Beberapa bulan setelah mereka bersama, Andra pindah ke flat Nicola. Ia membawa semua barang-barangnya. Buku, pakaian dan tetek bengek lainnya.
Flat Nicola yang memang kecil jadi terasa makin sesak. Tapi saat Andra mengusulkan untuk mencari flat yang lebih besar, Nicola menolak.
"Untuk apa? Memiliki flat lebih besar itu lebih merepotkan. Uang sewanya juga mahal. Ini New York. Kau tahu, tidak ada yang murah di sini."
"Aku yang akan membayar sewa flatmu. Kau tahu berapa uang sewa kamarku di asrama? Empat belas ribu dollar setahun! Jika hanya membayar seribu dollar, aku masih sanggup."
"Aku tahu kau kaya. Tapi itu uang orang tuamu kan? Aku tidak mau menggunakan uang dari orang tuamu."
"Apa salahnya? Aku anaknya. Bukankah kewajiban orang tua untuk memberi uang pada anaknya?"
"Tapi aku bukan anaknya kan? Apa kata mereka jika tahu kau menggunakan uang mereka untuk membiayai seorang gadis yang bahkan bukan istrinya?"
Andra ingin membantah, tapi tidak bisa. Bahkan keputusannya untuk tinggal bersama Nicola, tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Bila mereka tahu, habislah dia. Di Indonesia, tidak lazim seorang pria dan wanita yang belum menikah tinggal bersama.
Dan Andra tahu, apa yang ia lakukan salah. Tapi terkadang, cinta memang menenggelamkan akal sehat. Sudah tahu salah, tapi masih dilakukan.
Yang Andra tahu, ia tidak bisa jauh dari gadis itu. Tidak bisa membiarkan gadis itu keluar dari jangkauan pandangannya.
Namun terkadang, sifat mandiri gadis itu terkadang tidak disukainya. Meski itu hal yang lazim di negara ini. Tapi Andra ingin Nicola tergantung padanya. Membutuhkannya. Bagaimana ia merasa dibutuhkan jika Nicola selalu menolak uang pemberiannya? Bahkan uang sewa flatnya saja, Nicola tidak mau Andra yang mengambil alih untuk membayar.
"Kalau kau mau, bayar saja separuhnya," kata Nicola untuk kesekian kalinya.
"Kenapa kau tidak pernah mau menerima uangku?"
"Kalau itu uang dari hasil jerih payahmu sendiri. Aku tentu tidak keberatan menerimanya. Tapi itu uang orang tuamu. Hak apa yang kumiliki, hingga aku pantas ikut menikmati uang mereka?"
"Jadi aku bisa memberimu uang bila aku bekerja?"
"Kau mau bekerja?"
"Bila kau bisa mencari uang dengan menyanyi, kenapa aku tidak?"
"Kau bisa menyanyi?"
"Aku bisa bekerja paruh waktu."
"Kerja paruh waktu? Kau tahu pekerjaan paruh waktu apa yang bisa dilakukan mahasiswa yang belum lulus sepertimu? Paling kerja paruh waktu di Mc Donalds atau pelayan restoran. Apa kau yakin bisa melakukan pekerjaan berat seperti itu?"
"Kau mengejekku?"
Nicola tersenyum lembut."Tidak usah berpikir macam-macam, kau konsentrasi saja dengan studymu. Setiap kita pergi kencan kau yang membayar, itu saja sudah cukup bagiku. Masalah uang sewa flat, kita patungan itu juga cukup."
"Aku hanya tidak ingin kau terlalu lelah," ucap Andra pelan. Setiap melihat Nicola yang lelah setelah manggung, ia merasa hatinya sakit. Sekeras itu gadisnya bekerja mencari uang. Bahkan terkadang harus pulang pagi, tergantung order si pemilik acara pesta.
"Aku tidak merasa lelah. Kau tahu aku suka menyanyi, dan aku bermimpi untuk menjadi bintang. Penyanyi terkenal suatu hari nanti. Yang harus kau lakukan hanyalah terus mendukungku. Oke?"
Andra mencium bibir Nicola lembut dan mesra."Oke."
Bagaimana ia tidak semakin dalam mencintai gadis ini? Nicola tidak pernah meminta uangnya, atau memanfaatkan dirinya. Meski ia tahu Andra berasal dari keluarga kaya, tapi Nicola berkata itu uang orang tuanya. Yang kaya mereka, bukan Andra. Ia mencintai Andra apa adanya. Bukan karena ia anak orang kaya.
"Kau sungguh-sungguh jatuh cinta pada gadis itu rupanya," kata Bayu saat melihat binar-binar kebahagiaan di mata temannya."Tidak pernah disangka ya, kau yang begitu anti dengan perempuan bule. Ternyata malah terjatuh dalam pesona seorang Nicola, yang jelas-jelas perempuan bule asli."
"Ia berbeda, yu. Ia tidak mengejar uang atau statusku. Ia tulus, aku bisa merasakannya."
"Jadi..posisi Irni di hatimu telah tergantikan oleh Nikki?"
"Aku sudah lama melupakan Irni. Dan Nicola itu bukan pengganti Irni. Ia menempati ruang khusus di hatiku, yang bahkan tidak bisa di masuki oleh Irni. Atau gadis manapun."
Bayu terkekeh."Cinta membuatmu menjadi puitis, ya. Apa kau lupa kau ini mahasiswa jurusan bisnis bukan sastra?"
"Cobalah berkencan dengan seorang gadis, maka kau akan merasakan juga rasanya menjadi pujangga."
"Sialan! Kau menghinaku!"
Andra terbahak. Bayu hanya tersenyum masam. Tapi ia cukup senang melihat perubahan positif temannya. Ia tahu bagaimana perjalanan kisah cinta Andra dan Irni. Bagaimana Andra begitu mencintai gadis itu, juga terpuruk karena gadis itu.
Tapi kini lihatlah, tidak ada lagi raut dingin di wajah tampan itu. Tidak ada lagi sinar hampa dan sakit di matanya.
Yang ada hanya mata yang hangat dan berseri. Bahkan tawa dan senyum, kerap kali menghiasi wajah Andra. Dan semua itu berkat Nicola. Yang notabene seorang perempuan bule. Yang dari segi fisik dan sifat, berbeda jauh dengan Irni. Tapi justru perbedaan itu yang membuat Andra makin mencintainya. Makin terjerat dalam cintanya. Pesona Nicola memang luar biasa.
Bayu menghela napas panjang, apa ia harus mencari pacar bule juga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter sweet love (END)
RomanceAndra patah hati. Kekasihnya selingkuh dan memilih bersama sepupunya. Sakit hati dan kecewa, ia memutuskan untuk kuliah di Amerika. Bersumpah tidak akan lagi jatuh cinta. Sampai ia bertemu Nicola Watson. Cewek bule yang cantik, sexy dan seorang..pla...