Bab 38

1K 80 0
                                    

Berkat Ewin yang Andra telpon, akhirnya ia bisa menemukan Erik di klub langganannya bila ia berada di LA. Karena di kota sebesar ini, bagaimana ia bisa menemukan orang bila tanpa bantuan siapapun?

Ketika memasuki klub, ia melihat Erik sedang bersama seorang wanita.

"Erik!"

"Well, lihat siapa yang datang. Kekasih Nicola Watson... " Erik menyeringai. Andra melirik botol wine di depan meja Erik. Sepertinya Erik sedang minum dan mungkin sudah mabuk.

"Erik, Irni telpon. Ia mengkhawatirkanmu. Ayo kita pergi. Jika kalian punya masalah, selesaikan. Bukan malah pergi dan minum gak jelas kayak gini."

"Kenapa dia malah nelpon kamu? Kamu ketemu dia?"

"Ya. Keadaannya kacau. Ini bukan urusanku, lebih baik kamu kembali dan temui Irni."

"Cih, setelah bertahun-tahun. Dia masih saja tidak bisa melupakanmu."

Andra mengernyitkan alis mendengar ucapan Erik.

"Apa kamu tahu, ndra. Kalau selama ini pernikahanku gak sebahagia yang terlihat di permukaan? Penyebabnya karena dia yang belum bisa melupakanmu!"

"Masalah di antara kalian berdua itu bukan urusanku. Urusanku sekarang hanyalah membawamu kembali pada Irni."

"Tapi kau penyebab semua ini, ndra! Aku membencimu! Sangat membencimu! Kenapa kau yang selalu menjadi kebanggaan keluarga besar Hendarto? Kenapa aku harus selalu dibandingkan denganmu?"

"Kau mabuk, rik!"

"Kenapa kalau aku mabuk? Aku pikir dengan merebut Irni darimu, akan membuatmu hancur. Tapi kau bajingan beruntung. Lepas dari Irni kau malah mendapatkan wanita sekelas Nicola Watson!

"Hei, katakan padaku. Apa wanita itu hebat di atas ranjang? Apa ia memuaskanmu? Apa tekniknya di ranjang lebih hebat dari Irni?"

Andra tahu Erik sedang mabuk hingga berceloteh tidak karuan seperti itu. Tapi ia juga tidak tahan mendengar ocehan Erik mengenai Nicola. Maka tanpa pikir panjang lagi, Andra memukul tengkuk Erik hingga pingsan.

Ia membawa Erik kembali ke hotel di mana Irni sudah menunggunya.

"Kamu urus Erik dan selesaikan masalah di antara kalian."

"Andra... terima kasih."

"Gak perlu. Aku cuma minta sama kamu dan juga Erik. Jangan pernah menggangguku lagi. Bila di kesempatan lain kalian datang ke Amerika. Tolong jangan menghubungiku."

Irni terdiam. Ia tidak menyangka Andra akan berkata sekejam itu. Ia ingin mengucapkan sesuatu, namun melihat raut wajah Andra yang dingin, diurungkannya niatnya.

Andra kembali ke rumah dan melihat Nicola yang sedang tertidur. Ia naik ke atas ranjang dan memeluk gadis itu. Nicola yang merasakan pelukan hangat seseorang membuka matanya.

"Sudah kembali?"

"Emm..." Andra membenamkan wajahnya di leher jenjang Nicola. Menghirup harum wangi tubuh gadis itu dan menciumnya lembut.

"Ada apa?"

"Nggak ada."

"Really? Apakah pertemuan dengan mantan kekasihmu itu membuatmu gelisah seperti ini?"

"Kamu cemburu?"

"Tidak. Tapi jika ada yang membuat hatimu gelisah, kamu bisa cerita sama aku."

Andra menatap bola mata hijau Nicola yang terlihat indah. Harus ia akui, semua yang ada di diri wanita ini begitu indah dan memabokan. Ah, berapa banyak pria yang terjerat dalam pesonanya? Berapa banyak pria di luaran sana yang menginginkan gadisnya ini?

Tapi hanya dia satu-satunya yang boleh memiliki Nicola.

"Aku tidak ingin kehilanganmu, Nic."

"Apa aku bilang kalau kamu bakal kehilangan aku?"

"Aku cinta kamu. Aku rasanya tidak percaya bila saat ini, aku kembali bersamamu. Kembali bisa memelukmu. Terima kasih, sayang. Karena kamu sudah bersedia memberiku kesempatan dan memaafkanku."

"Kamu tahu alasannya kenapa aku mau menerimamu kembali."

"Karena kamu masih mencintaiku?"

"Emm..." Dengan manja Nicola makin merapatkan tubuhnya kepelukan Andra. Dan tentu saja pemuda itu tidak keberatan, ia malah makin memeluk gadis itu erat. "Aku ingin selamanya kita kayak gini."

"Berada dalam pelukanku?"

"Iya."

"Gak malu punya kekasih supir?"

"Aku gak peduli."

"Tapi aku peduli. Aku ingin nikah sama kamu, aku ingin kamu jadi istriku. Karena itu aku mau jadi lelaki yang bisa diandalkan bagimu."

"Ini lamaran?" Nicola menatap Andra tak percaya. "Apa kamu baru saja melamarku?"

"Kamu bersedia kan?"

"Sure. Apa ada alasanku buat menolak lamaranmu?"

"Karena saat ini aku pengangguran?"

"Penghasilanku sebagai penyanyi sudah lebih dari cukup untuk hidup kita berdua."

"Aku tahu. Tapi aku tidak mau menjadi pria yang bergantung pada wanita. Aku tahu kamu kaya, penghasilanmu besar. Tapi jika aku ingin menjadi suamimu, aku harus memiliki usaha sendiri. Agar aku tidak dicibir fansmu dan dianggap menjadi parasit di hidupmu."

"Kenapa harus peduli apa kata orang? Yang terpenting adalah kita berdua."

"Tapi aku tidak bisa tidak peduli apa kata orang. Aku harus bisa berdiri sejajar denganmu. Menjadi pria yang bisa kau banggakan."

"Aku mengerti. Lalu apa rencanamu?"

"Aku mau merintis usaha di sini. Aku tahu ini tidak mudah, tapi segala sesuatu memang tidak ada yang instan kan?"

"Bukankah kau memiliki perusahaan event organizer di Indonesia? Dan yang ku dengar, itu salah satu perusahaan besar di sana yang kau miliki."

"Ya. Tapi untuk merintis usaha sejenis di sini itu akan sangat sulit."

"Jangan khawatir, aku akan membantumu," ucap Nicola. "Selama kita bersama, semua kesulitan pasti bisa kita atasi."

Andra hanya tersenyum mendengar ucapan Nicola. Namun di dalam hatinya, ia tahu semua yang ada di depan tidak semudah yang diucapkan.

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang