Setelah mengatakan semuanya kepada Kyle, hubungan Talia dengan pemuda itu pun membaik. Mereka kembali bersahabat seperti sebelumnya, bahkan semakin akrab. Keadaan itu membuat Susan dan Leo sedikit bingung. Kali terakhir mereka berdua bertemu, hanya ada situasi canggung yang melingkupi. Namun sekarang keduanya justru tampak lebih dekat dari sebelumnya.
Meski begitu Talia tidak bisa menjelaskan secara gamblang kepada Susan. Ia hanya berkata bahwa hubungannya dengan Kyle menjadi akrab karena mereka duduk sebangku di kelas. Itu adalah alasan yang cukup masuk akal, walaupun Talia sedikit merasa bersalah karena tidak mengatakan yang sejujurnya.
Kini Kyle selalu menempel di dekat Talia. Selama pelajaran, bahkan saat jam makan.pemuda itu sebenarnya tidak menyukai fakta bahwa Talia harus terikat sumpah Perkumpulan dengan Ludwig. Akan tetapi hal tersebut justru menyelamatkan Talia secara tidak langsung. Ludwig sudah bersumpah untuk tidak menyakiti Talia selama berada di Akademi. Hal itu saja sudah cukup membuat Talia merasa tenang. Setidaknya Ludwig tidak bisa menyerangnya mulai sekarang. Ia malah bertugas untuk melindungi Talia.
Setelah berbaikan dengan Kyle, kini Talia kembali memiliki akses ke ruang rahasia. Talia mengatakan bahwa dia membutuhkan tempat untuk berlatih demi mengalahkan Ludwig suatu saat nanti, Gadis itu sebenarnya sedang gugup menghadapi kemungkinan serangan Dirlagraun kepada Leo yang akan terjadi beberapa hari lagi. Ia sudah menguasai Smoke, dan Talia juga sudah berpengalaman membunuh Dire Wolf di kehidupan ini. Namun bayangan Leo yang bersimbah darah masih menghantuinya.
Hari-hari menjelang kejadian tragis itu datang, Talia merasa semakin cemas. Ia menghabiskan waktu berada di ruang rahasia di Departemen Alkemis, demi untuk belajar lebih banyak mengendalikan spiritnya. Selain itu, Taliaj juga sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk memanggil spirit elemen lain. Sayangnya, hingga sehari sebelum kejadian penyerangan terhadap Leo, Talia sama sekali belum berhasil memanggil spirit baru.
“Kau terlihat gelisah. Apa kau baik-baik saja?” tanya Kyle pada pagi hari penyerangan Dirlagraun.
Talia dan Kyle saat ini sedang berada di dalam kelas, memperhatikan penjelasan Profesor Li tentang Dasar-dasar Ilmu Sihir. Teori yang sudah dihafal Talia di luar kepala. Kini seluruh benak Talia sedang berkelana memikan runtutan waktu hingga serangan terhadap Leo terjadi. Sekarang, meski Ludwig bersikap berbeda pada Talia, ia yakin bahwa orang itu tetap akan mengincar Leo. Talia harus mencegahnya.
“Tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit tidak enak badan,” sahut Talia sembari tersenyum hampa.
“Apa aku perlu mengantarmu ke ruang kesehatan?” tanya Kyle berubah cemas.
Talia menggeleng pelan. “Tidak usah Kyle. Aku bisa pergi sendiri. Kita bisa bertemu saat makan siang nanti,” sahut Talia sembari membereskan buku-buku pelajarannya. Ia memang sudah berniat untuk meninggalkan kelas pada jam pelajaran pertama itu. Alasan sakit merupakan yang paling tepat. Ia bisa berpura-pura pergi ke ruang kesehatan untuk bisa menunggu kemunculan Dirlagraun di koridor penyambung gedung Departemen Enchanter dan Alkimia.
“Biarkan aku menemanimu,” desak Kyle keras kepala.
Talia menghela napas tak sabar. “Kyle, setelah kau tahu semua rahasiaku, seharusnya kau bisa berhenti mengawasiku. Dan Ludwig juga tidak akan bisa menyerangku lagi sekarang. Karena itu beri aku sedikit ruang. Jangan terus-terusan menempel padaku,” timpal Talia berpura-pura kesal. Meski sebenarnya dalam hatinya ia tidak keberatan untuk selalu berada di dekat Kyle.
“Kau tidak suka kalau aku berada di sekitarmu?” tanya Kyle sedih.
“Bukan begitu. Hanya saja, sesekali aku juga butuh ruang untuk diriku sendiri. Kita akan bertemu saat makan siang nanti. Oke?” timpal Talia dengan perasaan bersalah. Ia harus berbohong pada Kyle karena tidak ingin sahabatnya itu terluka.
Talia masih ingat dengan jelas ketika melawan naga dulu, Kyle tenggelam dalam kekuatan gelapnya. Kini Talia tidak ingin lagi Kyle menggunakan kekuatan gelap itu terlalu sering. Menyaksikan Leo diserang binatang buas juga bisa menjadi pemicu mental Kyle menjadi lemah. Sebisa mungkin ia harus menghindarkan hal-hal berbahaya itu dari Kyle.
Pada akhirnya Kyle pun terpaksa menyerah. Pemuda itu mengangguk pasrah dan membiarkan Talia meninggalkan kelas seorang diri. “Baiklah kalau itu maumu. Aku akan berkunjung saat jam makan siang,” ucap Kyle muram.
Talia tersenyum lega. Gadis itu pun segera meminta izin lalu meninggalkan kelas dengan wajah pucat yang dibuat-buat. Setelah berada cukup jauh dari kelas, ia pun segera melesat ke arah koridor penghubung dua gedung departemen. Tak lupa Talia juga mengaktifkan Kristal birunya untuk menghilangkan diri. Kini tubuhnya tidak bisa dilihat lagi oleh siapa pun.
Sesampainya di koridor yang dia maksud, Talia belum melihat ada siapa pun di sana. Koridor itu masih kosong melompong. Gadis itu lantas menunggu dengan sabar di sudut dinding yang tersembunyi, hingga tak berapa lama kemudian, suara langkah kaki terdengar mendekat. Arahnya dari gedung Departemen Alkimia.
Leo muncul dari balik pintu departemennya sembari menoleh ke segala arah, kelihatan sedang mencari seseorang. Talia mengantupkan mulutnya rapat-rapat agar dan mengamati dalam diam.
“Di mana orang itu? dia bilang mau menemuiku di sini. Dasar Kyle itu. Lagipula kenapa dia harus mengirim perkamen sihir di tengah-tengah pelajaran,” gerutu Leo sembari berdiri diengah koridor sembari menatap ke arah pintu yang mengarah ke Departemen Enchanter.
Perkamen sihir adalah semacam barang sihir buatan para alkemis yang berfungsi untuk mengirim pesan pada orang lain dalam area tertentu. Biasanya perkamen itu berukuran kecil dan hanya bisa dikirim dalam radius kurang dari lima ratus meter. Harga alat sihir semacam itu sangat tinggi dan merupakan benda sekali pakai. Karena itu, tidak banyak orang yang menggunakannya. Hanya keluarga-keluarga bangsawan kaya raya saja yang biasanya memiliki perkamen tersebut.
Sudah bisa dipastikan bahwa perkamen itu pasti milik Ludwig Gothe. Jadi dia menjebak Leo dan mengumpankannya pada macam hitam peliharan Ludwig? Benar-benar trik yang konyol.
Talia mencoba berjalan mendekat agar tidak terlambat menyelamatkan Leo. Ingin rasanya ia menarik Leo pergi begitu saja dari tempat tersebut. Akan tetapi ia juga ingin membuat peringatan bagi Ludwig agar tidak menyentuh sahabat-sahabatnya lagi. Dengan membunuh Dirlagraun itu dengan tangannya sendiri, Ludwig pasti akan tahu bahwa Talia sama sekali tidak mendukung tindakannya.
Beberapa menit setelah menunggu, mendadak Talia mendengar suara geraman yang muncul dari balik punggungnya. Sontak gadis itu membeku. Dirlagraun itu datang dari balik pintu departemennya. Kini ia berada di tengah-tengah antara Leo dan Dirlagraun tersebut. Saat menoleh ke belakang, Talia mendapati seekor puma hitam berekor tiga dengan tentakel. Monster itu masih sama persis seperti yang diingat Talia.
Jantung gadis itu rasanya seperti hendak berhenti berdetak. Belum sempat Talia menguasai diri, Dirlagraun tersebut sudah menyerbu ke arahnya. Entah siapa target sang monster itu, Talia yang mengenakan Kristal menghilang, atau Leo yang tampak sangat terkejut dengan kedatangan tamu tak diundang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sight of Future
FantasyNomor Peserta : 088 Tema yang diambil : Campus Universe Blurp Talia Ortega, siswi baru di Akademi Sihir Ramona, Kerajaan Barat, adalah seorang oracle dengan kemampuan melihat masa depan seseorang yang disentuhnya. Saat upacara penerimaan siswa baru...