihat, saat ini malah dia yang meminta maaf dan menangis.

"Iiih maafin, ini sobek. Nanti pasti jadi sariawan. Aaah maafin aku."

[Mana tegakan melihatnya merengek dengan tangisan seperti ini. Meskipun lebih menyebalkan perlakuannya. Jelas pasal satu tetap berlaku.]

"Loh kok nangis sih, udah udah sayang gapapa. Ini dikasih obat cina aja besok lusa sembuh. Lain kali jangan kenceng banget ya gigitnya." Ucapku pelan sambil menghapus jejak-jejak air matanya.

"Ya kamunya sih ngeselin."

[Kubilang apa, pasal 1nya wanita tidak pernah salah.]

"Iya sayang maafin aku ya. Janji gak gitu lagi, sekarang bantuin obatin dulu ya. Baru aku anter pulang."

Akhirnya dia menurut kali ini. Membawakan cutton buds dan serbuk obat cina khusus sariawan.

"Perih gak?" Tanyanya.

Aku menggeleng karena bibirku masih diberikan obat.

"Adem ya?" Tanyanya lagi.

Aku mengangguk.

"Cepet sembuh sayangku." Ucapnya dengan mendaratkan satu kecupan singkat pada sudut bibirku.




***

Cewek kenapa kalo gregetan suka ngegigit ya?

Peri CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang