Talia mengamati anak panah itu selama beberapa saat. Setelah keterkejutannya mereda, ia lantas menyadari bahwa di ujung anak panah itu terdapat sepucuk surat yang diikatkan. Talia menoleh ke segala arah, mencari sosok yang melesatkan anak panah itu. Namun pandangannya begitu gelap. Ia tidak bisa melihat apa-apa di dalam hutan itu.
Akhirnya, dengan memberanikan diri, Talia pun mengambil surat yang tersemat di ujung anak panah itu. Perkamen kekuningan terikat rapi di sana. Ia berusaha mengambilnya lantas membuka perkamen tersebut.
Kelinci merah jambu
Larilah saat pemangsa melihatmu. Atau kau bisa melawan dan berubah menjadi predator.
Hanya itu tulisan yang tersemat di perkamen tersebut. Talia belum sempat memahami maksudnya ketika mendadak ia mendengar suara geraman tak jauh dari sana. Sontak Talia berubah waspada. Ia segera bangkit berdiri dan menajamkan inderanya dengan baik.
Suara geraman itu terdengar semakin dekat, diikuti bunyi keresak daun kering yang terinjak. Sesuatu tengah berjalan mendekat ke arahnya. Talia menyapukan pandangannya ke sekeliling. Sayangnya ia tidak bisa melihat apa-apa di dalam kegelapan.
Akhirnya, Talia pun melakukan satu-satunya hal yang paling masuk akal dilakukan di saat seperti itu: ia mengeluarkan sihir api di telapak tangan. Api kecil itu berhasil menerangi pandangan Talia hingga radius dua meter di sekelilingnya. Talia belum melihat apa-apa, tetapi saat apinya itu menyala, bunyi geraman dan kelisik dedaunan yang tersibak berhenti sejenak.
Talia memutar tubuhnya, mencari sosok yang bergerak di dekat sana. Matanya lantas tertumbuk pada seekor makhluk berkaki empat yang berdiri setinggi satu setengah meter di hadapannya. Makhluk itu berbulu abu-abu lebat degan moncong penuh taring mengerikan. Matanya yang merah menatap nyalang ke arah Talia, siap untuk menerkam.
“Di … dire wolf,” gumam Talia tak percaya.
Di hadapannya, kini berdiri seekor serigala purba raksasa yang sangat ganas. Dire wolf adalah pemangsa paling ganas di hutan utara yang bersalju. Kecepatan dan ketangkasan monster itu tidak ada duanya. Talia terjebak!
Jika ia berlari, serigala itu sudah pasti bisa menyusulnya dengan cepat. Akan tetapi, jika ia tetap berdiam diri, tidak ada yang tahu kapan serigala itu akan menyerang. Sementara Talia berpikir cepat, geraman serigala itu semakin mengintimidasi. Monster itu kembali melangkah mendekati Talia, dan memasang postur akan menerkam. Jelas sekali kalau dire wolf itu melihat Talia sebagai mangsa empuk untuk menu makan malamnya.
Dengan gerakan cepat, Talia segera melemparkan bola api ke arah wajah monster itu sekaligus memanggil sapu terbangnya untuk melarikan diri. Setidaknya dire wolf tidak bisa terbang. Serangan mendadak Talia berhasil mengalihkan perhatian sang monster. Gadis itu berhasil menaiki sapu terbangnya dan segera menjejak tanah dan melesat di antara pepohonan raksasa.
Dire wolf raksasa itu meraung marah karena buruannya nyaris lepas. Ia pun turut berlari mengejar Talia dan mulai melompat memanjat pohon dengan sangat cepat.
“Sial! Dia ini serigala atau puma sebenarnya? Kenapa bisa memanjat secepat itu?” sergah Talia sembari memperepat laju sapu terbangnya.
Sayangnya, terbang di tengah-tengah hutan sama sekali tidak mudah. Pepohonan besar tumbuh dengan rapat. Beberapa kali Talia terpaksa menabrak dahan-dahan pohon dan membuat lengannya tersayat dan jubahnya robek.
Dire wolf itu mengejar tepat di belakang Talia, membuat gadis itu semakin panik. Ia berusaha untuk terbang lebih tinggi agar bisa keluar dari hutan. Namun usaha itu benar-benar tidak mudah. Semakin tinggi, dahan-dahan pohon tumbuh semakin rapat dan membuat jangkauan penglihatan Talia menyempit.
“Sebenarnya tes macam apa ini? Apa mereka berniat membunuh orang?” seru Talia marah-marah.
Talia kemudian ingat catatan yang dia dapat dari ujung anak panah tadi.Atau kau bisa melawan dan berubah menjadi predator.
Benar juga. Dia kan seorang penyihir. Kemampuannya jauh lebih tinggi daripada monster-monster itu. Karena itulah para monster bisa dikurung di hutan terlarang. Karena pada dasarnya, penyihir seharusnya berada di puncak rantai makanan. Dialah yang harus menjadi predator! Bukan para monster itu.
Akhirnya, setelah menetapkan hati sedemikian rupa, Talia memutuskan untuk mencoba memanggil spirit apinya. Keadaan terdesak biasanya membuat kekuatan seseorang terbangkitkan. Maka, sembari terus berusaha fokus mengendalikan sapu terbang, Talia mulai membuat sihir api di tangan kirinya.
Tidak mudah membagi fokus seperti itu, tetapi ia harus berlatih jika ingin menjadi kuat. Talia melemparkan bola-bola api ke belakang punggungnya, ke arah dire wolf yang tengah mengejarnya itu. Namun sang dire wolf selalu berhasil menghindar.
Pada serangan yang sudah entah ke berapa kali, Talia benar-benar mengakumulasikan seluruh rasa frustrasi dan kemarahannya pada sihir api di telapak tangan. Ia ingat bagaimana pertama kali dulu ia memanggil Smoke. Ia harus merasakan emosi yang kuat agar spirit bisa menggapainya.
Berbekal pengalaman itu, Talia pun terus memikirkan hal-hal yang membuatnya marah: serangan dirlagraun, sikap Ludwig yang kejam, dan puncaknya adalah kematian dirinya sendiri di tangan seekor naga. Kemarahan-kemarahan yang terpendam itu kini terakumulasi dan membuat bola api di telapak tangan Talia menjadi begitu besar. Bola api itu segera membakar dahan-dahan yang dia lewati dan membuat pohon-pohon besar di area tersebut mulai dilalap api. Kalau dibiarkan, mungkin kebakaran hutan massif bisa terjadi di sana. Akan tetapi Talia tak peduli. Ia masih termakan oleh amarahnya yang kini meluap-luap.
“Apa kau sangat marah?” Mendadak sebuah suara terdengar di kepala Talia. Gadis itu menyeringai puas. Panggilannya terjawab.
“Emosimu sangat kuat. Aku menyukainya.” Suara di kepalanya kembali terdengar. Kemarahan masih menguasai Talia, sehingga gadis itu tidak terlalu memperhatikan. Satu-satunya yang ada di pikiran Talia adalah menghancurkan. Apa pun itu. Dia ingin menghancurkan segalanya.
“Aku memanggilmu, Smoke,” geram Talia dengan suara parau.
Seketika setelah mengatakan hal itu, Talia memutar balik sapunya sedemikian rupa hingga ia nyaris menabrak batang pohon di sebelahnya. Manuver itu membuat dirinya kini berhadapan langsung dengan dire wolf yang sudah melompat ke arahnya dengan mulut terbuka penuh dengan gigi taring yang mengerikan. Serigala purba itu siap menerkam Talia dan melumat dagingnya dengan satu gigitan.
Akan tetapi Talia memang sudah menunggu momen itu, tepat ketika jarak dire wolf itu sudah cukup dekat dengannya, Talia melemparkan bola apinya yang besar ke depan. Dari bola api itu, seekor burung phoenix terbang melesat diiringi suara koak keras yang terdengar sangat megah. Burung api tersebut menabrak tubuh dire wolf raksasa dan segera melumat tubuhnya dengan api yang menjilat-jilat dengan ganas.
Dire wolf itu melolong kesakitan, lantas jatuh dari atas pohon dan berguling hebat hingga mencapai tanah. Tubuhnya terus terbakar sekalipun dire wolf itu menggeliat-geliat di atas tanah. Tak lama kemudian suara lolongan monster itu pun berhenti. Talia menurunkan sapu terbangnya lalu mendapati bangkai serigala purba itu sudah habis, hangus menjadi abu. Ia telah menjadi seorang predator.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sight of Future
FantasiNomor Peserta : 088 Tema yang diambil : Campus Universe Blurp Talia Ortega, siswi baru di Akademi Sihir Ramona, Kerajaan Barat, adalah seorang oracle dengan kemampuan melihat masa depan seseorang yang disentuhnya. Saat upacara penerimaan siswa baru...