Bab 28

863 98 1
                                    

Dari balik kemudi, Andra bisa melihat dengan jelas Nicola dan Bradley yang sudah keluar dari restoran dan kini sedang berbincang mesra. Di mata orang mungkin mesra, tapi di mata Andra yang jeli, bisa terlihat bila gadis itu terlihat agak menjaga jarak dari Bradley.

Terlihat dari bahasa tubuhnya yang berdiri tidak terlalu jauh, tapi juga tidak terlalu dekat. Dan posisi tangan bersedekap di depan dada.

Andra hanya tersenyum simpul dalam hati. Nicola jelas-jelas tidak mencintai pria itu. Tapi kenapa memaksakan diri untuk berkencan dengannya?

Burke keluar untuk membukakan pintu untuk Nicola, Nicola duduk di kursi belakang dan Burke di samping Andra. Dari kaca spion, Andra bisa melihat raut wajah Nicola dengan jelas. Wajah Nicola terlihat muram, sama sekali tidak menyadari kalau ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya.

Lalu mobil melaju pergi, kembali ke rumah.

********************

Nicola tertegun melihat sosok yang sedang duduk di meja makan dapur. Kalau ia tidak menyalakan lampu dapur untuk mengambil minuman, ia tidak akan mengira ada sosok yang sedang duduk di dapurnya dalam kegelapan.

Sosok itu Andra. Ia sedang duduk di kursi meja makan. Ada sekaleng minuman dingin di tangannya.

"Kau mengagetkanku," ucap Nicola yang diam-diam merutuk dalam hati. Di tengah malam seperti ini, tidak ada siapapun, kenapa ia malah bertemu dengan Andra?

Meski itu bukan hal yang mengherankan. Andra bekerja padanya, jadi tidak ada alasan untuk mereka tidak bertemu.

"Oh, apa miss Watson juga tidak bisa tidur?"

"Kau tidak bisa tidur?" Nicola balik bertanya.

"Aku sedang patah hati," ucap Andra. " Gadis yang kucinta berkencan dengan pria lain. Karena itu aku tidak bisa tidur."

Nicola yang sedang membuka kulkas untuk mengambil minuman, merasa merinding merasakan napas panas di tengkuknya. Tanpa sadar, tangannya mencengkram erat botol minum di tangannya.

Ia tahu, tubuh siapa yang kini berada dekat di belakangnya. Dan deru napas milik siapa itu. Tubuhnya gemetar, matanya terpejam rapat. Berusaha menghalau perasaan tidak nyaman di hatinya. Dan Andra, bisa melihatnya dengan jelas.

"Nicola...kamu takut denganku?" Ada nada getir dalam suaranya. Tanpa menolehpun, Nicola bisa merasakan nada suara penuh kesakitan milik Andra. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia memang masih takut dengan Andra, bila ingat pelecehan yang dilakukan Andra bertahun-tahun lalu..

Ini sudah berjalan lima tahun. Ia sudah mengunjungi psikolog dengan rutin. Harusnya ia sudah bisa melupakan hal buruk itu bukan? Tapi kenapa? Setiap melihat Andra, yang bisa ia lihat hanyalah rasa sakit dan kekecewaan yang amat besar di hatinya.

Andra tidak mempercayainya. Andra membencinya hingga melakukan hal buruk itu padanya. Sebesar itukah cintanya pada pria ini, hingga melihat ketidak percayaan yang ditunjukan pria ini sangat melukainya?

Nicola menyandarkan keningnya di pintu kulkas. Tidak berani bergerak. Tapi ia merasakan matanya basah.

"Maafkan aku sayang...kumohon maafkan aku.." bisik Andra patah hati melihat Nicola diam seperti patung. "Aku salah, apa yang kulakukan padamu itu salah.."

Perlahan Nicola membalikan tubuhnya. Perlahan pula ia membuka matanya, Andra terkejut melihat mata cantik itu telah basah oleh air mata.

"Sayangku.."

"Minggir.." desis Nicola. "Jangan dekati aku."

"Tidak. Aku tidak akan pergi, aku yang sudah membuat luka itu. Maka aku pula yang akan menyembuhkannya."

"Kau begitu percaya diri," ejek Nicola. "Tahukah kau, ulah siapa semua ini? Siapa orang yang sudah membuat aku seperti ini?"

"Maafkan aku sayang, aku tidak bermaksud menyakitimu." Ada penyesalan yang teramat dalam di mata kelam itu, hingga Nicola tidak ingin melihatnya. Tidak ingin menjadi lemah dihadapan Andra. Tidak ingin Andra mengetahui kebenaran yang ada, dibalik kebencian dan rasa takutnya pada pria ini. Ada cinta yang masih tersisa di hatinya.

Nicola sangat membenci dirinya sendiri, disaat ia belum bisa melupakan perbuatan buruk Andra padanya. Ia masih menyimpan cinta untuk pria itu. Betapa lemah perasaannya bila sudah menyangkut cinta.

"Aku akan menebusnya, aku akan melakukan apa saja agar kau memaafkan aku. Agar aku bisa menyingkirkan mimpi buruk itu darimu."

"Kau penyebab mimpi burukku. Bagaimana caramu menyingkirkan mimpi buruk itu? Apa itu artinya aku harus menyingkirkanmu?" Ada kilat kemarahan di mata yang basah karena air mata itu. "Aku membencimu, Andra. Aku sangat membencimu."

Andra menelan ludah pahit. "Aku tahu. Kau bisa membenciku sepuasmu. Tapi kumohon jangan singkirkan aku dari hidupmu. Jika kau menginginkan kematianku, aku bersedia mati untukmu. Asalkan itu bisa menebus semua kesalahanku padamu."

Nicola terbelalak kaget mendengar ucapan Andra. 'Aku bersedia mati untukmu' ia belum pernah menemukan orang yang bersedia mati untuknya. Dan sekarang Andra mengucapkan itu dihadapannya. Tanpa keraguan. Tidak tergoyahkan sedikitpun.

Lalu ia teringat adegan di mana Andra berdiri di depannya. Menghadang pisau untuknya, tergeletak berlumuran darah. Seakan hidupnya bukan hal yang penting dibandingkan keselamatan Nicola sendiri.

Harusnya ia yang terkena tusukan pisau itu, harusnya ia yang tergeletak berlumuran darah. Tapi justru pria yang begitu dibencinya, yang rela menggantikan dirinya untuk terluka.

Berita itu tentu saja menghebohkan dunia entertainment. Semua media di dunia meliputnya. Dan mungkin juga menjadi berita di Indonesia. Namun berkat tim humas di perusahaan rekaman Nicola bernaung. Tidak disebutkan identitas pria yang telah menyelamatkan Nicola dari maut. Hanya ditulis seorang fans sudah menyelamatkan Nicola. Tapi Nicola tahu fans yang ditulis media itu adalah Andra.

Pria ini..rela mati untuknya. Rela menghadang maut untuknya. Adakah hal seperti itu di dunia ini? Apakah benar bila sebesar itu cinta Andra padanya?

Dan benarkah ia masih membenci Andra? Nicola tahu, ia mungkin membenci Andra. Membenci perbuatan buruknya yang ia lakukan lima tahun lalu padanya. Tapi seperti lima tahun lalu, pemuda ini masih mampu membuatnya jatuh cinta padanya. Jatuh cinta berkali dan berkali-kali lagi.

Memang benar kata orang, batas antara benci dan cinta itu begitu tipis. Seperti yang dirasakan Nicola saat ini, rasa bencinya pada Andra menguap entah kemana saat menyadari, demi dirinya Andra rela mati.

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang