Bab 6

1.1K 113 0
                                    

Kenapa ia harus bertanya mengenai Nicola pada Jones? Yang jelas-jelas sepupu gadis itu. Lihat saja, meski senyum sudah menghilang dari bibirnya. Tapi masih ada sinar jahil di mata Jones. Seakan mata itu sedang mengejek Andra. Kau tidak tertarik padanya, tapi kau mencoba mengorek informasi tentangnya?

Apa kau bercanda? Tentu saja Jones tahu bagaimana Andra. Semakin ia berusaha keras menutupi perasaannya, semakin dingin wajahnya, semakin sinis omongannya!

Jadi Andra tertarik pada Nicola? Jones menyeringai dalam hati. Si gunung es ini diam-diam mulai mencairkan es-nya rupanya. Tidak heran kalau Andra tertarik pada Nicola. Sepupunya itu cantik menawan. Cantik dari lahir, bukan hasil oplas. Karena Nicola paling anti sama jarum suntik. Bagaimana mau oplas kalau lihat jarum suntik saja sudah semaput duluan?

Untung ia terlahir cantik, jangan lupakan aset di tubuhnya yang luar biasa. Mungkin cuma pertapa yang tidak akan tertarik pada daya tarik gadis itu. Tapi Andra bukan pertapa, buktinya ia masih sempat-sempatnya bertanya tentang gadis itu. Padahal biasanya tidak pernah Andra iseng bertanya tentang seorang gadis. Ia selalu dingin dan acuh saja.

Nicola memang luar biasa, pikir Jones senang. Kalau tahu hanya dibutuhkan seorang Nicola untuk membuat si gunung es tertarik lagi pada seorang gadis, sudah diperkenalkannya sedari dulu Andra dengan Nicola. Tapi memang lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan?

Jadi untuk menyembunyikan rasa senangnya, Jones berlagak akting acuh tak acuh agar Andra tidak malu. Namun tak urung, Andra masih sempat melihat sinar jahil itu di mata Jones. Dan pura-pura tidak melihatnya.

"Di mana kau kenal Nikki?"

"Tempo hari. Saat kau mengajakku ke pesta Stanley. Ia yang bernyanyi di pesta itu bukan?"

"He-eh, dia memang penyanyi. Sejak di Abernathy ia suka menyanyi. Suaranya indah, ia bisa menyanyikan tangga nada sampai tujuh oktaf. Ia ingin menjadi penyanyi terkenal. Karena itu mengambil jurusan seni di Fordham."

"Ia mahasiswi di Fordham? Satu kampus dengan kita?"

Jones memutar matanya dalam hati. Apa kelamaan jadi pertapa, Andra sampai tidak tahu ada bidadari di kampus ini? Oh, Jones lupa. Andra bukan cuma pertapa, tapi juga gunung es.

"Nikki mahasiswi Fordham. Jurusan seni." Jones mengunyah kentang gorengnya. " Kau tertarik padanya kan? Tapi kurasa sulit."

"Kenapa?"

Ups, Andra terpancing. Dan mau tidak mau Jones makin melebarkan senyumnya.

"Sialan, kau benar-benar tertarik padanya! Wow!"

"Diam! Bisakah kau kecilkan suaramu? Kau ingin mengumumkan ini ke seantero kampus, ehm?"

"Sorry, aku cuma...wow, tapi aku senang. Akhirnya, sahabatku yang seperti pertapa. Bisa tertarik dengan seorang wanita. Dan itu Nikki. Sepupuku."

"Sudah kubilang, aku tidak tertarik padanya. Jangan bicara omong kosong." Andra menepis tangan Jones yang bertengger di bahunya." Aku hanya kagum, ada wanita secantik dia memiliki suara indah yang luar biasa."

"Yeah...Nikki luar biasa kan? Aku tidak akan heran, bila suatu hari nanti ia bakal jadi seorang Diva. Akan ada masa di mana ia akan berdiri di puncak dunia, dikelilingi cahaya ketenaran dan para fans pemujanya."

"Kau sangat mengagumi sepupumu itu ya, jika orang tidak tahu, mereka akan mengira kau jatuh cinta pada sepupumu sendiri," ucap Andra dingin. Entah kenapa mendengar ada orang yang begitu menggebu-gebu membicarakan Nicola, ia tidak suka. Seperti ada rasa...cemburu? Shit! Pikiran apa itu?

Jelas-jelas gadis seperti Nicola bukanlah tipe idamannya. Dan lagipula, Jones itu sepupunya. Kekaguman Jones pada Nicola, jelas-jelas hanya kekaguman antar sepupu. Apa yang ada dipikirannya?

"Nikki punya banyak pengagum pria. Ia tidak kekurangan pemuja. Akan sulit bagimu mendekati Nikki. Kau memiliki banyak saingan." Tanpa diminta Jones melanjutkan. Lalu menunjuk kearah pintu kafetaria di mana dua orang baru saja masuk. Yang satu seorang wanita cantik berambut golden copper. Dan satunya pria tampan berambut pirang.

"Lihat. Itu Steven mc Guff. Salah satu pengagum Nikki. Saingan beratmu."

Andra ikut melihat pandangan Jones. Memang benar, itu Nicola dan seorang pria. Mereka berjalan masuk, mencari kursi kosong. Tapi saat pandangan Nicola melihat Jones, ia langsung tersenyum lebar. Dan senyumnya makin lebar saat melihat pria yang duduk bersama Jones. Pria yang ia temui di ulang tahun Stanley. Si tampan berwajah dingin.

Nicola langsung menghampiri Jones, diikuti Steven di belakangnya.

"Hai, Jones. Hai, Andra." Senyuman Nicola secerah matahari. Cantik sekali. Jones tersenyum lebar dan membalas sapaan Nicola, tapi tak urung matanya melirik Andra sekilas. Ingin melihat seperti apa reaksi Andra, mendapatkan senyuman gadis secantik Nicola.

Sial, Andra cuma mengangguk sopan. Tidak balas tersenyum dan matanya...apa-apaan mata itu? Jones tercengang. Mata itu tetap sedingin biasanya. Sial, kalau begini caranya. Bagaimana rencananya bisa berhasil???

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang