Bab 35

804 67 4
                                    

Nicola berlenggak lenggok di depan Andra yang sedang duduk di ranjang, bak seorang model. Memamerkan lingerie yang dikenakannya. Gayanya menggoda, sensual dan mengundang.

"Apa aku pernah bilang padamu, aku lebih senang melihatmu tanpa pakaian bila di depanku?" Andra berjalan mendekat, memeluk Nicola dari belakang dan mencium bahunya yang terbuka mesra.

"Apa aku juga pernah bilang padamu, akupun sama sepertimu?" Dengan manja Nicola bersandar di dada bidang Andra yang telanjang. Merasakan pelukan hangat pria itu.

Saat ini, mereka sedang berada di Villa pribadi Nicola di daerah Bel air. Di kamar tidur Nicola yang memiliki nuansa serba putih dan fuschia.

Semenjak hari di mana Andra menyatakan cintanya dan meminta kesempatan kedua, mereka kembali ke hari-hari seperti dulu. Hari-hari di mana mereka pertama kali menjalin hubungan seperti waktu kuliah dulu.

Seperti pengantin baru dan pasangan yang dimabok cinta, sudah beberapa hari ini keduanya begitu lengket. Seakan ingin menuntaskan semua kerinduan dan cinta yang pernah hilang selama bertahun-tahun.

Mereka melarikan diri ke Villa Nicola, membuat sarang cinta mereka sendiri di Villa yang letaknya memang jauh dari keramaian.

Tidak ada pelayan atau juru masak di sini, karena Nicola sudah meliburkan mereka semua. Jadi bila lapar, ia dan Andra yang akan memasak bergantian. Mereka tidak takut kelaparan. Karena lemari es penuh dengan bahan makanan.

Aku pasti sudah gila, atau terlalu mencintai Andra, pikir Nicola saat merasakan ciuman Andra dan belaiannya di sekujur tubuhnya. Bagaimana bisa ia setuju begitu saja menerima Andra kembali saat sebelumnya telah berkali-kali menolaknya. Apakah karena ia sesungguhnya masih mencintai Andra? Dan tidak ingin membohongi perasaannya lagi?

Namun yang pasti saat ini, yang diinginkan Nicola hanyalah merasakan apa yang dulu pernah ia rasakan bersama Andra. Berada dalam pelukan Andra dan menikmati kebersamaan mereka saat ini.

"Kau belum lupa caranya memasak ternyata." Andra muncul di dapur dengan hanya mengenakan celana piyama dan bertelanjang dada. Ia melihat Nicola yang sedang sibuk di depan kompor, menghampiri gadis itu dan memeluknya. Lalu mengecup leher jenjang Nicola.

"Apa kau pikir karena aku penyanyi terkenal sekarang, hingga lupa cara memasak?" Nicola menggelinjang menerima ciuman Andra, leher adalah titik sensitif di tubuhnya. "Bukankah sebelum menjadi penyanyi terkenal, aku terbiasa melakukan semuanya sendiri? Ayo duduk, kita sarapan dulu."

"Lalu setelah sarapan apa?" Pertanyaan Andra begitu menggoda, apalagi dengan seringai nakal di bibirnya. Karena selama beberapa hari ini, yang mereka berdua lakukan hanya makan dan bercinta.

"Aku ingin berenang," ucap Nicola berusaha tidak memperhatikan godaan Andra. "Tubuhku sakit, aku butuh olahraga."

"Mau kupijat?"

"Oke. Setelah berenang."

Akhirnya Andra malah ikut berenang bersama Nicola. Saat sedang duduk di tepi kolam renang, ia menerima pesan dari orang yang tidak ia duga. Dari Erik, yang mengabarkan ia juga sedang ada di Amerika. Dan menginap di hotel di daerah Beverly Hills. Sepupunya itu mengajak bertemu.

"Ada apa?" tanya Nicola yang baru selesai berenang dan ikut duduk di samping Andra. Melihat perubahan raut wajah pemuda itu.

"Pesan dari Erik."

"Erik?"

"My cousin."

"Ouw... sepupu yang sudah merebut kekasihmu itu?"

"Emm..." sahut Andra malas. Tentu saja Nicola sudah mengetahui tentang masa lalu Andra dan cerita dibalik kepergian Andra ke Amerika, kuliah di sini hingga akhirnya mereka bertemu. "Erik sedang ada di Amerika dan ingin bertemu."

"Bersama istrinya?"

"Ya... mungkin mereka sedang bulan madu entah yang keberapa," ucap Andra sinis. Sebelum ini, ia sudah sering kok bertemu Erik di Jakarta. Bersama Irni tentu saja. Dan biasanya ia selalu memamerkan kemesraannya dengan istrinya yang notabene mantan kekasih Andra, di depannya.

Entah apa maksud Erik melakukan hal itu. Ingin pamer? Memanas-manasinya? Atau mencoba memancing rasa marah Andra?

Padahal Andra tidak pernah peduli, tidak pernah ambil pusing. Semenjak ia bersama Nicola dan seluruh hati dan kepalanya diisi gadis itu. Ia sama sekali sudah tidak ada rasa apapun pada Irni. Pemilik hatinya sekarang adalah Nicola, jadi mana sempat ia memikirkan perempuan lain?

Namun sepertinya Erik tidak berpikir begitu. Kisah patah hati Andra begitu terkenal di keluarga besar Hendarto. Karena patah hati Andra memutuskan kuliahnya yang sudah berjalan satu tahun di Indonesia. Karena patah hati, Andra pergi ke Amerika dan bertahun-tahun tidak pulang. Karena patah hati juga sampai sekarang ia masih melajang.

Tapi tidak ada satupun orang yang tahu di keluarga besarnya bahkan orang tuanya sendiri, bila alasan Andra tetap melajang bukan karena patah hati dengan Irni. Tapi karena satu-satunya perempuan yang ia inginkan di dunia ini hanyalah Nicola.

Andra tahu, sejak kecil Erik memang selalu menganggap dirinya sebagai saingannya. Andra jadi juara kelas, dia juga harus jadi juara. Andra diterima di universitas bergengsi, diapun harus. Padahal Andra tidak pernah menganggap Erik atau siapapun di keluarga besarnya sebagai saingannya. Tidak pernah menjadikan dirinya sebagai yang terbaik. Namun kenapa Erik selalu menganggap dirinya rival?

Bahkan setelah ia menikah dan berhasil mendapatkan wanita yang pernah dicintai Andra sekalipun, Erik masih menganggap Andra rivalnya.

"Apa kau masih mencintainya?"

"Siapa?"

"Mantan kekasihmu itu... yang kini sudah menjadi istri sepupumu. Kau masih mencintainya?"

"Jika aku masih mencintainya, apa kau pikir aku akan berada di sini bersamamu? Mengejarmu hingga kebelahan bumi yang berbeda?"

Nicola menyunggingkan senyum. "Aku tahu kau sudah tidak mencintainya. Aku hanya menggodamu."

"Menggoda? Kurasa itu berhasil." Andra meraih pinggang Nicola dan membawa gadis itu kepangkuannya. "Aku mencintaimu Nicola Watson. Sangat mencintaimu. Tahukah kau, aku tergila-gila padamu."

"Aku tahu. Akupun mencintaimu, Tuan Andra Hendarto. Apakah kau akan menemui sepupumu itu dan istrinya?"

"Kau ingin aku menemui mereka?"

"Kenapa tidak? Asalkan kau mengajakku bersamamu."

"Kau takut aku membuat keributan?"

"Hanya ingin melihat, seperti apa wanita yang pernah membuatmu patah hati dan menjadi gunung es selama bertahun-tahun."

"Tapi gunung es ini sudah mencair oleh lava panas bernama Nicola Watson," bisik Andra, tangannya menarik tali bikini yang dikenakan Nicola hingga terlepas.

"Ini di kolam renang... ," desah Nicola menahan gairah.

"Kita belum pernah melakukannya di kolam renang kan, honey?"

Dan protesan Nicola teredam oleh ciuman Andra yang membara.

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang