Bab 32

833 81 5
                                    

Dari kaca depan mobil, Andra bisa melihat dengan jelas wajah Nicola yang sedang berbincang dengan Carmen.

Hari ini mereka sedang dalam perjalanan menuju Gosling studio. Perusahaan film milik Clyde Gosling, salah satu perusahaan film besar di Hollywood.

Nicola mendapat tawaran untuk mengisi lagu-lagu dari film terbaru milik Gosling studio. Ini proyek pertama Nicola untuk mengisi soundtrack lagu sebuah film.

Bukan hanya menulis lagunya, tapi juga ia yang akan menyanyikan lagu-lagu di film itu.

Apakah ini hanya perasaannya sendiri saja, atau memang Nicola terlihat lebih kurus dan kuyu? Ah, seandainya Andra tidak ingat dengan penolakan Nicola malam itu padanya. Ingin rasanya ia memeluk gadis itu, meraih Nicola ke dalam pelukannya. Dan mengecup bibirnya yang merah merona. Ingin berbagi beban di pundaknya.

"Nanti, kau harus berhati-hati saat bertemu Clyde Gosling, Nik. Aku mendengar reputasinya di lingkaran hiburan tidak terlalu bagus." Suara Carmen dapat dengan jelas didengar telinga Andra yang tajam. Yah, meski ia terlihat acuh tak acuh pada keadaan sekitar dan berlagak tidak peduli pada Nicola. Tapi nyatanya Andra tetap memasang mata dan telinganya bila itu menyangkut soal Nicola.

Meski Nicola sudah menolaknya, bukan berarti Andra sudah menyerah. Cuma di permukaan saja ia setuju untuk tidak lagi mendekati gadis itu, tapi kenyataannya dia sedang mencari celah dan menunggu kesempatan. Sampai Nicola sendiri yang bakal menyerahkan diri dan hatinya pada Andra.

Karena sekali dia bertekad untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan, maka ia akan tetap bertekad mengejarnya. Tidak ada kata menyerah dalam kamusnya. Apalagi ia sudah menganggap Nicola sebagai miliknya. Mana sudi ia melepaskan apa yang sudah menjadi miliknya itu pada orang lain?

Anggaplah ia sinting, posesif atau terlalu obsesi. Siapa peduli? Bukankah wajar bagi seorang pria mengejar apa yang memang menjadi miliknya? Jadi peduli setan dengan omongan orang!

"Reputasi apa?" tanya Nicola memiringkan kepalanya.

"Sungguhan kau belum tahu? Atau tidak pernah dengar? Clyde Gosling itu terkenal suka melakukan pelecehan pada artis-artis wanita yang bekerja sama dengan perusahaan film miliknya. Karena itu kau harus berhati-hati."

"Tapi bukankah kau akan menemaniku bertemu dengannya? Ia tidak mungkin berani berbuat macam-macam bila ada orang ketiga kan?"

"Ya. Tapi aku takut dia memainkan trik kotor tanpa setahu kita."

"Lalu bagaimana?" Nicola nampak bingung. "Apa Burke harus menemaniku juga? Kau tahu kan Carmen, peraturan Gosling studio mengenai pengawal pribadi..."

"Biarkan aku ikut denganmu." Tiba-tiba Andra buka suara. Ia tidak tahan hanya menjadi pendengar yang pasif dalam pembicaraan itu. Apalagi ini menyangkut keselamatan Nicola. Jadi bagaimana dia bisa diam saja? "Aku bukan pengawalmu. Jadi tidak melanggar peraturan Gosling studio kan?"

"Menemani Nicola? Sebagai apa? Ini pembicaraan kontrak penting. Mengenai kerja sama antara Nicola dan Gosling studio. Mana bisa orang luar ikut hadir?" Carmen mengangkat satu alisnya.

"Terserah kalian sebut aku sebagai apa saja. Aku hanya ingin melindungi Nicola, dan mencegah hal-hal buruk yang mungkin terjadi padanya."

"Bagaimana menurutmu, Nik?" tanya Carmen. "Apa kau setuju Andra ikut menemani kita?"

Nicola tak menjawab, menatap Andra lama sebelum akhirnya mengangguk.

"Oke, tidak masalah. Ini demi keselamatanku kan?"

"Lalu apa identitas Andra?"

"Ehmm... kekasih?"

Begitu suara Nicola terdengar, Carmen langsung terbatuk-batuk dan Andra merasakan rasa hangat di hatinya. Ada perasaan berbeda yang timbul, meski ia tahu Nicola tidak menganggap serius hal itu. Tapi bolehkah ia sedikit berharap, jika ia sungguh-sungguh kembali menjadi kekasih Nicola seperti dulu?



Saya minta maaf ya kalau cerita yang satu ini sangat lambat ditulisnya. Dan updatenya juga sangat lama.

Saya pernah bilang kalau saya tipe penulis setengah pantser dan setengah plotter. Dan entah kenapa meski saya sudah sedikit banyak membuat outline novel ini, tapi saya masih tidak puas dengan jalan ceritanya. Seperti ada yang kurang begitu.

Di novel ini saya menggunakan point of view orang ketiga, meski biasanya saya lebih suka menggunakan point of view orang pertama. Boleh kasih kritik dan masukannya buat saya, point of view apa yang paling cocok untuk cerita-cerita saya.

Terima kasih untuk kesabaran kalian yang tetap menantikan kelanjutan dari novel ini. Maaf kalau sudah mengecewakan kalian dengan updatenya yang lama. Arigato.

Salam sayang

Eykabinaya.

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang