Bab 10

1K 91 0
                                    

"Ada apa dengan wajahmu? Kau seperti yang habis memergoki istrimu selingkuh," seloroh Jones saat Andra main kekamarnya. Wajah Andra makin masam dan malah menatap tajam Jones. Jones yang menyadari ucapannya yang menyinggung, cuma nyengir tanpa dosa."Ups, sorry.."

Hampir saja ia membangunkan macan tidur. Apa ia lupa, Andra pernah punya pengalaman memergoki pacarnya yang ketahuan selingkuh? Bercandaan seperti itu sangat tidak disukai Andra.

Andra duduk di atas ranjang Jones dengan lesu. Jones yang sedang duduk di meja belajarnya sambil bermain games di komputernya, melirik temannya dengan rasa ingin tahu. Andra kelihatan galau. Ada apa? Tapi Jones tidak berani bertanya lagi.

Ia hapal kebiasaan Andra. Kalau moodnya sedang jelek, diamkan saja. Toh nanti dia bakal cerita sendiri. Tidak usah dipaksa untuk cerita. Apalagi dikorek-korek. Bisa tambah jelek moodnya.

"Jones, bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Carmen?"

Jones tercengang. Tumben sekali Andra ingin tahu urusan orang. Biasanya juga acuh saja. Maklum, terbawa pergaulan orang-orang Amerika. Sedekat apapun hubungan mereka, tetap saling menghormati privasi masing-masing. Bertemu pun harus bikin janji dulu. Tidak bisa datang seenaknya. Meski orangtua kita atau saudara kandung. Terlebih teman. Privasi individu tetap dijunjung tinggi.

Hal inilah yang mungkin berkesan masyarakat barat begitu individualis. Tidak mau mengusik urusan orang lain. Dan tidak mau tahu. Karena itu, mereka saling menjaga privasi masing-masing.

"Baik."

"Lancar?"

"Lancar." Jones mengangguk. Ia memang sedang dekat dengan Carmen. Gadis keturunan Puerto Rico, berkulit tan dan berambut hitam. Sudah beberapa kali mereka pergi berkencan. Dan cocok.

Jones belum pernah bertemu gadis seperti Carmen. Yang membuatnya tertarik dan selalu ingin dekat dengannya. Gadis itu juga tidak merepotkan. Tenang dan dewasa. Berbeda dengan perempuan-perempuan yang pernah Jones kencani.

"Kau serius dengannya?"

Jones berbalik memandang Andra, sebelumnya ia mematikan permainannya.

"Aku tidak tahu. Tapi aku merasa nyaman bersamanya," ucap Jones jujur."Saat ini, kami berdua mungkin belum saling menumbuhkan perasaan. Baru dalam tahap tertarik satu sama lain. Tapi kedepannya siapa yang tahu?"

"Itu sebabnya akhir-akhir ini kau jarang bersama gadis lain? Karena Carmen? Karena kau nyaman bersamanya?"

"Karena aku ingin menjaga perasaan Carmen. Aku mungkin pria yang brengsek. Tapi jika aku serius dengan satu orang gadis. Aku tidak akan main-main. Kurasa Carmen tahu itu. Karena itu ia tidak keberatan aku mendekatinya."

"Kau bisa setia dengan satu wanita?"

"Tentu saja. Karena aku tidak ingin menyakiti gadis yang kusukai."

"Bagaimana bila gadis yang kau sukai justru menyakitimu? Mengkhianati?"

"Aku pasti akan sedih. Terluka. Tapi tidak akan membuatku terpuruk. Meratapi patah hati dan kehilangan. Karena aku tahu, aku juga berhak untuk dicintai dan mencintai kembali. Cinta itu soal hati. Tapi hati yang patah, tidak boleh menghalangi kita untuk bahagia. Karena hidup ini begitu singkat, begitu indah.

"Jika ia yang mengkhianati kita bisa tertawa begitu bahagia dengan orang lain, kenapa kita tidak bisa melakukan hal yang sama? Saat kita meratapi patahnya hati, apa kau pikir dia sedang mengingatmu?

"Kita berhak bahagia. Dengan cinta yang baru. Dengan orang yang baru pula. Aku juga yakin, waktu dapat menyembuhkan segalanya. Kita boleh patah hati, menangis dan terluka. Tapi jangan sampai menjadi orang bodoh karena patah hati."

Orang bodoh? Mungkin julukan itu memang pantas disematkan padanya. Semua apa yang diucapkan Jones, seakan ditujukan pada dirinya. Karena patah hati ia menjadi orang bodoh.

Pergi dari negaranya, dari orang-orang yang menyayanginya. Sedangkan orang yang menyebabkan semua luka di hatinya mungkin tidak lagi peduli padanya, tidak lagi mengingatnya. Dan sudah hidup dengan bahagia.

Andra tahu ia bodoh. Hanya karena seorang gadis ia menjadi seperti ini. Apa waktu empat tahun belum cukup baginya untuk melupakan Irni? Kenyataannya ia tidak lagi memiliki perasaan pada gadis itu. Cintanya sudah lama hilang.

Tapi kalau untuk memulai lagi dengan orang baru...ia belum siap. Ia takut terluka lagi. Patah hati lagi. Bukankah sangat melelahkan untuk menjalin hubungan dengan orang baru, lalu tiba-tiba kembali mengalami kegagalan? Namun jika terus ragu dan takut, apakah selamanya ia akan hidup sendirian? Kesepian?

"Kau sendiri, bagaimana hubunganmu dengan Nikki?"

Andra tersentak dari lamunannya  saat mendengar pertanyaan Jones. "Kalian sudah sangat dekat bukan? Aku belum pernah melihatmu dekat dengan seorang gadis selama aku menjadi temanmu. Nikki yang pertama kan?"

"Sabtu ini ia ada kencan dengan David," ucap Andra pelan. Entah kenapa saat mengatakan ini, ia merasakan ketidak nyamanan di hatinya. Perasaan yang belum pernah ia miliki sebelumnya.

"Apa itu penyebab kegalauanmu? Karena Nikki berkencan dengan pria lain?"

"Aku tidak galau, aku hanya..."

"Sedikit resah? Cemas?"

Andra mengernyitkan keningnya.

"Kau tertarik pada Nikki?"

"Aku..." Andra ingin membantahnya, tapi tiba-tiba saja ia merasakan kata-katanya tersangkut di tenggorokan.

"Kau menyukainya bukan? Jika kau menyukainya, kenapa kau tidak mengajaknya kencan?"

"Aku tidak tahu apakah aku menyukai gadis itu atau tidak. Tapi aku merasa nyaman bersamanya. Ini pertama kalinya aku ingin selalu berada di dekat seseorang. Dan Nicola adalah yang pertama yang melakukannya."

"Itu artinya kau menyukainya."

"Benarkah?"

"Boleh aku memberi saran?"

"Apa?"

"Jika kau menyukainya, kenapa kau tidak mencoba mengejarnya? Ajaklah ia kencan. Bukankah selama ini kau merasa nyaman bersamanya?"

"Tapi ia berkencan dengan pria lain."

"Mungkin ia melakukan itu karena jenuh menunggu ajakan kencan darimu. Apa kau tidak menyadari bila Nikki pun tertarik padamu?"

"Benarkah? Kau bercanda kan?"

"Apa aku sedang bercanda pada hal seserius ini? Kuberitahu ya. Banyak pria yang mengejar Nikki. Biasanya ia selalu ganti teman kencan setiap minggu. Meski tidak ada yang serius. Tapi setelah kenal dekat denganmu, sudah lama ia tidak lagi berkencan dengan pria lain. Ia terus menempel padamu. Kau tahu apa itu artinya? Artinya ia tertarik padamu, menyukaimu."

"Jika yang kau katakan benar. Kenapa ia tidak mencoba mengajakku kencan? Bukankah itu biasa dilakukan di sini?"

"Karena ia menghargaimu! Ia tidak ingin kau jijik dengannya bila ia mengambil inisiatif lebih dulu. Apalagi ia tahu kau pria timur, dan sedang patah hati. Jika kau jadi dia apa kau akan berani bertindak sembarangan? Sedangkan ia tidak tahu apa kau akan bersikap jijik atau biasa saja, setelah ia mengajakmu kencan."

Andra tertegun mendengar ucapan Jones. Jadi Nicola bersikap begitu hati-hati padanya? Karena ia tidak ingin membuat Andra jijik? Atau berbalik membencinya bila ia bersikap agresif? Tiba-tiba saja, Andra merasakan hatinya menghangat.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Kenapa kau masih bertanya? Ajak dia kencan! Sebelum kau menyesal!"

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang