Bab 8

999 90 0
                                    

Dari tempatnya berdiri saat ini, Andra bisa melihat panggung dengan jelas. Di mana Nicola sedang menyanyi. Malam ini, Nicola mengenakan gaun hitam mini dengan tali spagetti. Duduk di kursi sambil memegang mikrofon dan menyanyi diiringi bandnya.

Pesta ini cukup ekslusif, diadakan di klub yang lumayan ekslusif juga. Hingga penampilan Nicola cukup elegant. Riasannya bahkan tidak terlalu mencolok. Dengar-dengar ini pestanya keponakan walikota New York. Pantas jika suasananya agak formal.

Jones yang malam itu ikut menemani Andra pun, tidak berani petakilan. Berdiri anteng di samping Andra. Padahal kakinya sudah gatal kepengin ngacir. Banyak cewek seksi, sayang dianggurin. Tapi ia tidak berani macam-macam. Tidak mau membuat malu sepupunya. Cuma mengutuk dalam hati, kenapa Nicola memberinya undangan ke pesta yang formal kayak gini?

Lihat saja, kebanyakan yang datang sudah tua-tua. Om-om dan Tante-tante. Ada sih yang muda, cantik pula. Tapi tidak yakin kalau bisa didekati. Siapa tahu gadis itu putri salah satu pejabat yang datang, atau kekasih seorang senator? Bisa habis dia diganyang mereka. Karena itu ia tidak berani macam-macam.

Tetap anteng di sisi Andra. Andra juga tidak menyangka kalau pestanya semi formal begini. Tamu-tamunya yang datang rata-rata berjas dan berdasi. Untung saja bukan tuksedo. Mungkin karena ini merupakan pesta ulang tahun anak muda. Jadi tidak memakai dresscode tuksedo. Tetap saja, suasananya masih formal.

Andra yang tahu Jones gelisah dari tadi, pura-pura tidak tahu. Dia sebenarnya agak menyesal juga sih datang ke pesta ini. Tapi itu diawalnya. Begitu mendengar Nicola bernyanyi, rasa sesalnya langsung menguap. Suara Nicola luar biasa bagus. Ia mampu menyanyikan nada-nada tinggi dengan sangat baik.

Saat ini ia sedang menyanyikan lagu Dionne warwick, do you know the way to San Jose. Dari penyanyi bergenre pop dan R and B itu. Salah satu genre yang juga dinyanyikan Nicola.

Iramanya yang catchy membuat tamu-tamu yang sebagian besar para opa dan oma itu bergoyang. Nicola memang sangat ahli membuat suasana begitu meriah.

"Ia terlahir sebagai bintang." Guman Jones melihat para orang tua itu ikut menari dan bergoyang bersama Nicola. Bahkan yang muda-muda pun tak mau kalah ikut menari. "Beberapa tahun lagi, ia pasti akan melesat seperti meteor."

"Suaranya indah..."

Jones melirik Andra."Apa kau sudah jatuh cinta padanya?" godanya."Lihat sinar kekaguman di matamu itu..."

"Kagum bukan berarti cinta..."

"Dari rasa kagum, bisa berakhir dengan cinta."

"Apa kau selalu menyebalkan seperti ini?"

"Aku menyebalkan bila ada pria yang jelas-jelas tertarik pada Nikki, tapi tidak mau mengakuinya."

"Oke, mungkin aku sedikit...tertarik padanya?"

"I know it." Jones menyeringai puas.

"Like not love." Andra menegaskan.

"Yeah.." Jones mencibir dalam hati. Sudah seperti ini masih saja menyangkal. Apa ia tidak bisa melihat binar-binar di mata Andra? Andra bukan orang yang gampang menerima undangan pesta. Selama mengenal dan berteman dekat dengan pemuda itu, bisa dihitung pakai jari berapa kali Andra menghadiri keramaian seperti ini. Apalagi ini yang mengundang seorang gadis.

Ia lebih senang berkutat dengan diktat-diktat tebalnya, daripada memenuhi undangan seorang gadis. Ini pertama kalinya, Andra terlihat antusias datang ke pesta. Padahal ini juga bukan pesta pribadi Nicola. Gadis ini hanya menyanyi di pesta ini. Dan Andra hanya ingin melihat Nicola menyanyi.

Ia bahkan beralasan untuk mendukung penampilan gadis itu. Demi Tuhan, Nicola itu bernyanyi di acara ulang tahun yang bahkan tidak mereka kenal siapa pemilik pesta. Ia sudah melakukan ini ratusan kali sejak di Abernathy. Menyanyi diberbagai acara, dengan bayaran tentu saja. Bukan pergi ke acara American Idol. Atau ajang pencarian bakat lainnya. Apanya yang perlu dukungan?

Oke, sebagai sahabat yang baik, ia harus mendukung bukan? Ia akan pura-pura percaya dengan alasan yang diberikan Andra. Demi kelancaran misinya juga.

Setelah menyanyikan beberapa lagu, Nicola menghampiri mereka dengan wajah berseri-seri. Tapi ia tidak sendiri. Melainkan bersama seorang gadis berdarah latin dengan kulit kecoklatan.

"Andra, Jones. Maaf baru bisa menemui kalian. Bagaimana? Apa kalian menikmati pestanya?"

"Lumayan.." ucap Andra.

"Aku lebih senang suasana pesta di tempat Stanley," keluh Jones."Di sini banyak orangtuanya."

"Ini pesta keponakan Pak Walikota. Tentu saja banyak orangtua yang datang. Tapi mereka memberi bayaran yang bagus. Oh ya, kenalkan. Ini temanku Carmen Rodrigues." Nicola memperkenalkan gadis cantik dengan kulit eksotis di sampingnya. Yang memiliki rambut pendek setengkuk.

"Hallo." Gadis itu mengangguk sopan.

"Carmen. Ini Andra, dan ini sepupuku, Jones."

"Hallo." Melihat ada gadis cantik di depannya, Jones langsung berseri-seri. Ah memang ya, tidak di Indonesia, tidak di Amerika. Pria selalu senang melihat gadis cantik. Apalagi bisa berkenalan.

"Sepupu? Apa kau juga berasal dari Texas?" tanya Carmen pada Jones. "Cowboy ya?"

"Yeah..." Jones membuat gestur yang bangga tapi segera dipotong Nicola.

"Cowboy palsu. Ia bahkan belum pernah menunggang kuda."

"Bisa tidak kau tidak mempermalukanku, Nik?"

"Aku tidak mempermalukanmu. Kau kan memang belum pernah menunggang kuda. Bahkan takut saat diajak paman ke rodeo."

"Habis sudah reputasiku."

"Pacar barumu sangat tampan..." bisik Carmen pada Nicola saat mereka mendapat kesempatan untuk mencicipi hidangan. Andra sedang berbincang dengan Jones."Terlihat jantan.."

"Dia bukan pacar baruku."

"Tapi akan?"

Nicola angkat bahu. "Akan sangat sulit menaklukannya. Kau tidak lihat sinar dingin di matanya? Awal aku bertemu dengannya jauh dari kesan hangat. Kata Jones, hatinya sudah mati karena dicampakan seorang gadis."

"Pria setampan itu?"

"He-eh."

"Jangan khawatir, jika kau sungguh-sungguh tertarik padanya tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Manusia saja sudah bisa menjelajahi angkasa, untuk menaklukan seorang pemuda tampan kurasa tidak akan sesulit itu."

"Ku harap juga begitu. Ia berbeda dari pria-pria yang pernah ku temui. Ia sopan dan saat kami pertama kali bertemu, ia tidak menatapku dengan kurang ajar. Apalagi nakal, seakan aku daging segar yang siap disantap."

Carmen mengangguk-ngangguk, meski agak sangsi dengan ucapan Nicola. Tidak nakal katanya? Bukankah semua laki-laki di dunia itu sama saja? Bila melihat gadis cantik dan sexy akan berpikiran liar. Mungkin saat ini Andra tidak begitu. Tapi tidak ada yang tahu esok hari kan?

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang