37. Melarikan Diri

21 6 0
                                    

“Apa yang terjadi padamu?” tanya Kyle setelah kelas selesai. Ia berjalan mengikuti Talia menuju sudut perpustakaan yang sepi.

Sebaiknya Talia menceritakan pengalamannya tersebut pada seseorang. Dan Kyle memang adalah orang yang tepat untuk mendengarnya. Gadis itu akhirnya bercerita tentang semua penglihatannya dalam mimpi semalam, termasuk ketika barusan dia menengar suara naga. Kyle mencermati cerita Talia dengan seksama.

“Naga memang merupakan makhluk yang memiliki kepekaan intuisi yang tajam. Sebaiknya kita berhati-hati, Talia,” komentar Kyle setelah Talia selesai bercerita.

“Aku tidak tahu apa yang direncanakan Ludwig kali ini. tapi kalau aku sampai memimpikannya, itu artinya masa depan tersebut mungkin berbahaya bagiku,” ucap Talia terlihat cemas.

Kyle meraih tangan Talia dan menggenggam jemarinya. “Aku akan selalu ada di sisimu. Kita hadapi bersama masalah ini. Yang jelas, menurutku, Ludwig tidak mungkin akan mengirim naga ke sini. Itu terlalu menarik perhatian, dan juga berbahaya. Naga itu bisa menghancurkan seluruh akademi dan melukai banyak anak. Kalau dia melakukan hal itu, para Profesor mungkin tidak akan bisa melindunginya lagi,” ungkap Kyle mengutarakan logikanya.

Tentu saja pendapat Kyle ada benarnya. Mungkin Talia saja yang terlalu cemas. Bisa saja Kyle memang hanya bertemu dengan naga sebagai salah satu bagian dari tes bakat sihir departemen mereka.

“Tapi kenapa naga itu bisa melihatku? Dia bahkan bicara dalam kepalaku tadi. Bagasa yang tidak bisa kupahami,” cecar Talia masih belum puas.

“Frekuensimu bertubrukan dengan naga tersebut. karena itu dia bisa merasakan kehadiranmu. Bagi makhluk seperti naga, konsep waktu tidak terlalu relevan. Bagi mereka, kejadian saat melihat jiwamu di masa depan itu sama aktualnya dengan saat ini. jadi karena itu naga tersebut bisa mengirim pesan padamu. Sayangnya kita berdua sama-sama tidak bisa berbahasa naga. Jadi kita tidak tahu apa yang hendak dia sampaikan padamu,” terang Kyle panjang lebar.

Talia hanya bisa menarik napas berat. Semoga yang dikatakan Kyle memang benar. Semoga semua pikiran buruk Talia itu tidak terjadi. Talia hanya bisa terus berharap-harap cemas seperti itu hingga waktu makan malam tiba.

Leo tampak lebih ceria hari ini. sepertinya tes kemampuan membuat ramuannya sukses besar. Susan juga terlihat seperti biasanya. Tidak murung, cenderung banyak bicara. Talia akhirnya menceritakan tentang mimpinya itu pada Leo dan Susan. Mereka berdua lantas melirik ke meja Departemen Beast Tamer dan mendesis marah ke arah Ludwig.

“Kenapa orang itu tidak pernah berhenti berbuat jahat? Apa dia memang lahir dari kejahatan atau semacamnya?” gerutu Leo kesal.

“Orang menyebalkan dari keluarga menyebalkan. Ah, kecuali kau tentu saja,” ucap Susan sembari cepat-cepat meralatnya di depan Kyle.

Kyle hanya mengangkat bahu tak peduli. Dia toh juga tidak cocok dengan keluarganya. Karena itu Kyle tidak terlalu ambil pusing setiap kali Susan menyebut-nyebut tentng keluarga Gothe.

“Tapi ngomong-ngomong, Talia. Aku bisa membuatkanmu semacam alat penerjemah bahasa naga. Tapi perlu waktu beberapa hari untuk membuatkannya, karena aku harus mencari sumber bahasanya dari buku atau anak-anak beast tamer yang bisa ditipu,” kata Leo menawarkan diri.

“Soal tipu menipu serahkan saja padaku, Dean. Aku akan membantumu membuat alat tersebut.” Susan menawarkan diri.

“Teman-teman, kalian tidak perlu repot-repot begitu. Lagipula kejadiannya sudah berlalu. Aku juga sudah lupa bagaimana bunyi kata-kata naga tersebut,” tolak Talia sungkan.

“Siapa tahu dia akan berbicara lagi padamu di masa depan. Lebih baik mempersiapkan diri. Dan kalau kau bisa membuat naga itu ada di pihakmu, itu akan sangat luar biasa kan,” sahut Leo tampak antusias.

Talia curiga Leo sebenarnya hanya ingin membuat sesuatu, alih-alih membantu Talia. Meski begitu Talia merasa cukup berterima kasih pada sahabatnya itu.

“Baiklah kalau begitu, Leo. Terima kasih sudah membantuku,” ucap Talia tulus.

Esok harinya, tes hari ketiga untuk Departemen Enchanter pun dimulai. Tes hari ini diadakan di bukit belakang Akademi. Tempat itu segera mengingatkan Talia pada mimpinya dua hari yang lalu. Semuanya seperti kebetulan yang tidak masuk akal. Melihat lokasi tersebut, Talia menjadi semakin gugup.

Kyle menjadari kegugupan Talia dan mencoba menenangkan sahabatnya itu. Meyakinkan kalau semua akan baik-baik saja.

Ujian hari itu adalah untuk membuat tanggul. Profesor Theia meminta anak-anak tingkat pertama untuk membuat semacam dinding pembatas dengan tanah dan batuan. Dinding tanah itu nantinya akan menghentikan laju aliran sungai yang membelah kaki bukit. Jika tanggul buatan sang siswa bisa bertahan selama sepuluh menit, maka anak itu dinyatakan lolos tes elemen tanah.

Begitulah ujian tersebut akhirnya dimulai. Satu per satu anak melakukan sihir tanah sesuai kemampuan mereka masing-masing. Awalnya semua berjalan lancar, tetapi setelah sekitar sepuluh anak sudah selesai diuji, masalah besar pun mulai muncul.

Mendadak tanah di lereng bukit tempat para siswa berdiri itu bergetar pelan. Talia pikir hal tersebut terjadi karena efek dari sihir tanah yang sedang berlangsung. Semua orang sepertinya juga berpikir hal yang sama.

Akan tetapi, getaran tersebut tidak juga berhenti dan justru semakin kuat. Profesor Theia-lah yang menyadari keanehan itu pertama kali. Gelombang tanah longsor sekonyong-konyong datang dari atas tebing. Anak-anak berlarian dengan panik untuk menyelamatkan diri.

Sang profesor kepala degan sigap mengeluarkan kemampuannya untuk menahan laju tanah longsor agar tidak mengenai murid-muridnya. Sayangnya, elemen utama Profesor Theia adalah air, karena itu ia tidak bisa menahan longsoran tanah tersebut lebih lama. Sang profesor akhirnya melompat terbang begitu melihat murid-muridnya sudah berada dalam jarak aman.

Talia sendiri sudah terbang menggunakan sapu terbangnya. Kyle di sisinya melayang dengan kekuatan elemen gelap. Mereka berdua hendak kabur menuju gedung akademi ketia tiba-tiba sebuah suara raungan terdengar memekakkan telinga. Datangnya dari balik bukit.

Talia mengenali raungan tersebut dan jantungnya segera berdegup kencang. Itu adalah raungan naga! Gadis itu pun segera memacu sapu terbangnya agar bisa melesat lebih cepat. Sayangnya, sebuah bayangan hitam tiba-tiba melewat atas kepala Talia dan Kyle, terbang mendahului mereka berdua.

Talia mengangkat wajahnya dengan ngeri. Seekor naga bersisik hitam yang dia lihat dalam mimpi kini terbang begitu dekat dengannya. Naga tersebut membumbung tinggi dan berputar satu kali di atas langit, sebelum kemudian menukik langsung ke arah Talia.

Gadis itu mempercepat laju sapu terbangnya, tetapi sang naga seolah tidak membiarkannya kabur. Naga itu menyemburkan napas api ke arah Talia dan Kyle. Talia memekik nyaring sambil menghindar, sementara Kyle menahan serangan tersebut dengan elemen gelapnya.

Kekuatan naga jauh lebih besar daripada Kyle. Karena itu dengan mudah naga tersebut membuat Kyle terlontar jatuh dari udara dengan semburan api yang lebih kuat. Kini tinggal Talia yang terbang sendirian dikejar naga. Naga tersebut jelas mengincarnya. Talia mencoba menukik dan menghindari serangan api sang naga, tapi sia-sia. Naga tersebut terbang dengan lincah sekalipun tubuhnya besar.

Ujung sapu terbang Talia pun turut menjadi korbannya, hangus terbakar dan membuat laju kecepatan Talia berkurang drastis. 

Sight of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang