Bab 37

747 58 0
                                    

Lewat tengah malam Andra tiba-tiba menerima telpon dari Irni. Suara Irni serak dan sepertinya sambil menangis.

"Ndra... please... tolong datang... "

"Kamu kenapa, Ir?"

"Erik, ndra... Erik dia... "

Tapi Andra tidak perlu menunggu Irni untuk menjelaskan apa yang terjadi. Ia tahu pasti telah terjadi sesuatu yang buruk, jika tidak mana mungkin Irni menghubunginya kan?

Nicola yang tertidur di samping Andra ikut terbangun saat mendengar dering ponsel dan melihat Andra yang sedang berpakaian.

"Ada apa?"

"Irni telpon, sesuatu yang buruk terjadi sama Erik. Aku harus ke sana untuk memastikan."

"Mau kutemani?"

"Nggak usah. Kamu tidur aja. Aku akan mengabari kamu nanti."

"Oke."

"I love you." Andra mencium bibir Nicola sebelum pergi.

"Me too."

Berdasarkan nomor kamar yang diberikan Irni, Andra bergegas menuju lantai di mana kamar Irni dan Erik berada begitu sampai di hotel. Saat ia tiba, pemandangan kamar yang berantakan, wajah Irni yang babak belur yang pertama dilihat olehnya.

"Irni!" Serunya kaget. Tidak menyangka keadaan seperti ini yang ia dapati begitu tiba di hotel. "Apa yang terjadi?"

Irni langsung berlari ke dalam pelukan Andra begitu dilihatnya pria itu datang. Menangis dengan memilukan hingga Andra tidak sampai hati untuk mendorongnya menjauh.

Setelah bertahun-tahun putus dari Irni, ini adalah kontak intim pertama mereka. Membuat tubuh Andra kaku. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Ia tidak pernah melakukan kontak intim manapun dengan wanita lain selain Nicola. Dan sekarang, tiba-tiba saja Irni memeluknya.

Seorang perempuan yang pernah menjadi kekasihnya, pernah dekat dengannya.

"Ir, di mana Erik?" tanya Andra mencoba melepaskan pelukan Irni. Tapi perempuan itu malah makin erat memeluknya.

"Andra, please... biarkan aku memelukmu... sebentar saja..."

"Ir, lepas. Ini gak pantas." Dengan hentakan cukup kuat, Andra berhasil melepaskan pelukan Irni. Dilihatnya Irni kini terisak menyedihkan. Tapi Andra tidak berniat untuk memeluknya lagi, tidak ingin memiliki kontak fisik cukup intim dengan Irni. "Di mana Erik? Di mana suamimu? Apa yang terjadi sebenarnya?"

"Andra..." Dengan air mata berlinang Irni menatap Andra yang berdiri di hadapannya dengan aura dingin. "Maafkan aku, Andra. Maafkan aku..."

"Maaf untuk apa?"

"Karena sudah mengkhianatimu, karena sudah memilih bersama Erik, karena..."

"Ir, cukup. Aku gak mau dengar apapun itu, juga mendengar permintaan maafmu. Aku datang karena kamu telpon, karena aku pikir ada masalah yang terjadi di antara kalian. Sekarang aku tanya sekali lagi, di mana Erik? Apa yang terjadi dengan kalian?"

"Aku gak tahu Erik di mana, ndra. Dia pergi setelah kami bertengkar... "

"Wajahmu... apa itu perbuatan Erik? Dia... memukulmu?"

"Ya..." Irni mengangguk dengan air mata masih mengalir. Menimbulkan rasa iba. Jika ini terjadi bertahun yang lalu, saat cinta masih ada di hati Andra. Mungkin Andra tidak akan keberatan memeluk perempuan ini, menghiburnya. Tapi Andra yang ini bukan Andra yang dulu. Ia sudah tidak punya cinta lagi di hatinya untuk Irni.

Cintanya sudah ia habiskan untuk Nicola. Tanpa ada celah di hatinya, untuk siapapun memasukinya.

"Erik... sering melakukan ini sama kamu?"

Irni lagi-lagi mengangguk. Andra mengusak rambutnya, menghembuskan napasnya berkali-kali.

"Oke, ini bukan ranahku untuk mencampuri urusan rumah tangga kalian. Aku akan cari Erik, setelah itu kalian bisa menyelesaikan masalah kalian berdua."

"Andra," seru Irni ketika Andra hendak pergi. "Andra... apakah sudah tidak ada lagi cinta di hatimu untukku?"

"Tidak."

"Apakah perempuan itu yang sudah berhasil menggeser cinta yang bertahta di hatimu untukku?"

"Kamu sudah tahu jawabannya. Jadi untuk apa bertanya lagi?"

"Andra... aku menyesal... benar-benar menyesal..."

Andra tidak berkata apa-apa lagi. Tidak ingin lagi mendengarkan ucapan penyesalan Irni ataupun tangisannya. Dengan langkah mantap ia melangkah pergi, tujuannya saat ini cuma satu. Mencari Erik dan memperingatkan sepupunya itu agar tidak pernah mengganggunya lagi.

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang