Bab 29

916 92 1
                                    

Aku pasti sudah kehilangan akal sehatku, pikir Nicola saat menyadari dirinya saat ini berada dalam pelukan Andra. Di dalam kamarnya. Mendesah dalam ciuman Andra yang memabukan.

Dengan gemetaran ia menerima ciuman Andra. Tidak tahan untuk berpaling saat pria itu berada diatasnya.

Tapi Andra yang tahu bila Nicola masih takut padanya, memperlakukannya dengan lembut. Membisikan kata-kata manis nan lembut mendayu di telinganya. Berusaha menyingkirkan rasa takut Nicola.

"Sayang, ini aku. Lihat aku, aku tidak akan menyakitimu lagi. Percayalah padaku.."

Percaya, ya itu mungkin yang harus dilakukan Nicola. Mempercayai Andra. Percaya bila Andra tidak mungkin menyakitinya lagi. Percaya bila Andra tidak akan melakukan hal buruk padanya. Apalagi bila diingatnya Andra telah rela menghadang maut untuknya. Hal itu cukup untuk membuktikan bila Andra tidak mungkin menyakitinya lagi bukan?

Nicola mencoba mengenyahkan rasa takutnya, melupakan pengalaman buruknya. Dan saat ia menyadarinya ia sudah tenggelam dalam gairah yang membara.

Mereka melakukannya tanpa tergesa-gesa, seakan setiap detik begitu berharga. Begitu ingin menikmati moment langka seperti ini. Moment yang sudah lama tidak pernah mereka rasakan.

Betapa lembutnya Andra memperlakukannya. Dengan bisikan rayuan di telinganya. Betapa berpengalamannya pria ini. Mungkin hanya Andra satu-satunya pria yang dapat memuaskannya. Yang tahu setiap inchi bagian dari tubuhnya.

Dan saat segalanya usai, Nicola merasakan kepuasan diseluruh bagian tubuhnya. Segala rasa takutnya telah hilang tanpa tersisa. Siapa yang mengira Andra yang sudah membuat trauma di dirinya, namun pria ini juga yang telah menyembuhkannya.

"Aku memang bodoh. Pria terbodoh di dunia. Bagaimana bisa aku melakukan hal buruk itu padamu?" bisik Andra di telinga Nicola saat gadis itu sedang meringkuk dalam pelukannya. "Maafkan aku."

"Aku tidak pernah menjual cintamu senilai dua ribu dollar. Aku tidak pernah menerima uang taruhan itu."

"Aku tahu, aku tahu sayang." Andra mencium kening Nicola lembut. "Aku sungguh menyesali kebodohanku. Seandainya aku tidak melakukan hal bodoh itu, mungkin saat ini kita sudah menikah dan memiliki anak. Seperti Jones dan Carmen."

"Kenapa yakin sekali aku mau menikah denganmu? Jika hal itu tidak terjadi, bisa saja kan kamu kembali ke Indonesia dan menikah dengan gadis sana?"

"Itu tidak akan terjadi, buktinya sampai sekarang aku tidak menikah dengan wanita manapun. Karena cuma kamu yang aku inginkan untuk menjadi istriku." Dengan nakal tangan Andra meremas buah dada Nicola yang telanjang. "Kamu satu-satunya calon kandidat nyonya Andra Hendarto."

"Bagaimana kalau aku yang menikah dengan orang lain?" tanya Nicola mencoba menghindari tangan nakal Andra yang menggerayangi tubuhnya.

"Tidak akan kubiarkan hal itu terjadi."

"Posesif, eh?"

"Aku ini pria setia dan posesif. Kau tahu itu, selama bersamamu aku tidak pernah berselingkuh bukan? Kita berpisahpun bukan karena adanya orang ketiga. Jadi alasan apa yang membuatmu ingin menikah dengan orang lain selain denganku, ehm?"

Nicola tidak menjawab. Tapi hanya tersenyum kecil, ia ingin berbalik tapi Andra lebih cepat darinya. Membawa gadis itu kembali kedalam pelukannya.

"Aku mencintaimu, sayangku." Dan bibirnya kembali melumat bibir Nicola. Seakan apa yang baru saja mereka lakukan tidak pernah cukup.

******************

Andra melihat dengan tidak senang, keintiman yang terjadi pada dua orang di depannya. Saat  ini, Bradley datang ke rumah Nicola. Dan sekarang mereka sedang duduk berdua di pinggir kolam renang. Mereka berdua mungkin hanya berbincang, tapi kedekatan yang ditunjukan keduanya tidak membuatnya senang.

Apalagi saat melihat tangan Bradley yang mempermainkan rambut panjang Nicola. Ingin rasanya Andra menarik tubuh Nicola menjauh dan menjauhkannya dari pria itu. Tapi niatnya terhenti saat teringat percakapannya dengan gadis itu dua malam yang lalu.

"Jadi..kita kembali bersama?" tanya Andra memperhatikan Nicola yang kini sedang mengenakan kimononya. Duduk di sofa yang memang ada di kamar tidurnya ini. Menyalakan rokoknya dan menumpangkan kaki kanannya di paha kirinya.

"Bersama?" Nicola mengernyit tidak mengerti. " Apa maksudmu dengan bersama?"

"Tentu saja bersama yang aku maksud adalah kamu dan aku, sekarang resmi menjadi sepasang kekasih kan?"

"Kenapa kamu berpikir begitu?"

"Apa kamu lupa apa yang baru saja kita lakukan beberapa menit yang lalu?"

"Oh, maksudmu sex?" Nada bicara Nicola terdengar santai. "Lalu?"

"Itu artinya kamu menerima aku kembali kan? Kita sudah bercinta, itu artinya kamu sudah memaafkan aku. Sudah menerima aku kembali. Kita sepasang kekasih sekarang."

Nicola tertawa geli mendengar ucapan Andra. "Darimana kau mengambil keputusan itu? Tidak ada hubungannya antara kita bercinta dengan kita kembali bersama. Yang kita lakukan tadi murni hanya untuk bersenang-senang, kebetulan aku juga sudah lama tidak merasakan sex yang hebat. Tapi bukan berarti aku mau kita kembali bersama."

"Apa maksudmu?" Andra bangkit dari ranjang, tidak peduli dirinya yang masih telanjang. Berdiri di depan Nicola, menatap gadis itu tajam. Nicola balas menatapnya dengan santai, meski berusaha keras untuk tidak melihat bentuk tubuh Andra yang bisa bikin gadis mana saja ngiler. Tubuh sexy dan gagah yang tadi memeluknya. Tubuh telanjang yang tadi menggaulinya dan membuatnya mengerang di bawahnya.

"Kita cuma bersenang-senang, oke? Lagipula kalau kau lupa, aku sudah memiliki kekasih. Ingat?"

"Bintang hollywood itu? Putuskan dia. Aku yakin kamu belum pernah tidur dengannya kan?"

"Itu bukan urusanmu."

"Kamu tidak membantah. Aku benarkan? Lebih baik kamu denganku daripada dengannya."

"Kamu merasa lebih baik darinya?"

"Mungkin dia lebih kaya dari aku. Tapi cuma aku yang rela melakukan apa saja untukmu." Andra mengambil rokok di tangan Nicola. Menggilasnya di atas asbak yang telah disediakan di atas meja samping sofa. "Dan satu-satunya pria yang bisa memuaskanmu."

"So naif. Aku belum tahu siapa yang lebih memuaskan aku di ranjang diantara kalian berdua, bila aku sendiri belum pernah tidur dengannya."

"Tidak akan kuijinkan," bisik Andra mencium Nicola dan memagut bibirnya sedemikian rupa. "Kamu gak boleh tidur dengan pria manapun selain aku."

"Aku tidak suka dilarang. Apalagi dipaksa." Nicola balas berbisik dan melingkarkan tangannya di leher Andra. Membalas ciuman Andra dengan sama bergairahnya. "Aku tidak keberatan tidur denganmu, menjadi teman ranjangmu. Tapi kalau untuk memutuskan Bradley, jawabannya adalah tidak!"

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang