Happy Reading
Jakarta, UI
Dalam ruangan kosong itu, dia Rayhan Try Anggara sudah disibukkan dengan ponsel yang sejak tadi ia pegangi. Tak ada satupun orang yang berada disitu kecuali dia. Beberapa kali terdengar bunyi barang yang di banting sana sini, ada juga pecahan-pecahan kaca yang berhamburan, entah apa yang ia lakukan didalam ruangan itu.
"Lu bebas ngatain gue apa aja, tapi tolong jangan nyuruh gue buat berenti" teriaknya kepada lawan bicaranya
"Gue gak ngerti sejauh ini gue semakin gila karna elu, mungkin terdengar alay, tapi jujur gue gak sekuat dulu Ndra. Ngerti gak sih ha?"
"Apapun yang lu minta, gue bakal turutin, tapi lagi-lagi gue mohon ama elu jangan putusin gue atau jangan bilang lu udah gak suka ama gue"
"Sekalinya lu bilang itu semua dari hati lu, gue mohon banget ama lu, jangan di omongin secara langsung ama gue, simpan buat lu sendiri, biar gue lanjutin mimpi gue kalau gue punya elu"
Teriak Rayhan sampai ditelinga Sandi yang kebetulan sudah berada di luar ruangan itu, cowok berkeja kotak navy itu membiarkan sahabatnya menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Bukain aja pintunya Ndi, gue kasian ama Rayhan" titah Gina yang khawatir.
"Gak, gue mau biarin dia selesaiin masalahnya tanpa harus libatkan orang lain"
"Tapi gak mesti kek gini caranya"
"Lu bisa jamin kalau kita samperin masalahnya bakalan selesai?" Tanya Sandi dengan penuh tekanan.
Gina tertunduk, namun usahanya untuk membujuk Sandi membukakan pintu tidak berhenti saat itu.
"Ayok lah Ndi, masa lu tega sama Rayhan, gue gak pernah denger dia sampai teriak sekacau itu"
"Karna lu baru denger, tolong kali ini lu diam aja"
Adu mulut terjadi antara Gina dan Sandi, mereka tidak sadar suara dari dalam ruangan tidak lagi kedengaran. Dimana Rayhan? Dimana suara teriak? Dalam ruangan itu sunyi, tak ada satupun suara yang terdengar.
"Wait... Wait..."
"Ada apa?"
"Rayhan?" Teriak Sandi dari luar, Rayhan tak menjawab panggilan itu.
Sandi menggedor pintu namun tetap saja tidak mau terbuka.
"Pake kunci yang lu simpan PA" Titah Gina yang sudah khawatir.
"Lu diam, kunci yang gue pegang gue kasih ke Rayhan semua"
"Anjir..." Ucap Gina, "Lu dobrak aja pintunya" sambungnya
Sandi terlihat panik dan tidak tau apa yang harus ia lakukan pertama kali.
"Jangan ngayal, kalau pintunya rusak gue minta bokap gue buat danain perbaikan pintu"
Tanpa pikir panjang, Sandi menendang pintu itu dengan sangat keras, ia tidak mempedulikan kerusakan yang terjadi nantinya.
Begitu pintu terbuka, Rayhan sudah tergeletak tak berdaya, tangan yang berbalut jam berwarna hitam kulit itu kini bercampur warna karna adanya darah yang mengalir dipergelangan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR (?) ---- Siapa Takut !!
Teen Fiction"Gak bakal terulang, gue janji!!" tegas Rayhan didepan Cewek itu. mata itu sembap, mata itu terus berkaca-kaca menatap Rayhan yang terus meyakinkan bahwa dirinya tidak akan mengulangi kesalahannya. "kenapa diam? gak percaya?" Rayhan terus memaksa...