67. Sabertooth

17 4 0
                                    

Talia menggeliat pelan. Pagi itu ia bangun dengan perasaan yang lebih segar. Rasanya seperti menjalani hari yang baru. Ludwig sudah setuju untuk tidak mengganggu Kyle lagi. Itu artinya sudah tidak ada lagi ancaman serangan dari pemuda tersebut. Sekarang Talia tinggal berpikir untuk mencari cara mendekatkan mereka berdua.

Daripada itu, sebaiknya Talia juga mulai memikirkan juga tentang kekuatan gelap Kyle. Hari ini Talia sudah berjanji untuk menemui Kyle. Mereka akan menghabiskan waktu bersama sesuai janji yang sudah mereka buat kemarin. Kebetulan setiap akhir pekan, jadwal pelajaran sihir diliburkan. Para murid biasanya menghabiskan waktu untuk kegiatan bebas atau mengunjungi toko-toko di luar akademi.

Talia jarang bepergian selama libur akhir pekan. Biasanya dia hanya berdiam diri di asrama atau bermain bersama Susan dan teman-temannya yang lain. Meski begitu, ini bukan kali pertama Talia pergi bersama Kyle saat akhir pekan.

Mereka berjanji untuk bertemu saat sarapan. Kyle sudah datang lebih dulu. Ruang makan akademinya tampak lengang karena para siswa menghabiskan waktu di kota. Mereka mungkin juga sarapan di restoran di luar akademi.

"Kyle!" sapa Talia yang muncul dengan wajah cerah.

Kyle balas melambai sambil tersenyum. "Kau datang sendiri?" tanya pemuda itu menyambut kedatangan Talia.

"Tentu saja. Memangnya aku harus datang dengan siapa?" sahut Talia sembari duduk di sebelah Kyle. Menu sarapan hari itu adalah bacon dan omelet. Talia harus banyak makan untuk mendukung rencananya hari ini. Talia akan mengajak Kyle untuk berlatih.

"Biasanya kau datang dengan Muela," sahut Kyle sembari menggoyangkan gelas jusnya.

"Kita kan memang sudah berjanji untuk bertemu berdua saja," jawab Talia sembari menyendok sejumlah besar omelet dari piring saji.

"Begitukah? Jadi apa rencana kita hari ini. Apa kita pergi ke kota saja? Kau bisa makan desert yang terkenal itu. Atau membeli barang-barang yang menarik di pasar," kata Kyle tampak bersemangat.

Talia menggeleng pelan sembari mengunyah sarapannya. "Tidak. Tidak. Kita tidak akan pergi ke kota. Hari ini aku akan mengajakmu ke hutan. Kau sudah punya token Perkumpulan kan? Kita bisa masuk ke hutan terlarang diam-diam, lalu berlatih di sana," terang gadis itu dengan mulut penuh.

Kyle mengernyit tidak suka. "Di hari libur seperti ini kau benar-benar mau mengajakku berlatih? Apa kau sebegitu inginnya menjadi siswa terbaik dalam Tes Bakat Sihir besok? Jangan bilang kau mau memanggil spirit yang lain juga," keluhnya kecewa.

"Tidak buruk juga kalau aku punya empat spirit sekaligus. Tapi sepertinya itu terlalu berlebihan. Aku bukan orang yang tamak seperti itu," ungkap Talia apa adanya.

Ia memang tidak berpikir untuk memanggil spirit lain. Memiliki Undine dan Smoke saja sudah merupakan keajaiban baginya. Kini, setelah Ludwig berjanji untuk tidak mengganggu mereka, Talia sudah tidak lagi tertarik untuk memperkuat diri.

"Jadi kenapa kita harus berlatih di hari libur seperti ini. Kita juga bukan murid yang bodoh. Kita sudah berada di peringkat atas selama ini. Aku adalah siswa di peringkat pertama, kalau kau lupa." Kyle masih terus memprotes.

"Jangan mudah berpuas diri, Kyle Gothe. Meraih peringkat pertama itu lebih mudah daripada mempertahankannya. Kau harus berusaha keras, Anak Muda," canda Talia sembari menepuk-nepuk punggung Talia.

Kyle hanya berdecih pelan lalu tertawa kecil. "Benar-benar kau ini ... ," gumamnya kemudian.

Seusai sarapan, kedua orang itu pun segera menendap-endap pergi ke hutan terlarang. Talia menggunakan Kristal menghilangnya agar tidak ketahuan. Mereka saling bergandengan berdua dan memasuki hutan terlarang tanpa kendala berarti berkat token sihir dari Perkumpulan Taleodore.

Saat pagi pun hutan terlarang tetap terasa berbahaya. Pepohonannya yang tumbuh rapat dan begitu lebat membuat suasana pagi itu terasa muram. Cahaya matahari terhalang dedaunan dan membuat keadaan dalam hutan itu remang-remang. Beruntung mereka tidak bertemu banyak hewan buas. Kyle sudah berjaga-jaga dengan kekuatan gelapnya. Sementara Talia memanggil Smoke untuk berjaga-jaga. Kekuatan egergi sihir mereka berdua membuat para hewan buas menjauh. Mungkin hewan-hewan itu merasakan hawa predator yang lebih kuat dari Talia serta Kyle.

Gadis itu pun membawa Kyle menuju tempat yang lebih lapang di tengah hutan. Tempat yang biasanya dia pakai untuk berlatih bersama Ludwig. Agenda Talia hari ini adalah untuk mengukur kemampuan Kyle dalam mengendalikan kekuatan gelapnya. Meski sebenarnya Talia juga tidak yakin kalau Kyle bersedia menunjukkan hal itu padanya. Ekspresi Kyle benar-benar buruk sekarang. Sepertinya ia masih kesal karena harus berlatih di hari libur.

"Oke ayo kita mulai, Kyle," kata Talia setelah mereka sampai di tempat yang cukup lapang.

"Kau ingin aku melakukan apa?" Kyle balas bertanya.

"Haruskan kita berduel?" usul Talia kemudian.

Kyle langsung menggeleng tanpa ragu. "Aku tidak mau melukaimu," tolaknya tanpa pikir panjang.

Tentu saja Kyle akan menjawab seperti itu. Lantas bagaimana Talia bisa mengukur kemampuan Kyle kalau dia tidak mau diajak berduel? Andai saja Talia punya kemampuan mengendalikan binatang buas, mungkin akan lebih mudah berlatih dengan hewan-hewan itu.

Tepat saat Talia berkata seperti itu, mendadak sebuah suara geraman terdengar dari balik semak-semak. Bunyi keresak daun yang terinjak turut memberi tanda bahwa ada seekor hewan besar yang sedang mendekat ke arah mereka.

Sontak Talia dan Kyle pun segera berubah waspada. Meski begitu Talia tetap menahan serangannya. Gadis itu memerintahkan Smoke untuk tidak melakukan apa-apa, dan menunggu hingga hewan tersebut muncul dari balik semak-semak. Ini bisa jadi kesempatan yang bagus untuk melihat kemampuan Kyle dalam mengendalikan kekuatan gelapnya.

Seekor harimau besar setinggi dua meter dengan gigi pisau yang sangat panjang akhirnya muncul dari balik lebatnya pepohonan dan semak-semak. Kedua matanya yang menatap penuh intimidasi, diiringi geraman penuh ancaman membuat Talia sedikit gugup. Tidak ada beast tamer yang datang bersama mereka. Itu artinya, satu-satunya jalan untuk mengusir hewan itu adalah dengan bertarung. Akan tetapi ukuran monster ini benar-benar di luar dugaan Talia. Selain itu, seekor harimau bergigi pisau ini terkenal dengan kemampuannya dalam membunuh penyihir.

"Sabertooth," desis Kyle yang langsung berdiri di depan Talia untuk melindungi gadis itu. Aura gelap Kyle menebal, menunjukkan bahwa pemuda itu sudah benar-benar siap untuk bertarung.

Talia menelan ludah dengan getir. Ini bukan kali pertama bagi mereka berdua untuk menghadapi monster berbahaya. Meski begitu, ancaman yang ada di depan mata mereka itu benar-benar nyata.

"Apa kau butuh bantuanku?" tanya Talia yang sudah bersiap dengan Smoke, spirit apinya.

"Mundur saja. Aku bisa mengatasinya sendiri," sahut Kyle percaya diri.

Talia pun menurut. Gadis itu lantas berjalan ke tempat yang lebih aman, di bawah sebuah pohon besar, sementara Kyle dan sang Sabertooth itu saling berhadapan dengan penuh kebencian. 

Sight of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang