82. Menyelamatkan Diri

22 4 0
                                    

Sesampainya di mulut gua, Talia mendapati banyak orang sudah berkumpul di sana. Para profesor dan faun penjaga sekolah beramai-ramai melindungi area tersebut dan berusaha untuk menyegel gua. Ketika Talia dan Ludwig muncul, orang-orang itu sangat terkejut. Meski begitu Profesor Theia tampak bersyukur. Talia mencoba berlari keluar, tetapi Ludwig menahannya. Pemuda itu lantas menjulurkan tagannya ke depan dan rupanya di hadapan mereka kini sudah ada dinding transparan yang solid dan tidak tertembus.

"Ortege! Gothe! Kalian selamat?" sambut sang profesor berlari menyongsong dua muridnya yang penuh luka. "Buka sihir pertahannannya agar mereka bisa keluar," perintahnya kemudian.

Delapan orang penyihir dewasa yang masih mengangkat tangannya untuk membuat sihir pelindung tampak ragu-ragu. Sihir semacam itu biasanya hanya bisa dilakukan oleh para Alkemis.

"Terlalu berbahaya untuk membuka penghalang sekarang. Naga itu bisa saja keluar dan mengacaukan kota," sahut salah satu profesor departemen Alkimia.

"Jangan bodoh! Apa kau mau mengurung dua murid ini di dalam gua? Mereka selamat dan kita harus mengeluarkan mereka sebelum terlambat!" desak Profesor Theia.

"Tapi ... ." Salah satu alkemis masih ingin membantah. Namun tatapan tajam sang Profesor kepala Departemen Enchanter itu membuat mereka akhirnya menurut.

Penghalang berupa dinding transparan itu pun menghilang dari hadapan Talia. Ludwig lantas meraih tangan Talia dan menggandeng gadis itu keluar.

"Ayo, cepat! Cepat!" desak Profesor Theia sembari melambaikan tangannya membuat gestur mendekat.

Begitu Talia dan dan Ludwig melewati mulut gua, penghalang sihir itu pun kembali menutupi pintu masuk. Keduanya terengah-engah dan penuh luka.

"Profesor, Anda berniat mengurung kami di dalam?" desah Ludwig sembari tersengal.

"Kami tidak punya pilihan. Naga itu terlalu ganas jika keluar dari sini. Ia bisa mengobrak-abrik kota dan membunuh banyak orang," terang sang Profesor tampak merasa bersalah. "Ngomong-ngomong di mana anak yang satunya. Bukankah ada tiga orang yang terjebak di dalam gua? Apakah dia ... ?" lanjut Profesor Theia ngeri.

"Kyle baik-baik saja. Hanya saja. Dia sekarang berada dalam situasi yang sulit dijelaskan. Kurasa naga itu juga akan mati sebentar lagi," sahut Ludwig apa adanya.

"Apa maksudmu, Gothe? Bahkan belasan penyihir yang berkumpul di tempat ini saja mungkin tidak akan bisa mengadapi naga yang terlepas. Bagaimana bisa adikmu melakukannya?" sergah Profesor Ursula, sang Kepala Departemen Beast Tamer yang menyeruak muncul dari kerumunan.

"Semua orang tahu kalau dia juga memiliki kekuatan gelap seperti ayah." Ludwig kembali menyahut.

"Meski begitu, kekuatan gelapnya masih belum stabil. Jika anak itu menggunakannya sekarang untuk membunuh naga, apa itu artinya Kyle Gothe akan kehilangan kendali pada kesadarannya?" Profesor Theia kembali bertanya.

Ludwig terdiam. Tanpa perlu menjawab, semua orang langsung tahu apa yang sudah terjadi pada Kyle di dalam sana.

"Aku sudah memanggil Duke Gothe kemari. Beliau sudah dalam perjalanan ke Akademi," tambah Profesor Rilley, sang Kepala Departemen Alkemis yang sedari tadi ikut mendengarkan.

"Dalam hal ini, mungkin ayah pun tidak akan bisa menyelamatkan Kyle. Dia ... sudah tenggelam terlalu dalam di kegelapannya sendiri," gumam Ludwig muram.

Talia menggeleng pelan. "Tidak. Aku ... masih ada aku. Aku akan menyelamatkan Kyle," pekik Talia penuh keyakinan.

Sontak semua orang di tempat itu pun menoleh ke arah Talia. Para profesor kepala lantas menyadari bahwa gadis itu kini sudah diikuti empat spirit elemen alam. Kejadian yang sangat langka dan mengejutkan tentu saja.

"Lady Ortega, kau ... memanggil empat spirit?" tanya Profesor Theia tak percaya.

"Saya akan menggunakan kekuatan cahaya untuk menyelamatkan Kyle," sahut Talia lagi.

"Tapi itu tidak mudah dilakukan. Sekalipun kau sudah berhasil memanggil empat spirit alam, tubuhmu perlu dilatih selama bertahun-tahun sebelum bisa menerima kekuatan cahaya yang begitu besar," terang Profesor Theia sungguh-sungguh.

Talia kembali menggeleng. "Tidak. Kita tidak punya waktu. Tolong ajari saya sekarng. Sayang akan melakukannya saat ini juga," desak Talia penuh paksaan.

"Tidak bisa, Lady Ortega, itu tindakan yang sangat berbahaya. Sebaiknya sekarang kau pergi menyelamatkan diri bersama Lord Gothe. Profesor Li akan membantu kalian menuju tempat yang aman. Kekuatanmu terlalu berharga untuk dikorbankan sekarang." Profesor Theia bersikeras.

Profesor Li, sang pengajar dasar-dasar sihir elemen, berjalan mendekat dan berusaha membawa Talia pergi. Akan tetapi gadis itu berontak. Ia menolak dibawa pergi meninggalkan tempat itu.

"Saya tidak akan pergi kemana-mana. Saya akan menyelamatkan Kyle! Kalau Profesor tidak mau membantu saya, maka saya akan mencari caranya sendiri," bantah Talia tegas.

Gadis itu lantas memerintahkan Euphoria untuk menghempaskan dirinya menjauh dari sergapan para profesor. Gadis itu lantas melambung tinggi dan melayang di udara setinggi sepuluh meter dari atas tanah. Para profesor di bawah sana segera berteriak-teriak memanggil. Beberapa di antara mereka juga mulai terbang untuk menangkap Talia.

Akan tetapi Euphoria melakukan tugasnya dengan baik. Spirit angin itu membuat lingkaran tornado di sekitar tubuh Talia, serupa benteng pertahanan yang membuat siapa pun tidak bisa mendekat. Memanfaatkan hal itu, Talia segera berpikir cepat untuk melanjutkan rencananya.

"Katakan padaku bagaimana caranya agar dapat memanggil elemen cahaya?" tanya Talia pada empat elemennya.

"Anda harus menyatukan kami berempat dalam energi yang murni. Secara harafiah, Anda harus mengendalikan empat elemen sekaligus dalam satu waktu," jawab Euphoria sopan.

"Tapi tindakan itu tidak mudah, Talia. Kalau kau gagal, kau bisa membunuh dirimu sendiri karena luapan energi sihir yang tidak terkendali." Undine menyahut memberi nasehat.

"Itu benar, Manusia. Dengan kemampuanmu yang sekarang, tindakan nekat itu sama saja bunuh diri," celetuk Leto kasar.

"Tapi kalau kau mau mencobanya, aku tidak akan ragu, Kontraktor. Coba saja," dorong Smoke memberi semangat.

Belum sempat Talia memberikan jawaban, mendadak gua tempat tinggal naga itu meledak keras sekali. Ledakan tersebut pun melontarkan tubuh Talia hingga menjauh, termasuk orang-orang yang ada di bawah sana.

"Itu Kyle. Dia sudah mengalahkan naga dan sekarang dia muncul dengan hawa membunuh!" pekik Talia ketika mengamati aura gelap pekat yang muncul di kejauhan. Ia tidak punya waktu. Kesempatannya hanya sekarang, atau semuanya menjadi sia-sia belaka.

Gadis itu lantas menfokuskan seluruh energinya untuk memanggil keempat elemen secara bersamaan. Air sungai di dekat lembah bergejolak karena dikendalikan oleh Talia. Air itu meluap hingga menjadi semacam tsunami kecil di bawah sana. Talia juga memanggil angin topan yang menderu lebih hebat lagi. Goncangan bebatuan di atas tanah terus bergolak, menciptakan gempa bumi hebat berkat kemampuan Talia memanggil elemen tanah. Terakhir, semburan api smoke yang luar biasa besar melengkapi keempat elemen yang kini berusaha dikendalikan oleh Talia.

Tubuhnya rasanya seperti dicabik-cabik ketika empat elemen itu bersatu dan dikendalikan secara besamaan. Seluruh energi sihirnya bercampur dan tersedot di waktu yang sama. Talia mencoba bertahan, tetapi rasa sakit luar biasa membakar seluruh tubuhnya, membuat gadis itu nyaris pingsan lagi.

"Tidak ... aku ... harus ... bertahan ... ," gumamnya sembari meringis kesakitan. 

Sight of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang