13. Ruang Kesehatan

35 9 0
                                    

Dengan cekatan, Profesor Theia menyihir sebuah tandu terbang yang melesat keluar dari gedung kesehatan. Tandu tersebut melayang-layang setinggi lima belas meter dari atas tanah, tepat di sebelah Talia yang masih tersungkur. Puluhan anak-anak lain segera mengerumun ingin tahu, tetapi Shif Gnolxot, sang faun penjaga departemennya segera menyuruh anak-anak itu membubarkan diri.

“Apa kau baik-baik saja nak?” tanya Profesor Theia sembari berlutut di sebelah Talia.

Gadis itu mengangguk gugup. Wajahnya pucat pasi dan keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Meski begitu, Talia baik-baik saja.

“Bagus. Sebaiknya kau dirawat dulu di ruang kesehatan. Setelah kondisimu stabil, baru kita bicarakan masalah ini. Apa kau bisa naik sendiri ke atas tandu atau aku perlu menyihirmu naik?” lanjut Profesor Theia bertanya.

“Sa, saya bisa sendiri, Profesor. Terima kasih,” sahut Talia lantas bangkit berdiri dan duduk di atas tandu.

Talia mengedarkan pandangannya dan melihat Kyle berdiri di belakang kerumunan anak-anak. Pemuda itu memerhatikan mayat Dirlagraun bersama Professor Rilley dari Departemen Alkemis. Di kejauhan Profesor Ursula terbang dari menara Departemen Beast Tamer dan mendarat dengan mulus di dekat bangkai hewan buas yang sudah dibunuh oleh Kyle.

Talia masih ingin memerhatikan lebih lama, tetapi Profesor Theia sudah menerbangkan tandunya melesat menuju gedung kesehatan di sayap utara akademi. Anak-anak yang berkerumun ingin tahu segera membuka jalan agar tandu Talia bisa lewat dengan aman. Rasa takut Talia kini tergantikan dengan rasa malu. Rasanya dia ingin menghilang saja daripada harus menjadi bahan tontonan satu sekolah. Sekarang semua orang melihatnya seperti gadis konyol yang terbang dengan tandu.

Dua orang petugas kesehatan berjubah serba putih menyambut kedatangan Talia. Mereka sudah mempersiapkan tempat tidur untuk Talia. Begitu tandu masuk ke dalam, para petugas tersebut dengan sigap melancarkan mantra melayang dan menerbangkan tubuh Talia ke atas tempat tidur yang sudah dipersiapkan. Talia meluncur mulus dan langsung terbaring berselimutkan kain tebal yang lembut.

Talia menerima perawatan terbaik dari para petugas kesehatan itu. Semalaman biliknya dijaga oleh Shif Gnolxot dan Talia pun akhirnya bisa terlelap setelah meminum ramuan tidur yang diberikan oleh seorang petugas kesehatan. Tidurnya begitu pulas tanpa bermimpi apa-apa.

Esok paginya, Talia terbangun oleh aroma kaldu ayam yang sangat lezat. Ia mengerjap beberapa kali saat menemukan cahaya matahari keemasan menelusup ke biliknya dari balik tirai jendela yang setengah terbuka.

“Kau sudah bangun?” Sebuah suara lembut menyapa Talia.

Gadis itu menoleh dan menemukan seorang petugas kesehatan berdiri di sebelahnya sembari membawa troli makanan. Sang petugas itu tersenyum padanya setelah meletakkan semangkuk sup ayam kental yang masih mengepul, lengkap dengan sekeranjang buah-buahan dan secawan jus anggur.

“Apa tidurmu nyenyak?” tanya petugas itu lagi.

“Ah, iya. Saya tidur dengan baik. Saya bahkan tidak bermimpi apa-apa,” jawab Talia sembari bangun dari tempat tidunya.

“Baguslah. Ramuan tidur buatan para alkemis memang sangat mujarab. Tapi kau tidak boleh terlalu sering menggunakannya karena bisa merusak pola tidurmu secara permanen,” nasehat petugas itu ramah.

Talia hanya mengangguk canggung, masih belum sepenuhnya sadar dari rasa kantuknya.

“Apa kau mau makan sendiri atau perlu kusuapi?”

“Saya bisa makan sendiri. Terima kasih. Ngomong-ngomong, apa jam pelajaran sudah dimulai?”

Petugas itu mendengkus geli mendengar pertanyaan polos Talia. “Hari ini kau adalah seorang pasien. Jangan memikirkan soal sekolah dulu,  Nak. Para Profesor Kepala juga mungkin akan menemuimu setelah kau selesai sarapan. Jadi bersiap-siaplah.”

“Para Profesor Kepala?” tanya Talia masih linglung.

“Benar. Jadi makanlah dengan cepat. Kalau kau perlu sesuatu, kau bisa memanggilku dengan lonceng ini,” sahut petugas kesehatan cantik itu lantas berbalik pergi meninggalkan Talia sendirian.

Rasa lapar akhirnya memaksa Talia untuk melongok ke meja kecil di sebelah tempat tidurnya. Sup ayam itu sangat menggoda. Gadis itu pun bangkit dari tempat tidurnya dan meraih sup ayamnya yang masih panas.

“Melihat nafsu makanmu, sepertinya kau baik-baik saja.” Sekali lagi sebuah suara menginterupsi kegiatan Talia. Gadis itu kenal betul suara yang baru menyapanya itu. Ia lantas berbalik dan menemukan Kyle berdiri di depan pintu biliknya yang terbuka.

“Kyle. Kau tidak masuk kelas?” tanya Talia sambil melanjutkan suapan sup pertamanya masuk ke mulut. Namun karena masih panas Talia tanpa sengaja justru menyemburkan sup itu kembali sampai terciprat ke mana-mana.

“Aku ingin melihatmu sebelum diintrogasi oleh para Profesor kepala,” jawab Kyle sembari berjalan masuk lalu duduk di ranjang bersama Talia. “Perlu kusuapi?” lanjut pemuda itu yang risih melihat cara makan Talia yang berantakan.

“Aku baik-baik saja,” sahut Talia sembari menyeka mulut dan tangannya yang sudah penuh bekas sup.

Kyle mengernyit karena terganggu dengan pemandangan itu. Pemuda itu lantas meraih mangkuk sup yang masih dipegang oleh Talia dengan satu tangan.

“Kubilang aku baik-baik saja,” desah Talia mencoba mengambil kembali mangkuknya.

“Sudahlah, jangan banyak tingkah. Bersihkan saja itu wajah dan tanganmu dengan benar,” balas Kyle masih dengan ekspresi risih.

Talia akhirnya menurut. Ia mengambil serbet putih yang disediakan di meja kecil dan membersihkan sisa-sisa cipratan sup yang mengenai lengan bajunya juga.

“Semalam ketiga profesor kepala memanggilku dan bertanya macam-macam hal. Kepala Akademi sedang tidak ada di tempat. Karena itu mereka bertiga yang sementara ini bertanggung jawab untuk mengusut kasus ini,” ucap Kyle sembari meniup satu sendok sup yang kemudian dia suapkan pada Talia.

“Katanya mereka mau menemuiku setelah ini. Apa aku harus ke ruangan mereka bertiga atau bagaimana? Petugas kesehatan itu tidak menjelaskan padaku,” jawab Talia setelah menelan supnya.

“Mereka yang sepertinya akan ke sini. Bagaimanapun kau adalah korban. Aku hanya akan memberimu beberapa saran. Profesor Theia dan Profesor Rilley mungkin tidak akan terlalu mendesakmu. Tapi berhati-hatilah pada Profesor Ursula. Dia adalah kepala Departemen Beast Tamer, dan tentu saja dia yang paling dirugikan pada kasus ini. Selain kehilangan salah satu mahluk buasnya, Departemen Beast Tamer juga menjadi pihak yang paling disalahkan atas kelalaian menjaga hewan sihir mereka.

“Karena itu suasana hatinya sangat buruk. Sebaiknya kau tidak menyebut-nyebut soal kemampuanmu melihat masa depan atau tentang Ludwig. Aku yakin seratus persen mereka sudah tahu kalau anak itu pelakunya. Mereka hanya akan menggali informasi tentangmu agar dapat mengetahui motif Ludwig menyerangmu seperti itu. Jadi jangan sampai salah bicara,” ulas Kyle sambil terus menyuapi Talia.

Gadis itu merengut kesal. “Seharusnya mereka bertanya langsung pada pelakunya, kan. Kenapa harus memojokkanku untuk tahu apa yang dipikirkan Ludwig,” protesnya.

Kyle menarik napas panjang. “Pokoknya berhati-hati saja. Ludwig lebih licik dari yang kau kira. Dan para Profesor Kepala pun tidak bisa berkutik di bawah nama keluarga Gothe. Aku sudah melindungimu semampuku. Jadi selebihnya kau harus bisa mempertahankan posisimu agar tetap bisa bersekolah di sini.”

Talia mendadak tersedak supnya sendiri saking terkejutnya. “Apa itu artinya ada kemungkinan aku akan dikeluarkan dari Akademi?” pekiknya tak percaya.

“Lebih tepatnya kau mungkin akan diminta untuk mengundurkan diri.”

Sight of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang