42.

257 48 6
                                    

Akad dan Resepsi pernikahan Kak Anin & Bang Boy berjalan lancar. Pesta hanya diadakan untuk keluarga dan teman dekat.

Tadi pagi aku sedikit gugup karena harus menjadi wali dan menjabat Bang Boy. Padahal seharusnya Bang Boy lah yang lebih gugup dari pada aku.

Acara diadakan di salah satu restoran daerah Bekasi. Meski sebelumnya sempat ada perdebatan mengenai wali nikah, tapi dengan berbagai pertimbangan aku bisa mengambil alih.

Tidak ada satupun keluarga Bayu yang kuundang. Termasuk perempuan bernama Adzana.

Dan yang membuatku bahagia adalah, aku bisa bernafas lega ketika mulai sekarang harus tinggal berjauhan dengan Kak Anin. Dia sudah memiliki seseorang yang bisa menjaganya lebih sering untuk sekarang dan kedepannya.

"Kapan nyusul?" Tanya salah satu keluarga Bang Boy saat aku dan Chika sedang duduk untuk makan siang bersama. Lebih tepatnya brunch, karena ini sudah hampir jam tiga sore.

"Doain aja ya Om."

"Ini calonnya ya?" Tanyanya lagi.

"Iya Om, kenalin Chika. Sayang, ini adiknya Papa Bang Boy namanya Om Barlin."

"Cakep lu neng, suruh nikahin cepet-cepet dah sama si Aran ya biar dia semangat gawenya."

Kami hanya tertawa ringan. Kebanyakan tamu disini dari keluarga Bang Boy. Selebihnya aku tidak tahu mungkin teman kantor Kak Anin.

"Kita nikah disini aja ya? Enak nih makanannya."

"Kasian tamunya kejauhan," jawab Chika.

"Tapi kalo konsep kek gini, suka gak yang?"

"Suka. Tapi kalo hujan agak ribet ya." Beruntung hari ini tidak hujan. Entah siapa yang melakukan ritual agar hujan tidak turun dulu.

Mitos yang beredar kalau ingin tidak hujan saat ada acara, yang punya hajat jangan mandi, atau bisa menusuk bumbu dapur seperti sate lalu ditancapkan di tanah. Entah yang mana yang benarnya. Sebagai muslim yang boleh dipercaya yaitu semua ini atas izin Allah.

Musyrik jika percaya hal seperti itu, tapi kalo kepepet banget sesekali tidak masalah sepertinya. Haha.

"Besok kita survey lokasi aja gimana? Sekalian cari vendor yang belumnya."

Beberapa hari kemarin setelah turut membantu acara pernikahan Kak Anin dan Bang Boy, Chika memberikan beberapa referensi vendor yang sepertinya bisa dipercaya.

Hanya tinggal beberapa yang belum sesuai dengan keuangan dan selera Chika.

"Boleh, mumpung masih weekend." Aku mengangguk.

"Yaudah berarti malem ini pulang ke apart aja ya? Biarin penganten baru stay di rumah."

"Emang mereka nggak nginep di hotel?" Tanya Chika.

"Kayaknya sih nggak, soalnya kan kamar Kak Anin kemaren juga di dekor."

"Oh yaudah, lagian ini di cuma sampe jam 3 juga kan?"

"Iya, sewanya kan cuma 8 jam. Tuh udah pada diangkut-angkut." Tunjukku pada beberapa pekerja yang sudah mengangkut sebagian dekorasi seperti standing flowers.

Setelah menghabiskan makanan, aku, Chika, Kak Anin dan Bang Boy pulang ke rumah Ibu. Kami menaiki mobil berbeda, hanya beriringan.

"Akhirnya mereka nikah juga," ucap Chika. Mobil pengantin tepat ada di depan mobil kami.

"Iya Alhamdulillah. Tinggal kita nih yang." Kataku.

"Soon ya," jawabnya manis semanis senyuman yang Chika berikan padaku.

Peri CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang