79. Tertangkap

20 3 0
                                    

Talia pun tak kalah terkejut mendengar kabar itu. Kejadian di masa lalu rupanya berubah. Apakah itu efek dari perubahan sikapnya selama ini? Karena sebagian besar hewan buas di hutan terlarang sudah dibasmi, tempat tersebuat menjadi relatif aman bagi para siswa yang sedang menggunakan kekuatan air.

Gadis itu mendesah putus asa. Haruskah ia melewatkan tes di hari pertama? Itu tidak mungkin. Tujuan utamanya adalah masuk ke kelas elemen air. Lagipula semua anak tingkatnya sudah melihat Nova yang bersiap berangkat dengan tubuh bugar. Bagaimana bisa dia mengajukan izin di saat-saat yang mendadak seperti ini?

Pada akhirnya Talia pun memutuskan untuk tetap berangkat mengikuti Tes Bakat Sihir. Gadis itu berjalan dengan gontai menuju tempat ujian dilakukan, yaitu sungai di dekat lembah.

"Kau benar-benar akan berangkat? Apa kau yakin bisa mengatasi masalah yang akan muncul nanti?" tanya Kyle khawatir.

"Tidak. Aku tidak yakin. Tapi mau bagaimana lagi. Sepertinya aku memang harus menghadapinya. Entah kenapa aku merasa tidak akan bisa menghindari situasi itu selamanya," sahut Talia sembari melanjutkan langkahnya.

Susan yang sedari tadi berjalan bersama mereka tampak kebingungan. "Memangnya ada apa dengan sungai itu? Bukankah lebih mudah untuk menunjukkan bakat pengendalian air kalian di dekat sungai?" tanya gadis itu penasaran.

Talia hanya menghela napas pelan lantas menggeleng. "Tidak apa-apa, Susan. Kau benar. Akan lebih mudah menghadapi makhluk dengan napas api itu di dekat sungai," gumamnya meyakinkan diri.

Susan semakin kebingungan. "Makhluk? Makhluk apa? Kalian sedang membicarakan apa?"

Talia hanya tersenyum kecil sembari menatap sahabatnya itu. Ia tidak tahu apakah setelah ini ia masih bisa bertemu dengan Susan lagi atau tidak. Karena itu Talia pun memutuskan untuk mengucapkan salam perpisahan. "Terima kasih untuk selama ini, Susan. Kau adalah sahabat terbaikku," ucap gadis itu tulus.

"Hah? Kenapa kau bicara seperti itu. Seolah-olah akan pergi jauh saja. Kalian cuma akan mengikuti Tes Bakat Sihir. Apa kau terlalu gugup?" tanya Susan cemas.

Talia mengangguk singkat. "Sepertinya begitu. Aku hanya terlalu gugup. Kalau begitu, aku pergi dulu, Susan. Arah kita berbeda. Selamat tinggal."

Tanpa menunggu jawaban Susan, Talia lantas melesat menuju tempat ujian. Kyle mengikuti gadis itu pergi sementara Susan hanya bisa menatap punggung dua sahabatnya sambil terbengong-bengong.

Di bibir hutan terlarang, kerumunan anak Departemen Enchanter yang akan mengikuti ujian sudah berkumpul. Profesor Theia, sang Kepala Departemen Enchanter berdiri di depan barisan anak-anak tersebut dengan ekspresi tegas. Ia menghitung jumlah muridnya hingga semua hadir tanpa terkecuali.

Talia menyembunyikan fakta bahwa dirinya sudah memiliki token sihir sebagai akses untuk masuk ke hutan terlarang. Karena itu ketika sang profesor membagikan token yang baru, Talia menerimanya tanpa banyak berkomentar. Hanya Kyle yang terus-terusan melirik gadis itu dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Masih belum terlambat untuk pergi, Talia," bisik Kyle di dekat wajah sahabatnya.

Talia menarik napas berat lantas menatap berkeliling. Ini adalah hari pertama Tes Bakat Sihir. Selama ini tidak ada yang tahu bahwa Talia sudah bisa memanggil spirit, selain sahabat-sahabat dekatnya. Karena itu Profesor Theia pasti tidak akan dengan mudah memberinya izin untuk tidak mengikuti ujian tersebut.

"Aku hanya akan langsung memanggil Undine lantas meminta izin untuk kembali lebih dulu ke Asrama," tukas Talia mencari jalan keluar.

Kyle sudah akan membantah lagi, tetapi suara Profesor Theia yang membahana sudah berkumandang. Sang profesor meminta semua anak untuk berbaris dan mulai masuk ke dalam hutan terlarang secara bergiliran.

"Semuanya berbarislah yang rapid an ikuti jalur setapak yang ada. Jangan ada anak yang keluar dari barisan selama memasuki hutan terlarang," perintah Profesor Theia.

Beliau lantas memandu barisan para murid tersebut melewati penghalang sihir transparan dan mulai memasuki hutan dengan tenang. Tidak ada anak yang bicara sepanjang perjalanan. Karena itu Kyle pun tidak bisa menasehati Talia lagi. Hanya ada suara keresak daun terinjak sepanjang perjalanan mereka.

Dalam hati Thalia, rasa was-was dan gelisah mulai berkecamuk. Gadis itu kembali mengingat suara desis naga dan pengalamannya mati sebelum ini. Keringat dingin mulai membasahi kedua tangan Talia. Kegugupannya ikut terpancar dari raut wajah yang memucat.

Tanpa terasa, mereka akhirnya sampai di lereng lembah, tempat sebuah sungai jernih mengalir tenang. Sungai ini memisahkan area hutan terlarang dengan pegunungan lembah yang mengelilingi bagian timur Akademi.

Talia lantas mengedarkan pandangannya. Sejauh ini, tidak ada hal aneh yang terjadi. Para siswa mulai maju secara bergantian untuk menunjukkan bakat mereka mengendalikan air. Ada yang mengubah air menjadi pedang es, ada pula yang membuat air sungai menari-nari bergelombang dengan ritmis. Gadis itu tidak terlalu memperhatikan teman-teman seangkatannya yang sedang menjalani ujian. Alih-alih pikirannya hanya terfokus untuk menunggu gilirannya tiba. Ia ingin segera pergi dari tempat itu.

Tepat saat giliran Kyle maju, mendadak Talia merasakan sensasi itu. Keadaan di mana dirinya berada di ujung tanduk. Saat kegelisahannya memuncak, tiba-tiba suara gemuruh diikuti gempa bumi hebat melanda tempat tersebut.

Tanpa perlu diberi tahu, Talia langsung mengenali situasi tersebut. Gadis itu menatap Kyle dengan panik sementara teman-temannya yang lain sudah saling berteriak ketakutan. Kyle yang juga menyadari keadaan bahaya pun langsung meraih tangan Talia dan menyeret gadis itu pergi dari sana. Beruntung Talia sudah menggunakan sarung tangan buatan Leo yang dipesan khusus semenjak kemampuan oraclenya kembali. Karena itu Talia tidak perlu terlempar ke masa depan Kyle.

Mereka berdua berlari seperti kesetanan, menembus hutan lebat sementara anak-anak yang lain dengan panik berhamburan ke segala arah. Suara Profesor Theia yang mencoba menenangkan situasi sama sekali tidak didengar. Semua orang panik dan hanya memikirkan keselamatan mereka sendiri.

Belum sampai setengah perjalanan membelah hutan, suara raungan dan kepak sayap raksasa terdengar dari belakang punggung Talia. Naga itu sudah keluar! Talia dan Kyle mempercepat langkah mereka dan menyadari bahwa berlari dengan kaki hanya akan membuat mereka segera tertangkap.

Talia pun memanggil sapu terbangnya, lantas melesat secepat kilat menembus lambung hutan yang rimbun. Kyle mengikutinya dari belakang. Euphoria, spirit angin Talia, dipanggil untuk membuat gadis itu bisa lebih mudah mengendalikan laju serta arah terbangnya. Talia berusaha keras menenangkan dirinya yang panik. Ia harus fokus melarikan diri karena tahu bahwa naga tersebut memang sedang mengincarnya. Tapi kemana ia harus pergi?

Kecepatan terbang Talia sudah berada di ambang maksimal. Kyle tertinggal di belakang sana sementara Talia sudah nyaris keluar hutan. Talia sudah mencapai bibir hutan ketika mendadak semburan api yang luar biasa besar menyergapnya dari depan. Naga itu sudah ada di hadapan Talia!

Sight of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang