Bab 21

1K 102 1
                                    

Tour konser terakhir Nicola adalah di Tokyo, Jepang. Dan seperti konsernya yang lain, semua tiket telah terjual habis. Bahkan banyak penggemar yang terpaksa gigit jari, karena tidak kebagian tiket konser.

Tiket konser memang harus dipesan jauh-jauh hari. Bisa enam bulan sebelumnya, bahkan setahun sebelum konser dimulai.

Dan Andra yang tidak memesan tiket konser sebelumnya, tentu saja tidak bisa masuk ke gedung pertunjukan. Tempat di mana Nicola mengadakan konser. Padahal ia sangat ingin menonton konser itu. Kalau perlu di bagian paling depan, agar dia bisa melihat penampilan Nicola sepuasnya.

Tapi ia tidak hilang akal. Satu-satunya jalan adalah merengek pada Carmen. Agar memberikan tiket free padanya. Yang tentu saja langsung ditolak mentah-mentah perempuan itu.

"Cih, apa kau pikir aku badan amal? Penyedia tiket layanan gratis? Berjuanglah untuk mendapatkan tiket, kalau perlu beli dicalo. Kau kan banyak uang." Kata Carmen yang untuk kesekian kalinya diganggu Andra via telpon. Meski telpon Andra sangat mengganggunya, herannya dia mengangkat juga telpon itu. Mungkin karena aku baik hati, pikir Carmen yang merasa kesal pada dirinya sendiri. Yang tidak berdaya atas permohonan Andra. Seakan lelaki itu paling tahu apa yang membuat Carmen lemah.

"Apa kau pikir semudah itu mendapatkan tiket konser di Jepang? Ayolah, ini Jepang! Mana ada yang berani menjadi calo? Apalagi dengan resiko tiket konser yang dipalsukan?"

"Itu kau sudah tahu. Kenapa kau memaksa aku untuk memberimu tiket? Bila hubunganmu dengan Nikki baik, ia pasti memberimu tiket konsernya kemarin. Saat ia bertemu denganmu. Bukannya malah mengataimu pria brengsek!" Kata Carmen lagi. " Sebenarnya apa yang terjadi diantara kalian lima tahun lalu, selain taruhan konyol yang tidak pernah terjadi itu. Perbuatan buruk apa yang sudah kau lakukan pada Nikki?"

"Perbuatan yang sangat buruk."

"Seberapa buruk?"

"Sangat buruk, hingga kau mungkin akan mencincang tubuhku bila tahu kebenarannya."

"Bagus. Ucapkan selamat tinggal pada tiket konsermu!"

***********

Dari tempatnya duduk, Andra bisa mendengar setiap lantunan melody yang dinyanyikan Nicola di atas panggung. Dari backstage tempatnya menonton konser Nicola, ia memang tidak bisa menonton jelas. Tapi suara gadis itu yang menyanyikan bait demi bait lagu-lagunya, dapat terdengar jelas di telinganya.

Apalagi di backstage juga disediakan monitor mini untuk melihat pertunjukan Nicola di atas panggung spektakuler dengan sound system menggelegar dan iringan band, mengiringi lagu-lagunya. Belum lagi iringan penari latar.

Bersama para kru konser Nicola, Andra dengan antengnya menyaksikan pertunjukan gadis itu. Dan saat sebuah melody nan lembut terdengar, lagu kiss me kemudian mengalun. Lembut, lirih, hanya diiringi permainan piano yang dimainkan Nicola. Yang malam itu mengenakan kostum berwarna emas.

Suasana mendadak sunyi. Hanya suara Nicola yang terdengar dan permainan pianonya. Lagu itu seakan membius semua yang hadir. Termasuk Andra.

Ya Tuhan, ini benar-benar lagu tentang kami, pikir Andra dengan degub jantung bergemuruh. Lagu ini menceritakan tentang ciuman pertama kami, saat malam itu kami berdansa di flat Nicola. Lalu...

Andra tidak perlu lagi mengingatnya, karena bahkan sampai detik ini peristiwa itu seakan baru kemarin terjadi. Lagu itu seakan membuka kembali tabir lama.

Jika kenyataannya seperti ini, benarkah sudah tidak ada harapan baginya? Benarkah pintu kesempatan telah tertutup untuknya?

Nicola, benarkah sudah tidak ada lagi aku di hatimu? Benarkah yang ada di hatimu kini hanya rasa benci untukku? Apakah perbuatanku benar-benar tidak termaafkan untukmu?

Carmen yang berdiri di samping Andra diam-diam melirik pemuda itu. Ia bisa melihat perubahan yang sangat jelas di wajah Andra. Ada rasa sakit, rindu, cinta dan penyesalan dalam setiap ekspresinya. Dan semakin lama, wajah tampan itu semakin muram dan gelap. Sepertinya, Andra memang menyesali segala perbuatan yang ia lakukan pada Nicola. Entah perbuatan apa itu, Carmen tidak tahu persis.

Ia cuma tahu mengenai kesalah pahaman Andra mengenai taruhan atas dirinya yang melibatkan Nicola. Dan meski taruhan itu sesungguhnya tidak pernah terjadi, tapi kesalah pahaman yang timbul menjadi pangkal dari perpisahan hubungan mereka yang sangat menyakitkan.

Carmen hanya berharap keduanya dapat saling meluruskan segala persoalan yang terjadi, meski ia tidak berharap mereka akan bersatu kembali. Tapi setidaknya, tidak ada lagi kebencian diantara mereka berdua.

Lagu Kiss me adalah lagu terakhir yang Nicola nyanyikan malam itu, sebagai penutupun tour konser dunianya. Tapi ada suara-suara dari penonton yang meminta tambahan lagu. Dan suara-suara itu makin terdengar tidak puas saat Nicola meminta maaf tidak bisa memenuhi permintaan penonton. Ia sangat lelah, tour konser selama empat bulan ini mengelilingi berbagai negara, di setiap benua yang berbeda benar-benar menguras tenaga dan pikirannya.

Apalagi sejak pertemuannya dengan Andra kemarin, semua itu menguras mental dan fisiknya. Ia lelah, sangat lelah. Ketika ia turun dari panggung dan berjalan menuju backstage, beberapa orang fans berusaha mengejarnya.

Mereka ingin minta tanda tangan atau foto bersama, padahal sudah ada sesi foto bersama dan pemberian tanda tangan sebelumnya. Yang biasa dilakukan sebelum awal konser.

Burke dengan sigap melindungi artis momongannya, dibantu petugas keamanan yang lain. Fans yang awalnya cuma beberapa gelintir, dalam sekejap berubah menjadi puluhan. Bahkan ratusan!

Entah bagaimana awalnya, Nicola terdorong sana sini. Bodyguard yang melindungi Nicola terlalu fokus membuka jalan, hingga tidak menyadari ada seorang remaja wanita berpenampilan kurus dan lemah yang menghampiri Nicola. Di tangan kanannya ia menggenggam pisau buah seukuran balpoin. Kecil tapi tajam. Dan tanpa ragu, menyabetkan pisau digenggamannya ke perut Nicola.

Burke atau bodyguard yang lain mungkin tidak melihat itu. Tapi Andra yang sejak tadi berdiri agak di kejauhan dan matanya terus mengamati Nicola, bisa melihat gerakan mencurigakan gadis remaja itu.

Sebelum gadis itu menyabetkan pisaunya ke perut Nicola, Andra sudah berdiri di dekat gadis itu. Menarik gadis itu menjauh dan membiarkan dirinya yang terkena sabetan pisau tajam.

Suasana mendadak kacau dan ribut, suasana panik dan rusuh tidak dapat dihindari. Nicola berdiri terpaku di tempatnya. Wajahnya pucat pasi dengan mata terbelalak tidak percaya, saat melihat tepat di depannya pria yang paling ia benci berlumuran darah.

Pria yang rela menghadang pisau untuknya dan kini perlahan jatuh ke lantai sambil memegangi perutnya. Yang perlahan menatapnya penuh cinta dan kelembutan. Pria itu adalah Andra!

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang