Talia sudah tidak berada di akademi lagi. Kini dirinya dipulangkan ke rumah keluarga Ortega dan dirawat hingga benar-benar pulih. Akademi Sihir Ramona memang memutuskan untuk meliburkan kegiatan belajar selama akhir semester ini gara-gara kejadian tersebut.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden lepasnya naga hitam itu. Hanya saja, para profesor yang berjaga di mulut gua kabarnya luka parah akibat ledakan kekuatan Kyle dan Talia. Para murid Departemen Enchanter juga banyak terluka ketika gempa bumi dan amukan naga. Sebagian besar wilayah hutan terlarang hangus gara-gara semburan napas naga saat mengejar Talia. Sementara seluruh lembah bergua tempat naga itu dikurung juga runtuh menjadi jurang tinggi nyang mengaga lebar.
Kini pihak Akademi dibantu oleh para penyihir dan ksatria kekaisaran sedang berusaha memulihkan kondisi tempat tersebut. Gara-gara pertempuran Talia dan Kyle, penghalang di hutan terlarang ikut rusak. Para hewan buas yang dikurung di dalamnya pun terbebas kabur. Anak-anak Beast Tamer berhasil menjinakkan sebagian. Namun banyak pula yang berhasil terbang hingga ke kota. Karena itu para ksatria Kekaisaran menjadi lebih sibuk pasca kejadian tersebut.
Talia mendengar berita itu dari ayahnya. Count Ortega langsung datang menjemput Talia begitu mendengar putrinya itu terluka parah, bahkan terlibat pertempuran dengan naga. Pria itu benar-benar nyaris kehilangan semangat hidupnya jika Talia tidak bisa bertahan. Namun beruntung putrinya itu masih hidup.
Count Ortega lantas membawa Talia pulang ke kediaman mereka di kota pelabuhan yang jauh dari kekaisaran. Talia sudah tidak sadarkan diri selama satu bulan penuh, dan yang dilakukan ayahnya hanya menunggu dengan sabar dan penuh kecemasan. Kekuatan sihir Talia pun sempat menghilang. Saat bangun, gadis itu tidak bisa memanggil spirit-spiritnya, atau pun melihat masa depan dengan sentuhan.
Talia begitu lemah, tak bertenaga dan kesakitan. Ayahnya beberapa kali kedapatan menitikkan air mata melihat kondisi Talia. Meski begitu para dayang kediaman Talia, terutama Sophie, merawat gadis itu dengan tekun hingga akhirnya Talia berhasil bangun dari tempat tidur.
"Aku bermimpi bertemu dengan ibu, Ayah," kisah Talia ketika mereka berdua sedang sarapan bersama di kamar Talia. Gadis itu belum cukup kuat untuk berjalan-jalan. Karenanya sang ayah pun menemani Talia sarapan di kamarnya. Talia makan sambil berbaring, sementara Count Ortega duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Talia.
"Ibumu pasti sangat bangga kepadamu. Meski kalau bisa memilih, aku tidak ingin kau terlibat dengan bahaya seperti itu," ungkap Count Ortega terus terang.
Talia tersenyum simpul. Akhir-akhir ini hubungannya dengan sang ayah menjadi semakin akrab. Mereka bisa melakukan percakapan yang cukup panjang.
"Tebakan Ayah benar. Ibu bilang beliau bangga padaku. Dan mengatakan bahwa ini memang sudah menjadi takdirku," sahut Talia sembari menyendok sup labu buatan koki kediaman Ortega. "Tapi aku juga harus meminta maaf pada Ayah karena sudah membuat khawatir," tambah gadis itu kemudian.
Count Ortega yang memiliki cambang tipis di wajahnya, tersenyum lega. "Aku bersyukur kau baik-baik saja. Entah apa yang harus kulakukan kalau aku juga kehilanganmu, Talia. Mungkin aku tidak akan bisa bertahan."
Talia menarik napas panjang. "Aku berjanji tidak akan meninggalkan Ayah lebih dulu," ucap gadis itu sungguh-sungguh.
Count Ortega menatap putrinya lekat-lekat. "Apa kau benar-benar harus kembali ke Akademi setelah ini? Bukankah kekuatan sihirmu belum kembali?" tanyanya penuh kecemasan.
"Ayah juga tahu bahwa sihir tidak bisa hilang begitu saja. Kekuatanku hanya dorman gara-gara aku menggunakan energi besar tanpa persiapan. Ketika kemampuan sihirku kembali, aku ingin melanjutkan pelajaranku di Akademi. Kuharap Ayah mengizinkannya," pinta Talia.
Sang Count menghela napas dengan muram. Putrinya itu tidak akan bisa dihentikan. Sekalipun ia begitu khawatir, tetapi menghalangi cita-cita Talia untuk menjadi penyihir resmi, sama saja seperti membuatnya menderita seumur hidup.
"Berjanjilah untuk menjaga diri. Dan selalu beri tahu Ayah jika terjadi hal-hal yang mencurigakan. Jangan hadapi segalanya sendirian, Talia. Kau masih punya Ayah," sahut Count Ortega memberi syarat.
Talia tersenyum lebar. "Tentu saja, Ayah. Aku akan lebih mengandalkan Ayah setelah ini," ucapnya berjanji.
Ayahnya mendesah lega. Piring makan mereka berdua pun sudah habis. Sepertinya sudah waktunya bagi Count Ortega untuk berangkat bekerja. Ayahnya pun memanggil pelayan untuk membereskan sarapan mereka lantas bersiap pergi meninggalkan Talia.
"Ada surat dari kediaman Gothe di utara. Sepertinya teman-temanmu penasaran dengan keadaanmu. Balaslah jika sempat lalu berikan pada Adrew untuk dikirim," pesan sang ayah sebelum benar-benar pergi.
Talia mengangguk pendek sembari melepas kepergian Count Ortega dengan senyuman. Sophie muncul tak lama kemudian, membawa dua pucuk surat dengan berwarna hitam dengan stampel perak lambang keluarga Gothe.
"Nona, surat ini baru datang semalam. Tuan Count meminta saya untuk memberikannya pada Nona pagi ini," kata Sophie mengulurkan surat-surat itu.
Talia menerimanya dengan penuh terima kasih. Itu adalah surat dari Kyle dan Ludwig. Masing-masing mengirimkan surat yang berbeda. Beberapa hari yang lalu, Susan dan Leo juga mengiriminya surat dan buket bunga yang indah. Keluarga Muela dan Leopold berada di daerah yang lebih dekat dengan kota pelabuhan yang ditinggali Talia. Karena itulah surat mereka tiba lebih dulu.
Talia pun membuka surat Ludwig lebih dulu. Tulisan tangan pemuda itu mirip dengan milik Kyle. Dua-duanya sangat rapi seolah ditulis dengan berhati-hati.
Aku berencana mengirimkan Pterotos ke rumahmu, tapi kata ayah itu mungkin bisa dianggap sebagai ancaman. Karena itu suratku terpaksa datang lebih lambat dari yang kuharapkan. Aku juga sudah merencanakan perjalanan membelah benua untuk mengunjungimu. Tapi kini ibuku yang melarang. Dia bicara omong kosong tentang kesempatan membunuh Kyle. Karena itu aku harus menjaga adik tidak berguna itu dari percobaan pembunuhan oleh ibu kandungku. Benar-benar keluarga yang kacau, memang.
Tapi kau tidak perlu memikirkan hal itu. Sebaiknya kau harus cepat pulih dan kembali ke akademi. Departemen kami mungkin akan dipanggil lebih dulu untuk menangkap hewan-hewan yang terlepas. Jadi begitu Kyle bangun, aku akan langsung kembali ke sana. Jadi kau harus segera membaik dan kembali ke Akademi juga. Aku menunggumu.
Ludwig Gothe
Talia melipat surat Kyle kembali sembari tertawa kecil. Pemuda itu rupanya cukup sibuk. Keberadaannya dibutuhkan baik di rumah maupun di sekolah. Melihat surat Kyle yang datang bersamaan, artinya sahabatnya itu pasti sudah sadarkan diri. Itu artinya Ludwig mungkin sudah berada di Akademi sekarang.
Kini Talia membuka surat kedua dari Kyle. Sahabatnya itu hanya menulis beberapa kalimat dan tulisan tangannya pun sedikit berantakan. Sepertinya Kyle masih lemah. Ia mungkin baru sadar dari kondisi komanya dan langsung menulis pada Talia.
Terima kasih karena telah menyelamatkanku, Talia. Aku menunggu untuk bertemu denganmu lagi.
Yang merindukanmu,
Kyle Gothe
Talia mendekap dua surat tersebut dalam pelukannya. Ia bersykur karena akhirnya segalanya telah berhasil mereka lewati dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sight of Future
FantasyNomor Peserta : 088 Tema yang diambil : Campus Universe Blurp Talia Ortega, siswi baru di Akademi Sihir Ramona, Kerajaan Barat, adalah seorang oracle dengan kemampuan melihat masa depan seseorang yang disentuhnya. Saat upacara penerimaan siswa baru...