08.

371 50 2
                                    

Aku menjabat tangannya yang lebih dulu mengulur. "Adzana." Ucapnya tersenyum.

"Zafran." Kataku.

"Adzana ini bawahan ibu yang ditugasin buat nemenin studi banding tadi. Karena Ana bawa mobil jadi ibu nebeng."

"Oh iya makasih ya Adzana. Maaf jadi ngerepotin."

"Ana aja Kak Aran. Gak ngerepotin kok, Ibu juga sering bantuin aku di kantor."

"Yaudah bu yuk ke atas, kasian ibu mau istirahat kan pasti." Kataku.

"Iiih kata siapa, engga. Mending kita makan bertiga keluar terus nanti ibu sama Ana mau langsung pulang. Besok kita masih ngantor pagi ya Na."

Kulirik Adzana mengangguk.

"Kita mending semobil aja ya Ran, mobil Ana kamu yang bawa."

"Emang gapapa Na?" Tanyaku.

"Gapapa Kak, ini kuncinya."

Aku kembali membawa barangku dan makanan untuk ibu menuju basement, lebih tepatnya ke mobil Adzana.

Kami bertiga makan malam sekalian sholat maghrib di mall yang tidak jauh dari apartemenku.

"Oh iya Ran, Ana itu anaknya baik banget tau. Dia anak baru di kantor tapi sering banget ngajak ibu pulang bareng. Padahal kakakmu juga suka jemput ibu."

Aku bingung apa maksud dan tujuan ibu ini.

"Ah iya makasih ya Ana." Aku tersenyum kikuk. Semangkuk udon dihadapanku tidak seenak biasanya.

"Sama-sama Kak Aran."

"Ana ini dibawah kamu 3 tahun. Dia beda divisi sama ibu tapi kerjaan kita bareng terus."

Chika udah makan belum yah? Kangen Chika deh.

Wait, ini ibu ngomongin mulu Adzana bukan maksud mau jodohin gue kan?

"Ibu seneng jadinya, tadinya mau cepet-cepet resign biar kakakmu aja yang kerja tapi semenjak Adzana masuk kantor ibu jadi betah lagi di kantor."

"Nanti kapan-kapan kita makan-makan begini di rumah ibu ya Na? Kamu kapan pulang kerumah Ran?" Tanya ibu.

"Gatau bu, nanti kalo udah sidang tesis mungkin."

"Oh iya Na, Aran ini lagi s2. Dia bentar lagi selesai lagi nyusun tesis ya Ran?" Ucap Ibu.

Aku hanya mengangguk.

"Wahhh keren Kak Aran, semangat ya. Semoga nanti sidang tesisnya lancar. Aamiin."

"Ah iya makasih ya." Jawabku sekenanya.

Setelah menghabiskan makanan yang kami pesan ibu mengajak kami pulang. Aku sudah membawa barang-barangku dari mobil Adzana.

"Kamu yakin gak mau ikut pulang bareng kita Ran?"

"Gak usah deh bu, soalnya gak searah, nanti kalo puter balik makin lama. Kasian ibu udah malem juga."

Aku hanya beralibi untuk tidak terus-terusan bersama keduanya. Sudah kupastikan Ibu akan semakin gencar dengan tujuannya. Meskipun belum bisa kupastikan dengan jelas.

"Iya kasian juga Ana nyetir malem-malem. Harusnya kamu yang nyetirin." Celetuk Ibu.

Baru saja menduga dalam hati sudah diberi opini yang jika disamakan, aku juga sedang lelah.

"Gapapa Bu, Ana masih aman kok. Belum ngantuk juga. Kasian Kak Aran cape pulang ngantor."

"Oke deh, nanti kamu ibu tunggu pulang loh ya Ran. Kita makan-makan lagi."

Peri CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang