Bab 26

922 96 2
                                    

Nicola sedang asyik berenang di kolam renang olympic rumahnya saat Carmen datang bersama Andra. Awalnya ia tidak terlalu ngeh bila Andra mengekori Carmen di belakangnya. Baru saat ia naik ke darat, ia melihat Andra. Ia cepat menyambar jubah mandinya yang berbentuk kimono. Sayang sepertinya agak terlambat, karena Andra sudah sempat melihat tubuh sexy- nya yang hanya terbalut bikini.

Andra bisa melihat dengan jelas setiap lekuk tubuh indah Nicola yang dulu sangat akrab dengannya. Mendadak saja tenggorokannya terasa kering.

"Sepertinya aku tidak ada janji bertemu denganmu," kata Nicola yang rambut golden coppernya basah karena air kolam. Ia tanpa make up sama sekali, namun terlihat cantik natural. Perkataan itu ditujukan pada Andra.

"Dia memaksa ikut," ucap Carmen. "Sorry."

"Aku hanya ingin bertemu dengan majikan baruku," ucap Andra seenaknya. Ia ikut duduk di kursi yang ada di pinggir kolam renang. Ada minuman dan potongan buah di atas meja kecil yang ada di situ. Sementara Nicola duduk sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Rumah Nicola terletak di Beverly hills. Rumah bergaya tudor yang sangat mewah dan luas. Menurut keterangan Carmen saat dalam perjalanan menuju ke sini, harga rumah ini senilai 40 juta dollar. Dengan luas tanah delapan ribu meter persegi.

Ada enam kamar tidur, dua belas kamar mandi, tiga ruang tamu dan dua dapur besar. Rumah ini juga dilengkapi dengan mini theater berkapasitas dua puluh orang, gym pribadi, tempat bermain bowling, kolam renang berukuran olympic dan seabrek fasilitas mewah lainnya.

Tiba-tiba saja Andra teringat dengan flat kecil yang dulu pernah mereka tempati, saat masih tinggal bersama di New York. Meski kecil, tapi flat itu banyak menyimpan kenangan kebersamaan mereka. Berbagi tawa, canda, juga kebahagiaan dan kesedihan. Flat dengan aura cinta di dalamnya.

"Carmen sudah bercerita padaku, kau mencari kerja. Terdengar aneh di telingaku." Nicola menyulut rokoknya. Dan selama itu juga, Andra hanya memperhatikan dengan tenang di depannya.

"Kenapa aneh?"

"Karena bagi bocah kaya sepertimu, mencari pekerjaan itu seperti lelucon. Pekerjaan yang datang padamu tanpa kau harus mencarinya."

"Itu jika aku di Indonesia. Tapi di sini, aku bukan siapa-siapa."

"Kenapa kau memilih datang ke sini bila di sini kau bukan siapa-siapa? Bagaimana dengan kehidupan nyamanmu di Indonesia?"

"Aku tidak butuh hidup nyaman. Aku hanya butuh dekat denganmu." Jawaban Andra sukses membuat Carmen terbatuk kecil, sedangkan Nicola hanya menatap datar.

"Sejak kapan pria yang dulu di juluki gunung es memiliki mulut yang begitu manis untuk merayu wanita?"

"Tergantung wanitanya," ucap Andra kalem. "Kalau itu kamu, aku bersedia bermulut manis kapan saja."

"Penantang." Cibir Nicola. "Terlalu banyak pria bermulut manis yang gemar merayu di sekelilingku. Kenapa kau pikir aku perlu satu lagi pria bermulut manis yang pandai merayu?"

"Karena aku special?"

"Kau menganggap dirimu special?"

"Sebagai mantan kekasih seorang Nicola Watson, aku merasa diriku special. Dan aku juga menganggap dirimu special."

"Tapi aku tidak ingin dianggap special."

"Meski itu aku? Yang menganggapmu special? Padahal aku selalu menganggapmu special dan menempati ruang khusus di hatiku."

"Oh ya? Sayang aku gak bisa melihat hatimu, jadi aku tidak tahu apa perkataanmu itu benar atau tidak."

"Tidak perlu membelah dadaku, kau bisa melihatnya di mataku. Di mataku cuma kamu satu-satunya yang ada. Bahkan saat bermimpipun, kamu ada di mimpiku."

Tentu saja Nicola tidak akan mempan dengan rayuan gombal semacam itu. Ia tidak pernah kekurangan pengagum pria yang bersedia merayunya dan bahkan memberikan hadiah-hadiah mahal saat kencan mereka. Apalagi kalau cuma rayuan receh seperti yang dilontarkan Andra.

Tapi ia juga tidak menolak Andra yang tetap ngotot ingin bekerja dengannya. Ia bukan wanita bodoh. Ia tahu apa tujuan Andra ingin bekerja padanya. Bukan hanya karena tidak punya pekerjaan, tapi karena Andra sepertinya bertekad untuk mendekatinya lagi.

Namun Nicola berjanji, ia tidak akan membiarkan semuanya semudah itu. Ia berbeda dengan Nicola lima tahun lalu. Yang mudah terbujuk dengan rayuan manis lelaki. Meski pria itu Andra, yang memang masih menempati tempat istimewa di hatinya.

Lagipula kehadiran Andra bisa untuk mengujinya, apa ia akan kembali terbiasa dengan kedekatan pria itu disekitarnya. Apa rasa takut dan traumanya bisa disingkirkan selamanya. Karena bagaimanapun, Nicola ingin kembali menjadi wanita yang 'normal'.

Normal dalam artian ia tidak lagi takut bila disentuh seorang lelaki. Jika Andra bisa ia gunakan sebagai obat untuk mengatasi traumanya, bukankah sepadan untuk mempekerjakan lelaki itu sebagai pegawainya?

Dengan pikiran seperti itu, akhirnya Nicola setuju untuk menerima Andra sebagai pegawainya.

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang