Waktu Talia kini lebih banyak dihabiskan bersama Kyle dan Ludwig daripada Susan apalagi Leo. Mereka bertiga berlatih tanpa lelah demi menghadapi masa depan yang sudah dilihat oleh Talia. Meski begitu, latihan mereka belum menunjukkan hasil yang signifikan. Padahal Tes Bakat Sihir sudah hampir di depan mata. Entah mengapa Talia merasa titik balik hidupnya adalah saat Tes Bakat Sihir tersebut berlangsung, sama seperti sebelumnya.
Kesibukan Talia membuat gadis itu menjadi mudah lelah. Wajahnya semakin tirus dengan mata cekung dan menggantung. Susan yang kini turut sibuk di kegiatan klub surat kabarnya pun akhirnya mau tidak mau menjadi cemas. Pada suatu siang gadis itu menunggu Talia di depan kelas tingkat pertama hanya demi bisa bertemu dengan sahabatnya.
"Susan, kau di sini?" tanya Talia yang keluar dari kelas bersama dengan Kyle.
Susan mengerling sejenak ke arah Kyle dengan ekspresi tidak suka. Gadis itu lantas kembali fokus pada Talia dan menyeret sahabatnya itu ke ruang makan. Beruntung Susan tidak menyentuh tubuhnya dan hanya menyeret jubah Talia. Gadis itu tidak perlu terlempar ke masa depan sahabatnya.
"Susan, kau mau membawaku kemana?" tanya Talia kebingungan.
"Makan. Sudah berapa hari kau tidak makan dengan baik. Lihat tubuhmu sudah seperti tengkorak berjalan," sahut Susan tak terbantahkan.
"Ta, tapi aku sudah ada janji dengan Kyle. Aku bisa makan nanti malam," tolak Talia sembari mengerling ke arah Kyle. Namun yang diliriknya hanya mengangkat bahu tanpa bisa membantu apa-apa.
Susan akhirnya menghentikan langkahnya lantas menatap Kyle yang berjalan mengikuti di belakang. "Sebenarnya apa yang kalian lakukan? Kyle, kau juga, kenapa kau membiarkan Talia menjadi kurus kering tak bertenaga begini? Makan adalah hal yang utama dari seorang penyihir. Yah, untuk semua manusia pada umumnya. Tanpa nutrisi yang cukup, energi sihir juga bisa melemah. Pokoknya sekarang kita makan dulu baru bicara," desak gadis itu lantas kembali menyeret Talia ke ruang makan.
Akhirnya Talia pun menurut, sementara Kyle juga mau tidak mau mengikuti mereka untuk makan siang. Leo menyusul tak lama kemudian, meninggalkan teman-temannya di meja Departemen Alkimia.
"Lama tidak melihat kalian, Kawan. Proyek apa yang sedang kalian kerjakan sampai begitu sibuk?" tanya Leo saat rombongan mereka sampai di meja makan.
"Kami hanya berlatih sihir," jawab Kyle pendek.
"Apa kalian sedang mempersiapkan untuk Tes Bakat Sihir?" tanya Leo.
Kyle mengiyakan sekadarnya. Baik dirinya maupun Talia tidak ingin membuat dua sahabat mereka ini khawatir.
"Aku sedang berusaha memanggil spirit angin dan tanah," ucap Talia akhirnya berterus terang.
Susan dan Leo tampak terkejut.
"Rupanya kau cukup ambisius, Talia," komentar Susan sembari menyodok daging ham besar dan meletakkannya di piring Talia.
"Begitulah. Tapi sampai sekarang belum berhasil," keluh Talia memotong-motong dagingnya seukuran satu suapan.
Susan tampak berpikir sejenak. "Seharusnya kau bercerita padaku. Aku tahu kau dan Kyle memang dekat. Tapi aku juga sahabatmu."
"Aku juga!" celetuk Leo dengan mulut penuh makanan.
"Maaf. Sepertinya aku terlalu fokus," sesal Talia yang masih menyimpan rahasia lain.
"Coba kupikirkan. Saat kau memanggil spirit apimu, waktu itu kau berada dalam keadaan marah. Kau punya keinginan yang kuat untuk menyerang lawan. Sementara itu, Undine berhasil dipanggil karena kau ingin menyelamatkan orang lain. Bukankah sebenarnya selalu ada pola dalam teknik pemanggilan spirit?" kata Susan kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sight of Future
FantasyNomor Peserta : 088 Tema yang diambil : Campus Universe Blurp Talia Ortega, siswi baru di Akademi Sihir Ramona, Kerajaan Barat, adalah seorang oracle dengan kemampuan melihat masa depan seseorang yang disentuhnya. Saat upacara penerimaan siswa baru...