Monik masih terperangah mendengar apa yang baru saja selesai Naumi ceritakan. Mengedip-ngedipkan matanya polos dan Monikpun menepuk kedua pipinya mematikan apakah dirinya sedang bermimpi saat ini. Tapi semuanya nyata, Naumi memang mengalami hal itu.
Monik dengan susah payah menelan makanan yang berada di dalam mulutnya, menatap Naumi dengan tatapan aneh. "Jadi, Lo udah gak perawan, Nau?" tanya Monik pelan hampir berbisik, di balas anggukan oleh Naumi.
"Dan itu ulah Om Ren?" tanyanya lagi dan di angguki pula oleh lawan bicaranya.
"Gila gila!" Monik menggeleng pelan.
"Lo pasti kecewa ya sama Gue?" tanya Naumi setelah itu menunduk pelan, "Gue gak apa-apa kok kalau Lo gak mau temenan lagi sama Gue"
"Jujur sih Nau, Gue masih gak nyangka hal ini menimpa Lo. Tapi Lo jangan khawatir, Gue gak benci ataupun marah sama Lo, karna ini di luar kendali"
Naumi menyungging senyum tipis. "Thank," ucap Naumi.
"Yaelah, Santai aja kali. Lagian Ya, Gue itu setuju banget kalau Lo nikah sama Om Ren, Itu tandanya Lo jadi saudara Gue"
"Apaan sih, Mon!"
"Asal Lo tau Nau, Om Ren itu setianya Beuh... Gila banget deh. Dia aja sampai sekarang betah ngejomblo" ujar Monik.
"Dan Gue yakin, Om Ren akan setia juga sama Lo. Apalagi, Nanti bakalan ada Baby di perut Lo" sambungnya.
"Mon, Lo kalau ngomong jangan ngelantur deh" ujar Naumi.
"Gue gak ngelantur, Nau."
"Serah Lo" pasrah Naumi.
Mereka kembali menikmati cemilannya seraya menonton serial televisi.
"Ganti Mon! Suka banget sih nonton drama cinta model begituan"
Monik menoleh ke Naumi. "Lo harus belajar dari film ini, Nau."
"Gak perlu belajar gue udah bisa"
"Emang, Lo pernah ciuman?" tanya Monik menyelidik.
"Pernah lah" jawab Naumi tanpa sadar.
"WHAT?" pekik Monik.
"Apa sih, Mon!? Budeg gue lama-lama"
"Lo ciuman sama siapa Bangke?" tanya Monik heboh.
"Kepo" jawab Naumi seraya merampas remot tv yang berada di genggaman Monik.
"AAA NAUMI BALIKIN REMOT GUE" pekik Monik.
"ENGGAK, LO GAK BOLEH NONTON BEGINIAN" jawab Naumi.
"BALIKIN GAK? SINI BALIKIN"
Monik menindih tubuh Naumi berusaha merebut kembali remot tv yang Naumi genggam dan Naumi elakkan dari rampasan Monik.
"MONIK LO BERAT BANGET SUMPAH!"
"BALIKIN NAUMI, GUE MAU NONTON"
"ENGGAK"
"NAUMIIII"
"ASTAGA! MONIK, NAUMI" pekik Deza yang menghampiri kedua anak itu karna mendengar suara rusuh.
Ren mengangkat tubuh Monik yang menindih tubuh Naumi. "Naumi sakit di tindih gitu, Mon" Ujar Ren.
Naumi kembali duduk saat Monik sudah tidak menindihnya. "Gila! Lo makan bata, Mon? Berat banget"
"Gue makan bahan bangunan, emang kayak Lo makan kapas, ringan banget"
"Kalian ini kenapa sih ribut? Prasaan tadi adem ayem" tanya Deza.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHIANAT (End)
ChickLittentang NAUMI Gadis penuh luka, hidupnya sepi dan hampa. saat fisik dan hati di tikam secara bersamaan, disitulah mulainya penderitaan. senja dan hujan, teman terbaik memulihkan luka. menjadi tempat ternyaman untuk berteriak kencang bahwa Aku baik...