13.

276 47 18
                                    

Jangan menyakiti Chika. Aku sudah menjadi separuhnya. Maka jika ia tersakiti akupun ikut terluka.

Tidak ingin aku memilih antara Ibu dan Chika. Keduanya akan menjadi prioritasku.

Aku mengerti maksud lain daripada acara makan malam ini.

Ibu ingin mengusik perasaan Chika dengan membawa-bawa Ana. Aku juga mengerti bagaimana Ana yang dari pertama kali memang sepertinya sudah menaruh hati padaku.

Pertanyaan sudah berapa lama hubunganku dan Chika tidak kujawab karena tidak ingin membuat Ibu kaget dan semakin mengusik hubungan kami.

"Mas gak boleh gitu, Ana tadi nanya baik-baik." Chika menyikut pelan lenganku. Saat ini kami sudah menyelesaikan makan dan berada di ruang keluarga.

"Oh iya Ana, tadi kesini sama siapa?" Tanya Ibu yang datang dari arah dapur membawa satu kotak puding yang kubawa tadi.

"Naik taxi online Bu, soalnya mobil Ana lagi dipake sama Adek."

Aku, Chika dan Kak Anin duduk dalam satu sofa panjang dan sudah fokus pada puding tersebut. Tidak peduli dengan apa yang Ibu obrolkan dengan Ana. Meskipun memang terdengar.

"Nanti pulangnya dianter Aran aja ya, searah kok. Gimana? Gapapa kan Chika?"
Kami bertiga menoleh serempak.

"Gapa.."
"Lah kenapa gak pake taxi online lagi aja?" Aku buru-buru memotong ucapan Chika.
Dia menyikut perutku lebih keras kali ini. Aku biarkan.

"Ya kasian kan udah malem, masa naik taxi online. Mana cewek."

"Iya bu gapapa, nanti bareng kita aja." Jawab Chika.

Ingin protes lagi pun rasanya tidak akan bisa. Semoga jawaban Chika benar-benar tidak apa-apa.

"Tuh Chika aja gapapa Ran. Lagian kamu kenapa sih dari tadi sewot mulu sama Ana?"

Inilah yang aku tidak suka dari Ibu, selalu memancing-mancing.

"Ya gapapa, kali aja kan gak mau jadi nyamuk karena semobil sama orang pacaran." Jawabku.

"Baru juga pacaran, belum tentu nikah ini."

1 detik.
2 detik.
3 detik.

"Ya maksud ibu kan kalian beda keyakinan, emang udah yakin bakalan sampe nikah? Baru pacaran doang jangan aneh-aneh Ran. Ini udah malem juga mending kalian jalan sekarang. Kasian Ana pasti cape tadi abis audit sampe pulang."

Betapa ingin aku menutup telinga Chika mengenai perkataan Ibu barusan rasanya pasti tidak akan nyaman bukan?

Bisa kulihat raut wajah Chika yang tidak baik-baik saja dan masih tetap memberikan senyum termanisnya.

"Maaf sayang." Bisikku.

Dia menggeleng dan mengusap lenganku berulang.










***












Saat ini kami sudah dalam mobil yang sama. Setelah berpamitan pada Ibu & Kak Anin, Ana mengikuti kami berdua masuk ke kursi penumpang di belakang Chika.

"Ana alamat rumahnya dimana? Biar aku set di google maps." Chika membuka suara keheningan diantara kami.

"Kalo gak pake google maps gapapa gak Kak Chika? Biar aku arahin aja, daerah Cipayung Kak Aran tau?"

"Mending lu nurut ke Chika deh, biar gue gak pusing."

Benar kata Ibu sedari tadi aku selalu sewot. Tapi biarlah. Memang aku tidak suka. Akan kutunjukkan secara terang-terangan.

Peri CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang