Bab 19

924 91 1
                                    

Nicola bersedia bertemu dengan Andra. Kabar ini tentu saja tidak terduga dan sangat membahagiakan Andra. Kalau tidak malu, ingin rasanya ia bertelanjang dada dan keliling bangunan hotel, sambil meneriakan yel-yel kegembiraannya.

Akhirnya, setelah penantian bertahun-tahun. Gadis itu bersedia juga bertemu dengannya. Kesabaran memang selalu berbuah manis. Tapi pertemuan ini juga tidak mudah. Nicola menetapkan syarat.

Ia bersedia bertemu, tapi tidak empat mata. Harus ada orang ketiga yang hadir dan menemaninya. Pertemuan harus diadakan di restoran yang terdapat di hotel itu. Tanpa orang luar. Karena itu restoran harus kosong selama pertemuan mereka. Tidak ada orang luar yang boleh masuk. Ini semua demi privacy dan keamanan Nicola.

Ia takut paparazi atau pengunjung restoran yang diam-diam memotret. Sebagai penyanyi terkenal, ia sering mengalami hal itu. Dikuntit paparazi, diburu fans dan bahkan dibenci hater. Yang lebih gila adalah fans fanatik, yang bahkan lebih gila dari hater. Karena fans fanatik yang agak gila bahkan sering melukai idolanya sendiri. Ingat kasus John lenon?

Karena itu keamanannya harus berlapis-lapis. Andra sendiri tidak keberatan. Selama membangun event organizer dan menangani berbagai event besar, ia sudah terbiasa menghadapi permintaan para klien atau artis yang ia tangani. Apalagi sekarang, Nicola hanya meminta tidak ada pengunjung dan kamera. Ponsel juga tidak. Maka Andra langsung setuju.

Atas koneksi Hiroshi, Andra membooking restoran itu selama dua jam. Biayanya? Jangan ditanya. Tapi apa pedulinya? Demi bisa bertemu gadis yang dicintainya, ia bahkan rela terbang dari Indonesia ke Jepang. Membuat Hiroshi kesal setengah mati karena permintaan dadakannya. Dan sekarang, hanya menyewa restoran hotel selama dua jam. Dengan nominal yang cukup menguras kantong, Andra tidak peduli.

Yang terpenting tujuannya tercapai. Bertemu Nicola. Titik. Peduli setan uang simpanannya habis, peduli setan bila dia tidak bisa beli tiket pulang ke Indonesia. Ia bahkan lupa, kalau sewa restoran hotel di Jepang memakai mata uang yen dan bukan rupiah. Yah, setidak pedulinya ia pada hal-hal yang ia anggap remeh. Karena pikirannya saat ini hanya Nicola, Nicola dan Nicola. Tidak ada tempat untuk memikirkan hal yang lain lagi.

Nicola sendiri tidak mengerti, kenapa ia setuju bertemu dengan Andra. Pria yang dibenci sekaligus dicintainya. Mungkin saat Carmen bilang Andra ada di Jepang. Hanya untuk menemuinya, maka detik itu juga hatinya luluh?

Entahlah, ia sendiri tidak mengerti. Tidak mengerti dengan hatinya, atau apa yang diinginkannya saat ini. Ia hanya teringat kata-kata psikolognya saat itu. Ia harus mencoba berdamai dengan masa lalunya. Dan bila ia ingin melupakan peristiwa buruk itu, ia harus bertemu dengan mimpi buruknya.

Dan mimpi buruknya itu Andra, maka ia harus berani menghadapinya. Agar ia bisa melanjutkan hidupnya dan lepas dari rasa traumanya. Saat ia bertemu pemuda itu nantilah, ia akan tahu apa yang diinginkan hatinya. Apa rasa benci dan traumanya yang menang. Atau justru rasa cintanya yang menang.

Dengan pemikiran itu, Nicola setuju untuk bertemu Andra. Dan anehnya lagi, Andra menyetujui semua persyaratan yang ia ajukan. Tanpa banyak bertanya.

Saat Nicola tiba di restoran, tempat yang mereka janjikan. Andra sudah ada di sana. Ia mengenakan celana jeans merk Calvin klein dan kemeja Givenchy.

Nicola melihat keamanan yang begitu ketat di sekitar restoran. Mungkin ini inisiatif Hiroshi atas permintaan Andra. Bagaimanapun, Andra juga tidak ingin ada yang mengganggu pertemuan mereka.

Jantung Nicola berdetak lebih cepat. Setelah lima tahun, ini pertama kalinya mereka bertemu lagi. Harus Nicola akui, Andra jauh lebih tampan dari lima tahun lalu. Ia bukan lagi sekedar seorang 'cowok' tapi ia telah menjadi seorang pria dewasa yang matang dan menarik, di usianya yang mendekati tiga puluhan.

Tubuhnya masih tinggi berotot, tapi bukan otot yang menakutkan. Rambutnya masih setebal dulu. Hitam legam. Pandangan matanya masih tajam, hidungnya tinggi mempesona dengan rahang kokoh dan sepasang alis seperti sayap rajawali. Tidak ada lemak di perutnya. Menandakan ia pria yang gemar berolahraga. Dan kulit tannya masihlah eksotis.

Di dunia ini memang banyak pria tampan. Pria menarik dan sexy yang melampaui Andra. Apalagi untuk Nicola, yang terbiasa dikerubungi kumbang-kumbang jantan yang menarik. Ia terlalu sering melihat pria tampan, pria sexy dan menarik. Tapi ia tahu, hanya ada satu pria yang bisa membuat dadanya berdebar tidak karuan. Hanya ada satu pria yang bisa membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Dan itu adalah pria yang kini berdiri di depannya, menatapnya dengan lembut dan senyum yang kerap dirindukan Nicola.

"Hallo, Nicola. Lama tidak bertemu."

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang